Konflik Rusia-Ukraina

Invasi ke Ukraina Molor dari Target, Rusia Terpaksa Kerahkan Tank Uzur dari Barak

Selain mengerahkan tank-tank yang sudah berusia 60-an tahun, militer Rusia sekaligus mengerahkan kapal milik sipil. Usia rekrutmen tentara di Rusia kini juga tidak lagi dibatasi.
Invasi ke Ukraina Molor dari Target Rusia Terpaksa
Ini contoh Tank T-62 yang pertama kali dibuat pada 1961. Foto dari arsip Museum Sejarah Nasional Rusia.

Militer Rusia mulai membuka gudang persenjataan era Perang Dingin, untuk mengerahkan tank-tank uzur yang sudah berusia lebih dari 60 tahun. Hal ini terpaksa dilakukan Kremlin lantaran operasi penyerbuan Ukraina molor jauh dari target awal, dan lambat laun memakan korban tentara maupun alutsista yang dikerahkan ke negara tetangga mereka.

Pengamat internasional mengamati di beberapa front pertempuran Rusia-Ukraina, terlihat Tank jenis T-62, kendaraan lapis baja yang pertama kali dibuat pada masa Uni Soviet, tepatnya di tahun 1961. Beberapa unit tank uzur tersebut muncul dekat stasiun Melitopol, wilayah tenggara Ukraina. Kawasan tersebut sedang menjadi titik pertempuran paling sengit antara tentara Rusia dengan pasukan Ukraina yang berusaha mempertahankan negaranya dari invasi.

Iklan

Hal ini disinyalir sebagai tanda bila berkepanjangannya operasi militer di Ukraina mulai merugikan Rusia. Tak hanya mengerahkan tank tua, pemerintah Rusia juga baru saja meloloskan UU baru, menghapus batas maksimal rekrutmen tentara. Artinya, penduduk yang sudah lebih dari 30 tahun bisa diminta berjuang di garis depan.

Ukraina sendiri turut memantau pengerahan senjata lama milik Rusia tersebut. Dalam cuplikan rapat pada 23 Mei 2022, kantor staf Angkatan Darat Rusia menyorot kemunculan unit-unit T-62 sebagai keberhasilan militer negara mereka mengerem laju invasi, serta merusak cukup banyak tank Rusia yang usianya lebih muda.

Sejak awal, potensi kerusakan yang tinggi di uni tank Rusia sudah diramal oleh pengamat pertahanan internasional. Kualitas kendaraan lapis baja buatan Rusia dinilai tidak akan mampu menghadapi senjata anti-tank milik Ukraina yang dipasok dari Amerika Serikat dan NATO. Merujuk catatan independen, ratusan tank seri T-72, T-80, serta T-90 milik Rusia hancur sejak Vladimir Putin mengerahkan ratusan ribuan personel melancarkan serangan darat ke wilayah Ukraina pada akhir Februari.

Data milik Ukraina mengklaim tentara mereka sukses menghancurkan 1.300-an tank Rusia selama tiga bulan terakhir. Sementara, pengamatan independen memperkirakan jumlah tank Rusia yang rusak selama menginvasi Ukraina mencapai 700-an unit.

Iklan

Kebanyakan tank Rusia itu hancur akibat serangan misil drone serta Javelin jenis Byraktar. Namun dalam beberapa insiden, Rusia kehilangan alutsista pentingnya akibat kesalahan strategi. Salah satunya terjadi awal Mei, di tepian Sungai Siverskyi Donets. Puluhan tank Rusia kesulitan menyeberangi sungai tersebut. Dalam situasi terjepit, tentara Ukraina memanfaatkan situasi, menghujani batalion tersebut dengan serangan artileri berat. Dalam insiden Siverskyi tersebut, Rusia mengakui kehilangan 70 tank, sementara 400 prajuritnya tewas.

Petinggi militer Rusia awalnya menargetkan kota-kota penting Ukraina bisa dikuasai kurang dari dua pekan. Namun, kini perang berlarut-larut hingga mendekati empat bulan. Peluang gencatan senjata masih terbuka, namun negara-negara Barat sudah terlanjur menjatuhkan sanksi ekonomi yang keras, melumpuhkan kemampuan rezim Vladimir Putin meneruskan perang ini untuk waktu lama.

Sejak sanksi dijatuhkan, Rusia sudah tidak bisa lagi mendapat pasokan material impor untuk produksi beberapa alutsista andalan mereka. Tank T-62 yang kini dikerahkan, diyakini tidak akan lebih tahan gempuran artileri dibanding tank berusia muda. Tank T-62 dikerahkan Soviet dulu saat menyerbu Afghanistan pada era 80’an, serta Chechnya.

Di luar problem pasokan tank, Rusia kini juga mulai memikirkan sistem perang semesta untuk memastikan invasi mereka ke Ukraina tidak berujung kegagalan. Merujuk laporan The Barents Observer, Angkatan Laut Rusia mulai mengerahkan kapal-kapal nelayan dan pemecah es milik sipil, untuk ikut terlibat kampanye pengepungan Ukraina dari Laut Hitam.

Pengerahan kapal sipil ini diumumkan langsung oleh Kementerian Pertahanan Rusia lewat situs resminya. “Pemerintah mengadopsi doktrin militer baru, untuk memudahkan mobilisasi setiap unit yang siap sedia untuk membantu aktivitas maritim,” demikian terjemahan dari artikel di situs tersebut. Di perang laut dua bulan terakhir, Rusia ternyata tidak otomatis digdaya dibanding Ukraina, negara tetangganya yang selama ini tidak memiliki matra AL. Salah satu kapal induk Rusia, Moskva, berhasil ditenggelamkan dalam pertempuran di Laut Hitam.

Meski perang ini berlarut-larut, Rusia secara de facto berhasil memperluas wilayah yang berhasil direbut. Mayoritas kawasan timur Ukraina pelan-pelan dicaplok oleh tentara Negeri Beruang Merah. Namun konflik bersenjata secara umum mulai melambat, karena kedua pihak kehilangan banyak sumber daya.

Parlemen Rusia, sering dijuluki Duma, pada 25 Mei 2022 meloloskan revisi UU yang menghapus usia maksimal rekrutmen calon tentara baru. Dengan beleid tersebut, artinya setiap lelaki di atas 18 tahun dibolehkan bergabung dengan dinas ketentaraan. Kebijakan ini diambil karena jumlah tentara Rusia yang tewas di medan perang Ukraina jauh di atas perkiraan.