Konflik Rusia-Ukraina

Sanksi Ekonomi Berdampak, Turis Rusia di Bali Bokek Tak Bisa Tarik Tunai dari ATM

Merujuk data Januari 2022, ada lebih dari 1.000 warga Rusia mengunjungi Bali. Mereka semua sulit menarik uang dari ATM dan ada yang berniat kerja di Indonesia.
Turis Rusia di Bali Tak Bisa Tarik Tunai dari ATM Akibat Sanksi Ekonomi
Turis asing dari berbagai negara menggelar aksi mengecam konflik Ukraina-Rusia di Monumen Bajra Sandhi, Denpasar, pada 1 Maret 2022. Foto oleh Sonny Tumbelaka/AFP

Dua jaringan jasa pembayaran terbesar sedunia VISA dan Mastercard memutus sementara afiliasinya dengan berbagai bank di Rusia akibat invasi yang dilakukan pemerintahan Vladimir Putin ke Ukraina. Dampaknya, penduduk kewarganegaraan Rusia di berbagai belahan dunia jadi kelimpungan karena asetnya dibekukan, membuat mereka tak bisa menarik uang tunai untuk melakukan transaksi sehari-hari di negara orang. Tidak terkecuali para turis Rusia yang sedang berada di Bali.

Iklan

Kepada kantor berita Reuters, seorang turis Rusia di Bali bernama Konstantin Ivanov mengeluhkan kondisi yang menimpanya. Ia mulai mempertimbangkan akan mencari pekerjaan di Indonesia buat bertahan hidup. “Ini menciptakan masalah besar bagi kami. Kami benar-benar kehilangan uang, mereka membekukannya dan kami sama sekali tidak bisa menggunakannya di sini [di Bali],” kata pemuda 27 tahun itu kepada Reuters.

Kedutaan Rusia di Jakarta menawari penduduk Rusia yang kesulitan menarik uang tunai di Indonesia untuk beralih menggunakan bank di Rusia yang terafiliasi dengan sistem pembayaran UnionPay dari Tiongkok. Saat ini, Rusia sedang mengalami tekanan ekonomi tinggi setelah banyak perusahaan multinasional menarik diri dari negara tersebut. Beberapa di antaranya adalah restoran cepat saji McDonald’s, franchise kopi Starbucks, perusahaan minuman Coca-Cola, produsen produk makanan Nestlé, perusahaan rokok Philip Morris, dan produsen perangkat elektronik Sony.

Bali merupakan salah satu destinasi favorit warga negara Rusia untuk berlibur. Sebelum pandemi, tingkat kunjungan turis negara Eropa Timur tersebut terus naik dari tahun ke tahun. Pada 2019, tercatat hampir 160 ribu turis Rusia mengunjungi Bali, meningkat 26 persen dari 2018. Setelah sempat menurun saat pandemi, perlahan angka kembali naik. Pada Januari 2022, terekam 1.150 paspor Rusia masuk Indonesia, mayoritas menuju Pulau Dewata.

Iklan

Kalau belajar dari sejarah, habisnya uang para turis asing kala berlibur di Indonesia, apa pun alasannya, kerap menimbulkan masalah bagi masyarakat setempat. Pada 2020 lalu, WNA Rusia bernama Marat Minnubaev (36) diamankan Satpol PP Badung karena ketahuan menggunakan lapangan sekitar Bandara I Gusti Ngurah Rai sebagai tempat tidur. Kepala Satpol PP Badung I Gusti Agung Kerta Suryanegara menyebut sang turis kehabisan uang.

“Awalnya jalan-jalan [di Bali], karena enggak punya uang ya tidur di sana. Di Indonesia enggak ada penerbangan balik [ke Rusia karena pandemi]. Terdampar di sini,” kata Suryanegara kepada Kompas.

Masih di tahun yang sama, turis asal Rusia Markelov Maksim (24) diamankan kantor imigrasi setelah melakukan hal-hal aneh di sebuah vila daerah Badung. Markelov diduga stres enggak punya duit sehingga berteriak tanpa sebab, kencing di wastafel, memutar-mutar gas, sampai tidur ngasal di sekitar vila.

Petugas Imigrasi Kelas I TPI Denpasar segera menjemputnya setelah mendapat laporan dari warga yang resah. Penyelidikan menyebut Markelov juga terlibat utang yang cukup banyak kepada teman-temannya dan menumpuk kasbon di sebuah restoran pinggir pantai. “Sekarang kami tahan dia dulu. Dia juga mengaku berkeinginan menjadi WNI,” kata Humas Kanwil Kemenkumham Bali I Putu Surya Dharma dilansir dari Suara.

Fenomena bule kehabisan uang, biasa disebut “begpacker”, saat wisata ke Indonesia juga enggak melulu didominasi WNA Rusia. Ada turis Bulgaria yang mengais sampah di Bali demi menghemat uang makan dan tempat tinggal untuk beli tiket pulang ke negaranya. Ada bule Inggris yang mondar-mandir enggak jelas di Tangerang selama empat bulan. Ada juga turis asal Ceko yang kehabisan ongkos dan enggak mampu bayar penginapan sampai-sampai hotel ikhlas menggratiskan biaya, sementara polisi Pekalongan bergantian mengongkosi mereka.