Budaya

Para Pekerja EO Bocorkan Momen Tergila yang Mereka Alami Selama Pesta Tahun Baru

Ada yang kewalahan menggotong anak di bawah umur yang pingsan gara-gara mabuk, ada juga yang diculik setelah komplain persiapannya kurang matang.
Shamani Joshi
Mumbai, IN
Pesta malam tahun baru
Foto oleh Thomas Barwick / Getty

Kalian bisa pesta semalam suntuk kapan saja kalian mau. Akan tetapi, ada kesenangan tersendiri ketika dibarengi perayaan tahun baru. Setelah seharian berkutat dengan tugas dan tanggung jawab, kalian bersiap-siap menghabiskan malam penghujung tahun dengan meriah.

“Banyak pesta Malam Tahun Baru diselenggarakan panitia dadakan, yang mata pencahariannya bukan di bidang ini dan hanya mencari keuntungan instan dari acara tahunan,” terang Arjun Shah, pendiri agensi bakat Shark&Ink yang telah memahami seluk-beluk industri hiburan malam di India. “Segalanya menjadi kacau jika mereka kehilangan uang.”

Iklan

Shah mengenang pesta Malam Tahun Baru yang diadakan di kota Coimbatore, selatan India, beberapa tahun lalu. Kala itu, perusahaannya memakai jasa operator lokal untuk memfasilitasi produksi di sebuah gedung.

“Rekan saya tidak puas dengan hasilnya dan sound system gedung. Dia diculik setelah melaporkannya ke kru produksi,” ungkapnya. Kru produksi ternyata juga belum dibayar upahnya, sehingga mereka menculik rekan Shah untuk minta uang tebusan. “Masih di malam yang sama, seluruh bagian belakang panggung tak sengaja terbakar gara-gara ada yang mencoba menyalakan kembang api di sana.”

Persiapan acara tahun baru yang buruk sudah menjadi kesalahan yang terelakkan bagi mereka-mereka yang telah puluhan tahun berkecimpung di industri hiburan.

“Di pesta lain, panitia menipu rekannya dan membawa kabur semua uangnya,” kata Shah, mengingat-ingat kejadian yang sudah lalu. “Gedung tiba-tiba mematikan lampu dan suara di tengah penampilan DJ kami.”

Mengingat skala produksi yang besar untuk setiap pesta, tak jarang penyelenggara tumbang di bawah tekanan dan lari dari tanggung jawab ketika acaranya gagal total. Di lain waktu, orang yang berpesta pora yang kehilangan akal sehat mereka.

“Bukan tanpa alasan kami berhenti menawarkan paket ‘All You Can Drink’ di hari besar,” ujar Vivek Dudani selaku kepala program acara di Social, rantai bar dan restoran di India. “Banyak anak di bawah umur mabuk-mabukkan pakai KTP palsu, tapi kemudian pingsan dan muntah di mana-mana. Bartender kami terpaksa kerja ekstra sebagai dokter dan memapah orang pingsan keluar.”

Iklan

Namun, menangani partygoer yang tak sadarkan diri tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kegilaan di balik layar.

“Suatu ketika, musisi yang tampil di Sunburn (festival EDM yang digelar setiap Desember di Goa) mengadakan after-party besar-besaran di arena musisi,” kenang Dudani. “Musisi lokal dan internasional minum-minum dan pesta sampanye. Seorang musisi yang mabuk berat tak sengaja memasuki green room dengan dinding berlapis dan memecahkannya. Semua orang sudah mabuk, jadi mereka kira dia sengaja melakukan itu dan menganggapnya lucu. Mereka lalu bergantian memecahkan green room. Benar-benar kacau balau.”

Mirasantika kerap tak terlepaskan dari perayaan Tahun Baru, meski ada beberapa yang memanfaatkannya untuk pamer kekayaan.

“Pada saat pesta sampanye mewah yang kami gelar di Goa, ada turis muda kaya yang ingin menjadi bagian dari dunia itu. Dia memesan sekitar 100 botol sampanye,” tutur Rishabh Joshi, produser musik dan co-founder perusahaan EO Caviar Noir. “Turis kaya lain menyaksikan ini dan membeli 200 botol. Dia cuma punya uang dolar, yang dilempar begitu saja ketika kami memintanya membayar pesanan. Setelah itu, dia langsung pingsan.”

Joshi membeberkan kasus seperti itu sering terjadi di India. Orang lebih mementingkan aspek sosial dari pesta Malam Tahun Baru ketimbang makanan, musik atau detail lainnya. Namun, tentu saja, setiap orang punya prioritasnya masing-masing.

“Salah satu musisi kami manggung di festival Malam Tahun Baru di Gujarat (yang penjualan dan konsumsi alkohol dilarang pemerintah),” Shah bercerita. “Pengunjung dijanjikan sebotol Coke dan bhajiya gratis (gorengan khas India). Akan tetapi, penyelenggara kehabisan stok bhajiya. Pesta mendadak menjadi arena pertumpahan darah. Penonton ribut dan memukul satu sama lain, bahkan sampai meneriakkan ‘kita mau bhajiya’ saat DJ naik ke atas panggung. Benar-benar gila.”

Follow Shamani di Instagram dan Twitter.