FYI.

This story is over 5 years old.

Kuliner Ekstrem

Aku Makan Gorengan Telur Paskah dan Untungnya Masih Hidup Sampai Sekarang

Mengisi libur panjang, kontributor VICE menjajal berbagai eksperimen kuliner aneh. Termasuk menggabungkan semua rasa gurih dengan coklat.
Kontributor VICE Makan Gorengan Telur Paskah  dan Untungnya Masih Hidup Sampai Sekarang
Semua foto oleh Cleo Samoles-Little.

Di negara-negara Barat, rangkaian Paskah sering dijuluki "Natal tapi penuh makanan berbahan cokelat." Rangkaian ibadah ini sering dianggap momen liburan terbaik kedua sepanjang setahun (karena perayaan lebih gempita saat Natal). Tradisi membagi-bagikan telur atau coklat sepenuhnya pengaruh Eropa, bukan ajaran Kekristenan awal yang berkembang di Palestina—wilayah Yesus tinggal sesama hidup-Nya dulu.

Iklan

Meski begitu, sebagian tradisi kuliner Paskah di Eropa atau Amerika Serikat menggabungkan yang manis-manis dengan makanan gurih/asin. Hidangan yang biasanya muncul adalah cokelat berbentuk telur, dua batang cokelat, daging domba panggang, dan secangkir teh manis. Semua ini dipengaruhi referensi jamuan terakhir yang disantap Yesus Kristus bersama murid-muridnya.

Jika Natal selalu sama dan punya tradisi baku, aturan seputar perayaan Paskah enggak terlalu ketat, baik untuk penganut Protestan, Ortodoks, atau Katolik. Paskah selalu jatuh pada tanggal berbeda setiap tahun, dan cenderung lebih seru bagi anak-anak. Plus, selalu ada tradisi yang berkaitan sama telur. Hidangan Paskah menurutku masih bisa dimodernisasi. Tradisinya masih bisa sedikit diubah dan diperbaharui.

Pertanyaannya adalah: apa yang bisa kulakukan untuk menciptakan tradisi baru saat paskah? Kupikir, dengan melakukan eksperimen iseng ini tidak akan ada yang melarang atau bakal marah.

Seperti apa eksperimennya? Mari kita memasukkan semua unsur coklat dalam menu yang tidak biasa. Bisakah kita menaburkan irisan cokelat ke atas taco Meksiko yang lezat? Bagaimana kalau aku memasukkan cokelat ke dalam kari? Pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan aku ingin menjajalnya. Mumpun, lagi-lagi, perayaan Paskah itu rileks dan tidak baku banget.

Hasilnya kira-kira begini:

PIZZA COKLAT

Oreo pizza, Purezza
Thomas 'Tom' Usher eats an Oreo pizza
leslie_grantham_reanimated.jpeg

Pizza adalah 'comfort food' terfavorit di dunia. Alasannya karena makanan ini terbuat dari roti dan keju yang enak, serta saus tomat lezat. Kira-kira apa jadinya ketika saus tomat kita ganti cokelat putih dan Nutella cair? Bagaimana kalau kita pakai oreo sebagai alternatif keju? Kita tetap pakai roti, kok. Jadi tenang saja, bro ini tak sepenuhnya penistaan kuliner.

Iklan

Kalian masih ingat sewaktu pertama kali nyobain Nutella? Kalian pasti langsung menganggapnya selai cokelat paling enak yang pernah kalian cicipi. Nutella ibaratnya bagaikan ‘narkoba’ yang bikin kalian kecanduan makan lagi dan lagi. Pada akhirnya, kalian selalu mengoleskan banyak Nutella ke roti saking enaknya. Seiring kalian beranjak dewasa, kalian bakal menyadari kalau selai cokelat satu ini rasanya terlalu manis.

Karena terbiasa mengoles Nutella berlebihan, kalian enggak pernah berhenti melakukannya. Mau enggak mau, kalian memaksa diri sendiri buat menghabiskan roti bakar Nutella itu agar enggak dimarahin sama ibu karena sudah mengambil kebanyakan.

Nah, pizza cokelat rasanya kira-kira rasa bersalah makan kebanyakan semasa kita kecil. Aneh dan membuatmu menyesal. Tapi secara umum enggak begitu buruk lah.

Seperti apa rasanya: Skornya dua dari lima bintang (atau mungkin biar sesuai tema artikel disebut lima batang coklat). Aku bagaikan korban pembunuhan mati karena ditenggelamkan dalam genangan coklat cair.

KARI RASA COKLAT

Tom_Usher_attempting_to_get_more_1886_gear_by_wearing_it_in_photos_for_articles.jpeg(1)
chocolate curry, Indian Greedy Cow
Don't know why I included this image tbqhwy

Kari adalah hidangan gurih yang rasanya lebih cocok dengan kultur Timur Tengah, lokasi Yesus tinggal semasa hidupnya. Yesus lebih mungkin menyantap kari dengan kurma daripada telur coklat. Hmm, kalau gitu, bagaimana kalau kita ubah tradisinya ya. Kira-kira apa jadinya kalau bukan susu dan rempah, tapi coklat dairy milk yang kumasukkan dalam kuah kari?

