klomba balap lari jalanan marak di Makassar Sulawesi Selatan Didukung Pemkot
Peserta lomba balap lari jalanan beraksi di ajang Lantang Bangngia, yang digelar Pemkot Makassar. Semua foto oleh Iqbal Lubis.
Tren Anak Muda

Sulsel Jadi Pusat Kancah Balap Lari Jalanan Paling Menggairahkan di Nusantara

Meski trennya meredup di wilayah lain, lomba balap lari jalanan antar pemuda masih sangat aktif di Sulsel. Ini catatan VICE usai mengunjungi ajang lari jalanan digelar komunitas maupun Pemkot Makassar.

Lebih dari seratus anak muda berkumpul di jalanan kampung kecil Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Saat itu sudah lewat tengah malam, memasuki 19 April 2022. Puluhan motor terparkir di sisi jalan desa. Beberapa pemuda memilih duduk di jok, ada yang berdiri sambil bercanda dengan sebayanya, selebihnya duduk di atas aspal. Mereka semua bersiap meramaikan balap lari liar jalanan, yang sejak 2020 semakin digemari anak muda di Sulsel.

Iklan

Beberapa menit sebelum pertandingan lari digelar, lokasi kegiatan terpaksa dipindah. Ada warga lanjut usia di jalur lari sedang sakit, kebisingan lomba dan interaksi ratusan muda-mudi selama acara dikhawatirkan bisa mengganggu sang lansia istirahat.

Tak ada yang protes. Bagi para pegiat lomba lari jalanan ini, bergembira untuk diri sendiri harus pula memberikan kegembiraan pada orang lain. Saya pertama kali mengetahui bila balap lari masih rutin digelar di Sulsel dari akun Instagram bangkala.run.race. Kolektif ini menjadi penyelenggara, wasit, mencari peserta, sekaligus bertugas menyediakan tempat untuk ajang lari jalanan.

Perpindahan jalur akhirnya disepakati. Letaknya di jalan dusun yang lurus dengan aspal mulus. Kiri kanannya dihiasi kebun jagung atau pula tanaman sayuran warga. Salah satu pemuda yang menjadi wasit mengambil serpih batu kapur, lalu menggores jalan aspal menjadikannya garis start.

Lalu di ujung lainnya dibuat garis finish. Supaya tidak dituding memihak, sudah lazim bila penyelenggara meminta wakil pendukung pelari memasang minimal tiga kamera di garis akhir untuk memastikan pemenang selalu akurat.

Jarak lari yang disepakati adalah 100 meter, patokan mudahnya di antara dua tiang listrik. Tiang listrik menjadi penunjuk jarak di berbagai komunitas balapan Sulawesi Selatan, sebab jaraknya senantiasa terentang tiap 50 meter. Pada jarak 50 meter, satu garis pula ditorehkan, lalu menuliskan kata Ladies—khusus untuk pelari perempuan yang ikut serta. 

Iklan
Balap Lari Jalanan-Iqbal Lubis_9 (1).jpg

Penyelanggara balap lari komunitas membuat garis start di jalan aspal secara swadaya.

Dua pelari pertama malam itu bertemu dekat garis start. Di saat bersamaan dua penonton bernegosiasi mengenai jumlah taruhan, lalu saling berjabat tangan setelah bersepakat di angka Rp300 ribu. 

Para pendukung kedua pelari berdiri di sisi jalan, untuk memberi semangat. Di garis akhir, dua saksi masing-masing pelari juga telah bersiap. Satu unit motor diparkir di sisi jalan tepat lurus dengan garis akhir. Lampu motor dinyalakan untuk menerangi garis. 

“Oke, buka, buka, buka….,” teriak seseorang, untuk memastikan jalur aman dilalui pelari.

“Garis finish, siap!” 

“Oke, siap.”

Nama masing-masing pelari diteriakkan. Satu orang pelari adalah penantang dari kompleks perumahaan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Makassar. Usianya 17 tahun. Pelari yang ia tantang dari Pattalassang juga sepantaran.

Dua pelari itu tetap berdiri, hanya membungkukkan punggung sedikit, pandangan lurus mengikuti jalan. Kalian jangan membayangkan melihat gaya pelari profesional seperti dalam ajang Olimpiade. Di ajang balap lari jalanan, teknik nyaris tidak diperhatikan.



