Opini

Alternatif Jawaban buat Orang yang Enggak Nyaman Ditanya 'Agamamu Apa?'

Ada emang orang kepo yang ngerasa perlu banget nanyain urusan privat. Berhubung mengubah perilaku orang kayak gitu ribet, tangkis aja pakai empat jawaban ini.
Cara menjawab pertanyaan agamamu apa di Indonesia viral yudha keling
Ilustrasi bertanya soal agama via Pxfuel

Nontonin curhatan pelawak tunggal Yudha Keling bikin saya mendadak mikir dalem. Dalam video berdurasi 50 detik itu, Yudha menyampaikan keresahannya. Doi protes sama orang-orang yang enggak nyaman saat ditanyain agamanya apa. Menurut doi, kalau ditanya soal agama, ya tinggal jawab aja gitu. Enggak usah ribet.

Video Yudha tersebar luas. Per 19 Juni petang, video sudah ditonton lebih dari 300 ribu kali, memunculkan berbagai macam reaksi. Sebagai pernyataan yang muncul dari seorang komedian, saya mencoba memperlakukan video ini sebagai unggahan lawakan semata. Tapi, dibanding tertawa, saya ya malah mikir. Yudha tahu enggak sih kenapa pertanyaan “agamamu apa” enggak nyaman buat sebagian orang?

Iklan

Salah satu reaksi paling dominan dari kemunculan video tersebut menganggap Yudha ignoran, terlalu nyaman dengan jubah mayoritasnya.

Padahal gampang ya memahami di situasi tertentu pertanyaan soal agama bisa dianggap kasar dan bikin orang males jawab. Tapi, ya sudah, daripada capek-capek mengubah pendirian Yudha, lebih baik kita mempersiapkan diri saja untuk menghadapi orang-orang yang kayak Yudha di sekeliling kita.

Sambil rebahan, saya coba bikinin alternatif respons yang bisa kamu lontarkan kalau ditanya orang enggak sopan dengan pertanyaan "Agama lo apa sih?"

"Emang kenapa?"

Nanya balik bukan cuma perkara ribet. Bertanya masih jadi contoh efektif mengetahui niatan pertanyaan si penanya. Semua-semua kan tergantung niat. Makanya, Mas Yudha, latar belakang jadi penting di sini. Selain itu, nanya balik adalah bentuk baik sangka, kita masih membuka kemungkinan apakah si penanya adalah petugas sensus penduduk. Atau siapa tahu juga, dia emang hobi ngumpulin informasi terkait agama semua orang untuk kepentingan analisis big data. Kalau emang bener begitu, ya jawab aja santai yang sebenar-benarnya, kan demi ilmu pengetahuan.

Tapi, kalau pas ditanya balik si penanya malah bilang, “Ya nanya aja,” atau “Ya pengen tahu aja,” atau “Duh apasih baper banget,” enggak usah ditemenin lagi orang kayak begitu. Mau bertanya kok pengin lepas dari konsekuensi pertanyaannya.

"Apa itu Agama?"

Masih dalam metode menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, respons yang satu ini lebih filosofis. Pikiran kita akan dibawa ke aspek-aspek sejarah penting umat manusia. Mantap, free-thinker abis.

Iklan

Di saat-saat yang tepat, respons ini bisa bikin situasi menjadi cerah karena mengundang gelak tawa. Di saat-saat kurang tepat, keheningan akan tercipta dan muncul teguran karena dianggap tidak percaya konsep Ketuhanan dan diusir dari NKRI karena enggak berkepribadian sesuai (((jati diri bangsa))). Seru-seru banget kan kemungkinannya? Anda dan si penanya lantas bisa berbincang panjang ditemani secangkir kopi di pinggir kolam ternak lele.

"Sunagakure"

Jawaban ini hanya akan menimbulkan dua respons. Pertama, dimarahin dan diceramahin penggemar manga karena Sunagakure bukan agama, melainkan desa. Respons kedua, dihujat mati-matian oleh mereka yang teringat sejarah buruk pengkhianatan atas penyerangan Sunagakure ke Desa Konoha yang menyebabkan Hokage Ketiga terbunuh oleh Orochimaru.

Abis ribut-ribut sebentar, kalian bisa bergandengan bersama-sama nonton teater JKT48.

"Buriburizaemon"

Bersiap-siaplah dengan respons: “APA? KAMU MENYEMBAH SAMURAI BABI?”

Orang Indonesia emang demen mengulik hal pribadi. Sekalinya enggak dijawab, malah dituduh ribet. Kalian harus ngerti bahwa buat sebagian orang, agama adalah pergulatan diri yang pelik dan kadang bisa berlangsung seumur hidup. Di titik itulah menanyakan agama tanpa kepentingan jelas setara enggak sopannya dengan nanyain "Kapan nikah?" dan "Kenapa belum punya anak?"

Gitu.