Sekilas, masakan kayak gini cuma orang gila atau pecinta coklat fanatik yang mau makan. Tapi aku kan sudah berniat menjajal eksperimen ekstrem. Aku pun berpikiran terbuka sama berbagai sajian kuliner. Bodo amat, aku makan saja kari yang sudah dicampur coklat itu.

Iklan

Tak kusangka, rasanya enak lho. Coklatnya terasa di tiap suapan kuahnya, tapi samar saja. Ibarat kata kita makan ayam dimasak bumbu tikka masala, tapi lebih manis. Aku bersyukur ternyata rasanya enggak aneh-aneh banget. Maaf ya pembaca sekalian yang sudah berharap sesuatu yang buruk terjadi. Kari dengan tambahan bumbu coklat ternyata enak.

Seperti apa rasanya: Tiga setengah dari lima batang coklat. Aku menyiapkan diri bakal mual atau muntah, tapi ternyata lidahku baik-baik saja. Tentu saja, ada sedikit penyesalan, ngapain sih bikin eksperimen begini. Untung secara umum rasa karinya masih layak dinikmati manusia.

AYAM BUMBU COKLAT DIMAKAN PAKAI NASI

Mole at Mestizo
Note the good sugar-content soda, there
christ.

Kali ini aku minta bantuan restoran Meksiko dekat rumah memasaknya. Manajer restorannya khawatir setelah tahu rencanaku. "Saya dan tim di dapur sempat berdebat apakah mengizinkanmu memasaknya."

Wajar sih kalau mereka panik. Ideku makan enchillada ditambah ayam saus coklat pakai nasi terdengar goblok.

Untunglah, kuliner Meksiko sudah biasa mencampur coklat ke dalam saus, walau takarannya tidak seekstrem yang kuminta. Aku menjajal Mole poblano, yang dari resep aslinya memang mengandung campuran kakao, cabai, dan kacang. Rasanya enak. Coklat menyeimbangkan pedasnya cabai dan rempah Amerika Latin. Saus itu dilumurkan ke ayam panggang, dan ternyata gurih, manis, serta pedasnya pas. Ide artikel ini tak sebodoh yang kukira.

Seperti apa rasanya: Skor yang kuberikan sempurna: lima dari lima batang coklat. Saus mole ini akan kubuat sendiri di rumah.

Iklan

TELUR PASKAH ISI COKLAT DIGORENG GARING

Tom Usher with his son
Battered.
'I've Made A Huge Mistake', egg on oil, 2019
Doesn't work! Doesn't work
...

Aku menggemari semua jenis makanan yang digoreng garing. Kenapa? Mungkin karena aku berdarah Skotlandia dari garis ibu. Kami suka makanan garing. Gorengan adalah keajaiban alkimia. Minyak mendidih bisa mengubah semua jenis makanan absurd jadi setidaknya layak kita santap.

Sampailah kita pada eksperimen paling brutal dalam artikel ini. Aku ingin merasakan apakah telur paskah isi coklat bakal tetap enak ketika digoreng garing. Ini eksperimen paling menantang. Sebab secara teori telur tersebut akan pecah karena tekanan suhu minyak, membuat coklatnya meleleh ke mana-mana. Kalau itu terjadi, hasilnya adalah bencana. Tapi aku sudah menyiapkan diri pada risiko terburuk.

Aku mencampurkan creme eggs ke telur itu supaya tidak langsung meledak di penggorengan. Dalam telur itu, aku juga melumurinya dengan remukan snickers dan mars bars. Setelah digoreng beberapa menit, yang kudapati adalah coklat dalam lumuran jelantah coklat. Melihatnya saja nafsu makanku hilang. Tapi kan aku sendiri yang punya ide ini. Jadi aku harus berani. Harus.

Jelantah itu yang kumakan pertama kali, baru kemudian coklatnya di dalam bentuk telur yang sudah acakadut. Rasanya gimana? Pernahkah kalian mabuk berat pas weekend, muntah di toilet, dan merasa akan mati malam itu? Nah kira-kira kayak gitu. Aku merasa hidup amat sia-sia dan tak ada masa depan.

Seperti apa Rasanya: Skornya satu dari lima batang coklat. Ini satu-satunya menu yang betulan pakai coklat batangan dalam artikel. Tragisnya, hanya masakan ini juga yang membuat perutku sakit seharian dan merana sebelum akhirnya bisa menuliskannya buat kalian semua.

Iklan

KESIMPULAN

Yesus dan ke-12 muridnya sudah memilih santapan yang benar. Selain roti dan anggur, dalam perjamuan terakhir Sang Juru Selamat menyantap daging domba panggang, saus ikan, buah dilapisi pasta kacang, serta bumbu herbal rasa mint.

Seharusnya aku paham kenapa di masa-masa awal Kristen telur selalu jadi makanan yang pantang dikonsumsi sebelum Paskah (apalagi ditambah dosis coklat tingkat tinggi). Mencoba mengutak-atik tradisi lama itu membuatku menyesal. Aku enggak mau sembrono lagi ah. Maafkan aku Tuhan.

Follow penulis artikel ini lewat akun @tom_usher_

Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.