Sebelum pertandingan perdana itu dimulai, Rais—nama alias pemilik akun bangkala.run.race—menjelaskan aturan lomba pada kerumunan. 

“Hitungan tiga baru lari.”

“Jangan saling sentuh, kalau yang menyentuh waktu lari akan didiskualifikasi.” 

“Lurus saja, masing-masing nah.” 

Rais berdiri tepat di tengah dua pelari itu. Dia memastikan kaki masing-masing pelari tak melewati garis. Saya bersama penonton lain di samping jalan mulai merasa tegang. “Satuuu, duaaaa, tigaaaa,” begitu Rais selesai mengucapkannya, kedua pelari melesat. 

Iklan

Para penonton yang berbaris di sisi jalan turut bersorak dan berteriak, sebagian ikut berlari. Di garis akhir, sang penantang dikalahkan. “Mana pelarimu, manaa…,” kata salah satu pendukung pelari dari Pattalassang penuh semangat. 

Pendukung pelari dari komplek BTP sedikit terpancing, meminta bocah itu agar tidak melempar ejekan. Ada sosok lain yang buru-buru dirangkul kawannya karena terlihat hendak menyerang. Emosi massa untungnya luruh dengan cepat. “Oeee, ini hanya hiburan. Jangan ada yang tersinggung,” kata Rais. 

Rais memotong uang taruhan sebesar Rp20 ribu, untuk membeli air dan dibagikan ke beberapa orang. Si penantang pulang. Tak ada insiden malam itu, semuanya bergembira. 

Selama sepekan, saya memantau beberapa akun lari Sulsel di Instagram. Setiap hari mereka memposting calon pelari dengan desain yang lucu, dengan ajakan tantangan yang provokatif. “Cari Lawan”, demikian lazimnya caption ditulis. Profil para pelari disertai lagu dari aplikasi TikTok. Lelaki maupun perempuan sama-sama aktif mencari lawan di ajang balap lari jalanan.

Salah satu akun paling aktif adalah racerun.samata. Setiap hari akun itu menampilkan calon penantang, ataupun mengunggah rekaman adu lari dari berbagai lokasi. Tradisi balap lari liar berkembang amat pesat di berbagai kota Indonesia mulai 2020, konon dimulai dari Bekasi, ketika banyak anak muda terpaksa berdiam di rumah akibat pandemi Covid-19.

Iklan

Acara balap liaran bertambah ramai karena melibatkan uang taruhan para penonton. Ketika pamor balap lari liar mulai meredup di kota-kota lain, terutama karena sempat diperangi polisi dan Satpol PP, gairah pegiatnya di Sulsel rupanya masih tinggi. Dari pusatnya di Makassar, tren tersebut lantas merambat hingga beberapa kabupaten lain di Sulsel. 

Balap Lari Jalanan-Iqbal Lubis_6 (1).jpg

Salah satu calon peserta balap lari jalanan di Makassar yang sedang mencari lawan di lokasi.

Ketika calon pelari mendapatkan lawan, penantang bisa meminta klasifikasi lebih detail, yang dalam istilah komunitas ini dijuluki spek. Data itu mencakup tinggi badan, usia, dan jika dibolehkan termasuk foto betis. Komunikasi antar calon pelari dibangun melalui pesan direct massage di Instagram, atau bagi mereka yang sudah saling kenal, bisa langsung berkoordinasi melalui aplikasi pesan Whatsapp.

Lambat laun, muncul orang yang berperan menjadi “manager” untuk pelari sekaligus menjadi penghubungnya saat mencari calon lawan. Kesepakatan dengan sistem ini akhirnya menaikkan nilai taruhan. Saya mendapat informasi, taruhan paling besar pernah terjadi mencapai Rp7 juta.

Tapi, ajang balap lari liar bukan sekadar soal taruhan. Kegembiraan yang dirasakan penonton maupun peserta betul-betul riil. Adu lari ini seringkali selesai amat cepat, hanya dalam hitungan detik. Di Pattallasang, seorang pelari pernah mencatatkan waktu tempuh 12 detik untuk 100 meter.

Balap Lari Jalanan-Iqbal Lubis_3 (2).jpg

Pemandangan menjelang garis akhir balap lari jalanan di Jl Kodam II Makassar.

