Kota Paling Mengecewakan di Dunia Menurut Netizen
Foto: David Rodrigo / Unsplash
Travel

Daftar Kota-Kota Tujuan Wisata yang Tak Seindah Ekspektasi, Menurut Netizen

Contoh: Dubai dianggap tidak punya identitas, sementara Kabupaten Badung di Bali dinilai kebanjiran digital nomad rese dan makanan mahal.
Shamani Joshi
Mumbai, IN

Setiap orang pasti pernah merasa kecewa terhadap sesuatu dalam hidup mereka. Mungkin itu sebatas burger KFC yang bentuk aslinya lebih miris daripada di foto, atau kesal karena tim jagoan kalah dalam pertandingan. Hal ini juga berlaku pada saat kita bepergian ke suatu tempat. Ulasan orang-orang yang telah berkunjung ke sana mayoritas positif, membuat kita antusias untuk membuktikannya dengan mata kepala sendiri. Akan tetapi, begitu sampai di lokasi yang dituju, kenyataannya enggak bagus-bagus amat.

Iklan

Entah makanannya, jalanan macet atau suasana kota yang berantakan, kita semua pernah mengalami liburan yang mengecewakan. Dan belakangan ini, ada utas viral di Reddit yang membuktikan kalau kita tidak sendirian.

Dibuka dengan pertanyaan dari pengguna Reddit yu/0_7_0, orang saling menceritakan perjalanan yang paling mereka sesali seumur hidup. Banyak faktor yang membuat mereka kecewa pada suatu tempat — keamanan dan konsep wisata Instagramable menjadi alasan utama.

Atlantic City menduduki peringkat pertama. Kota di Negara Bagian New Jersey, Amerika Serikat itu dijuluki overrated di kalangan wisatawan yang mengharapkan destinasi wisata ini beneran versi East Coast-nya Las Vegas.

Atlantic City

Foto: Chermel Porter / Unsplash

“Atlantic City. Lebih kotor dan kumuh daripada yang gue kira,” tulis User_492006, memicu serangkaian kisah serupa dari banyak pengguna Reddit lainnya. Menurut seseorang, mengunjungi tempat itu ibarat “menggigit apel, tapi ternyata yang dimakan bawang.”

Banyak yang menganggap Marrakesh sangat mengecewakan karena terlalu melayani wisatawan kulit putih, sehingga menghilangkan keaslian budaya Maroko. 

Marrakesh, Maroko

Foto: Milad Alizadeh / Unsplash

“[Marrakesh] mungkin masih menakjubkan sebelum tahun 2000, tapi sekarang lebih terasa seperti Disneyland untuk menyenangkan turis barat. Orang pakai kostum Ali Baba tapi bertingkah seperti digital nomad,” keluh pengguna legshampoo. “Setengah dari ‘kerajinan tangan’ mereka hanyalah barang murahan dari Cina. Banyak tukang tipu di sepanjang jalan. Seisi kota terasa seperti tiruan untuk menguras uang turis bego.”

Iklan

Selanjutnya ada Air Terjun Niagara, yang sering dijuluki keajaiban dunia. Pengunjung tak lagi merasakan sensasi menyatu dengan alam ketika mendatangi objek wisata ini. 

Air Terjun Niagara

Foto: Sergey Pesterev / Unsplash

“Gue baru tahu air terjunnya berada di kota, awalnya ngira ada di taman nasional. Keseluruhan tempatnya terasa seperti pusat perbelanjaan raksasa,” pengguna youburyitidigitup menuturkan. Sementara sebagian besar pengguna setuju dengannya, komentar tersebut memicu diskusi menarik seputar penyebab pemisahan taman nasional di AS. “Urbanisasi Air Terjun Niagara telah mengilhami para konservasionis untuk melobi sistem taman nasional,” urai pengguna Reddit zneave.

Dubai menjadi kota lain yang dinilai telah kehilangan jati dirinya.