Rais menyatakan bangkala.run.race pertama kali diinisiasi pada 14 April 2022. Awalnya sekadar seru-seruan, tapi kemudian menjadi rutin. Wilayahnya dinyatakan sebagai salah satu tempat yang nyaman untuk balap lari jalanan. Bahkan beberapa warga setempat ikut menonton dan memberi dukungan.

Iklan

“Bagi saya ini positif. Lihat sisi lainnya. Daripada mereka pergi balapan motor, ini kan juga untuk olah raga,” kata Makmur, salah seorang warga. 

Makmur sampai mengizinkan anaknya mengikuti lomba balap lari. Di kampungnya, sosok anaknya sedang tenar sebab belum pernah dikalahkan. “Jadi kalau lari malam, saya bilang ke anak-anak, jangan begadang dulu. Istirahat. Biar nda loyo dan konsentrasi bagus,” katanya. 

“Kalau dia tidak fokus kan bisa jatuh dan itu bahaya, apa lagi aspal.” 

Ketakutan Makmur cukup beralasan. Adu lari ini mewajibkan semua peserta tidak menggunakan alas kaki. Sudah biasa bila beberapa telapak kaki pelari terluka akibat gesekan aspal. Tapi, karena aturan hanya menyorot alas kaki, sebagian peserta jadi kreatif di perkara lain untuk meningkatkan “aerodinamika”. Ada yang tidak pakai baju, atau menggulung celana pendeknya hingga ke selangkangan. Alasannya, supaya tidak berat dan mengganggu laju mereka.

Di Pattalassang saya menyaksikan tujuh pasang pelari malam itu. Acara baru berakhir sekitar pukul 02.00 WITA. Mayoritas peserta masih berstatus pelajar SMP dan SMA. Tidak ada dendam antara yang kalah ataupun menang. “Jadi ini bukan ajang mencari uang. Tapi ajang bergembira dan bersuka cita,” kata Rais. 

Tren balap lari muda-mudi ini terendus Pemerintah Kota Makassar. Melihat animonya tinggi, pemkot menggelar hajatan serupa dengan nama Lantang Bangngia (bahasa Makassar: artinya “tengah malam”) Run Race, pada 21 April 2022. Kegiatan lari ini digelar serentak di 15 kecamatan kota Makassar. Para pemenang dari tiap kecamatan akan ditarungkan lagi pada 28 April 2022 di kawasan Losari.  

Iklan

Namun berbeda dari suasana ajang yang digelar komunitas, pada malam berlangsungnya balap lari jalanan versi pemkot di Jalan Ir Juanda, banyak penonton gusar. Wajar saja, sebab Walikota, disambung pejabat-pejabat lain, bergantian memberi sambutan. Padahal di sepanjang jalan sudah berkumpul ribuan warga yang menanti adanya balap lari.

“Lama sekali. Kita datang tidak mau dengar mereka bicara. Mau nonton orang lari,” kata salah seorang warga. 

“Kenapa semua orang suka bicara kah. Kasi [bikin acara] lama saja,” ujar penonton lain di sebelah saya. 

Baru pada pukul 23.00 WITA, akhirnya tetek bengek birokrasi berakhir. Panitia meminta warga tertib menonton dari balik tali rafia yang membentengi jalan. Empat pelari bersiap digaris awal. Sistem lomba versi Pemkot ini tidak mengadu dua pelari saja. Setelah hitungan ketiga mereka melesat. 

Balap Lari Jalanan-Iqbal Lubis_0.jpg

Warga Makassar menonton ajang lari jalanan Lantang Bangngia yang digelar pemkot.

Saya merasa sedikit asing di tengah kerumunan. Suka cita dan semangat tak menyala seperti saya dapati di Pattalassang. Ada sekitar 260 pelari yang akan bertanding sepanjang malam. Saya hanya mampu menyaksikan empat pertandingan dan memilih keluar kerumunan.

Di luar kerumunan, saya mendengar pelari nomor urut 120 mendapat giliran tanding. Masih ada ratusan pelari lain mengantre. Dalam flyer yang tersebar, registrasi acara dipatok Rp5 ribu per orang. Pemkot memberi iming-iming hadiah untuk juara pertama sebesar Rp2 juta, juara berikutnya berturut-turut Rp1,5 juta, Rp1 juta, dan juara keempat dapat jatah paling kecil Rp500 ribu. 

Iklan

Saya jadi berpikir, hajatan pemkot ini terasa kurang organik. Bahkan, untuk para pelari amatir, saya khawatir mereka hanya merasa kelelahan tanpa kesenangan. 

Admin akun Racerun Samata, saat saya ajak ngobrol soal acara lomba lari versi Pemkot, mengaku tetap mengapresiasinya. Setidaknya, ajang ini membuat citra lari jalanan menjadi lebih positif bagi masyarakat umum. “Itu meningkatkan euforia masyarakat, dan semua kelas sosial dapat menyaksikannya,” ujarnya. “Yah meskipun syarat akan kepentingan politik sih.” 

Tapi, hal yang paling membedakan acara pemkot dengan gelaran komunitas adalah sistem hadiah, membuat peserta fokus jadi juara. Sementara di ajang liaran, para peserta tak terlalu peduli bakal menang atau kalah.

Racerun Samata mengaku akan terus menggelar acara balap komunitas, bersama puluhan akun sejenis dari seantero Sulsel. Sebab, kegiatan mereka terbukti meminimalisir risiko kejahatan malam, seperti balap motor liar dan aksi jambret yang biasa mengintai di sudut-sudut kota. 

Seperti di kota-kota lain, acara lari jalanan di Makassar sebetulnya berulang kali dibubarkan polisi. Namun para penyelenggarannya tak habis energi untuk kucing-kucingan mencari lokasi sepi. Kini, ada beberapa lokasi yang identik sebagai arena balap lari jalanan, misalnya komplek BTP, Antang, Cokonuri, Barukang, Kandea, jalan depan masjid Al-Markas, Daya, Pettarani, Gowa, hingga sekitaran kampus Universitas Negeri Makassar. 

Iklan

Pada 2021, ketika penertiban sedang marak-maraknya, seorang pelari yang aktif ikut acara liaran di Makassar sampai didatangi rumahnya oleh kepolisian. Dia diminta berhenti terlibat acara balap lari liar. Ada juga yang sempat ditangkap aparat.

Namun, di sisi lain, ajang ini juga lambat laun mengundang minat mereka yang memiliki latar olahraga lari profesional. Animo komunitas lari jadi sangat sulit dibendung polisi.

Balap Lari Jalanan-Iqbal Lubis_5.jpg

Para penonton terpantau memberikan uang taruhan saat menjagokan pelari.

Menurut salah satu pengelola akun lari jalanan di Makassar, uang hadiah dari potongan hasil taruhan di lokasi cukup menggiurkan. Tidak mengejutkan bila pelari yang jago bisa meraup uang hingga Rp5 juta dalam semalam. Normalnya, pelari mendapat bagian 20 persen dari total uang yang didapat pihak pemenang taruhan. Persentase pembagiannya bisa lebih kecil atau besar sesuai kesepakatan.

“Itu taruhan dalam lintasan. Di luar arena ada taruhan lain lagi dan biasanya besar juga. Ini yang membuat semangat [peserta] semakin besar,” ujarnya.

Tidak selamanya uang taruhan ini melulu kita nilai negatif. Pada acara balap lari jalanan yang digelar Makassar Support Collective bersama Aliansi Bara-Barayya, uang kolekan justru menjadi donasi bagi penduduk yang sedang tertimpa musibah.

Bara-barayya adalah kawasan di tengah kota Makassar. Sejak 2021 warganya bersengketa dengan TNI dan perusahaan pengembang yang berniat menggusur rumah mereka. Penolakan warga sampai dilaporkan ke Komnas HAM. Nestapa penduduk Bara-barayya bertambah, ketika terjadi kebakaran pada 30 Maret lalu melahap rumah beberapa warga. Ajang lari digelar Makassar Support Collective itu berhasil mengundang partisipasi 30 pelari, yang diminta menyumbang untuk warga Bara-barayya. Donasi yang terkumpul mencapai Rp535 ribu.

“Hitung-hitung latihan lah kalau nanti [kembali] membantu warga Bara-Barayya,” kata pemilik akun Makassar Support Collective.


Eko Rusdianto adalah jurnalis lepas yang bermukim di Makassar. Liputannya yang lain untuk VICE bisa dibaca lewat tautan berikut.

Iqbal Lubis adalah fotografer lepas berbasis di Makassar. Simak foto-fotonya di tautan ini.