“Gue niatnya mau liburan 10 hari di sana, tapi muak setelah keliling seharian. Kebanyakan mall. Gak ada budayanya sama sekali,” pengguna wric84 berkomentar. Seseorang bernama pengguna mal1k7 lalu menimpali dengan fakta Dubai berdiri megah di atas pengorbanan tenaga kerja murah dari luar negeri. “Negara ini dibangun lewat cucuran darah dan air mata tenaga kerja murah dari Pakistan, India, Sri Lanka, Bangladesh,” tukasnya.

Iklan

Yang lain merasa Bali, dalam hal ini Kabupaten Badung, telah kehilangan jiwanya. Bagi mereka, pulau dewata yang terkenal akan pantai indahnya berubah menjadi pusat wisata berbasis Instagram.

“Bali sudah berubah drastis 10 tahun terakhir. Dulu Bali sangat indah dan luar biasa… tapi sekarang penuh ‘digital nomad’ rese dan makanan mahal,” tandas HippoNo9775. “Gue masih ingat saat Bali jadi tempat selancar yang keren dengan makanan murah.”

Bali Indonesia

Foto: Alexa West / Unsplash

Tak sedikit pengguna yang berurusan dengan orang rasis di Beijing. Pengguna thisis2022 menceritakan pengalamannya menjadi tontonan warga karena berkulit Hitam. “Begitu gue dan saudara turun dari kereta di Beijing, semua orang menatap kami seolah-olah kami habis menampar ibu [mereka]. Ada kali 10 orang yang memfoto tanpa izin. Itu benar-benar pengalaman yang aneh, apalagi gue baru 14 tahun kala itu.”

Beijing, Tiongkok

Foto: zhang kaiyv / Unsplash

Rasisme tampaknya menjadi hal paling mengganggu di mana pun wisatawan berada, tapi bukan satu-satunya yang membuat mereka merasa tak aman selama perjalanan. Dalam sejumlah kasus, nyawa pengguna berada dalam bahaya ketika menjelajahi daerah asing.

“Baru juga lima menit sampai di Rio, gue kena tembak,” kenang pengguna VerySpecialCognac, yang kemudian menjelaskan kejadian lengkapnya.

“Gue dan dua orang teman berkendara tujuh jam dari Sao Paulo. Tapi gue hampir dirampok saat di pom bensin. Beberapa tembakan dilepaskan, tapi cuma kena sekali. Teman yang orang Brasil langsung membawaku ke ‘kenalan dokter’, kami menginap di sana semalaman dan menenggak pitu bersamanya. Dia orang yang baik, ceritanya gila semua.”

Iklan

Seperti kebanyakan pengguna lainnya, Drulock merasa kota yang ditimpa kemelaratan memberikan pengalaman terburuk. “New Orleans,” sebutnya. “Makanannya enak, musiknya juga bagus. Tapi kotanya sangat buruk. Di mana-mana bau pesing dan muntah.”

Beberapa merasakan hal yang sama dengan Manila di Filipina. “Lalu lintasnya kacau, dan kotanya kotor,” tutur pengguna Bigjay_37. “Gedung-gedungnya bagus, tapi keseluruhan pengalamannya bikin stres.”

Banyak juga yang mengeluhkan betapa tidak amannya kota Napoli di Italia. “Gue mengunjungi Napoli saat masih kuliah (F19) di akhir 80-an,” kata WoodSteelStone. “Begitu keluar dari stasiun kereta, ada dua laki-laki yang menawarkan uang kalau mau donor darah. Mereka bilang darahnya diambil di mobil van putih berjenis transit gak jauh dari situ.” Orang-orang sepakat kota itu sangat tidak aman, khususnya bagi pelancong perempuan.

Napoli, Italia

Foto: Samuel C. on Unsplash

Pada akhirnya, utas Reddit ini mirip ulasan-ulasan lain: sifatnya subjektif, tapi bisa untuk jaga-jaga. Apa yang mereka katakan belum tentu benar, dan tak semua orang mengalami hal yang sama. Akan tetapi, ulasan orang biasa cenderung lebih apa adanya daripada ulasan “para ahli”. Dan tentunya, komentar-komentar ini membuat traveling terkesan menyusahkan. Seperti kata pengguna almc0418, “gue jadi malas ke mana-mana abis baca utas ini lol.”

Follow Shamani di Instagram dan Twitter.