Si
Singa jantan mengintip dari bangkai kerbau. Foto oleh Panos Laskarakis.
Photos

Para Fotografer Spesialis Satwa Liar Menceritakan Foto Tersulit yang Mereka Abadikan

Pengakuan para fotografer pro ini menggambarkan proses jauh lebih menantang di balik lensa, saat merekam kawanan singa berburu atau rusa yang gemar melompat.

Mengabadikan kehidupan alam liar terdengar sangat menantang sekaligus seru. Kalian akan menjelajahi setiap pelosok dunia untuk menemukan flora dan fauna paling eksotis yang bertebaran di Bumi. Kalian bisa menyaksikan bagaimana hewan memangsa musuh atau jenis tumbuhan baru dari jarak dekat — sebuah keistimewaan yang tak dimiliki semua orang. Namun, profesi ini sama sekali tidak mudah.

Kalian wajib bersabar menunggu berjam-jam dalam posisi yang tidak nyaman, dan melakukan pembidikan berulang kali hingga mendapatkan hasil sempurna. Saat kebelet tapi tidak ada toilet di dekatmu, kalian terpaksa memilih antara menahannya atau buang hajat di kotak makan.

Iklan

Menjadi fotografer satwa liar juga berbahaya dan menguras emosi. Kalian harus berhati-hati jika tidak ingin diterkam binatang buas. Belum lagi jika kalian berhadapan dengan pemburu dan mereka-mereka yang dengan sadis membunuh hewan. Itulah sebabnya dibutuhkan mental dan keberanian yang tinggi untuk menjalani pekerjaan tersebut.

Untuk lebih memahami seberapa menegangkan profesi yang didambakan ini, VICE meminta sejumlah fotografer mengungkapkan hasil jepretan mereka yang paling sulit diambil.

Panos Laskarakis, Yunani

Singa jantan mengintip dari bangka kerbau

Foto oleh Panos Laskarakis

“Saat itu, saya menyaksikan pertarungan sengit di padang rumput Okavango, Botswana. Kawanan singa awalnya menyerang kerbau di siang hari. Adegan ini susah diabadikan karena serangannya begitu intens dan perkelahiannya dramatis. Darah bersimbah di mana-mana, dan jeritan menggema sebelum mangsa dibunuh.

Tapi ini sudah biasa terjadi dan bukan bagian tersulitnya. Keesokan malam, singa diserang hampir 30 hyena. Itu adalah pemandangan paling langka dan bengis yang pernah saya, pemandu dan klien saksikan. Keganasannya, suara penuh kengerian di mana-mana, dan kegelapan pekat membuat proses pengambilan foto semakin sulit.

Besok paginya, singa jantan kembali ke tempat itu dan mengintip dari sela-sela tulang mangsa. Dari situlah saya merasakan kekuatan sang raja [hutan] yang sesungguhnya.”

Simak karya foto Laskarakis lainnya di sini.

Iklan

Senthil Kumaran, India

Massa menenteng bangkai harimau yang baru dibunuh

Foto oleh Senthil Kumaran

“Saya pertama kali melihat harimau di TV hitam putih saat masih 10 tahun. BBC sedang menayangkan film dokumenter harimau yang begitu mengesankan. Saya sangat terpesona sampai-sampai tidak bisa menggambarkan keagungannya dengan kata-kata.

Dari situ, saya semakin tertarik untuk mengamati harimau di habitat aslinya. Saya menjelajahi hutan demi hutan dengan harapan bisa melihat harimau seperti yang ada di TV. Tapi kenyataannya saya selalu gagal menemukannya.

Beberapa tahun kemudian, pada 2012, saya lagi memfoto gajah di Mudumalai (di negara bagian Tamil Nadu, India selatan) ketika menerima pesan ada harimau masuk pemukiman warga. Setelah 25 tahun memimpikan ini, kesempatan melihat harimau datang dengan sendirinya. Saya langsung pergi ke Valparai dengan penuh kegembiraan.

Hujan turun setibanya saya di sana. Dokter hewan dari dinas kehutanan juga baru datang. Sekitar 50 petugas hutan dan 500 warga berkerumun di lokasi tersebut. Mereka membawa tongkat dan senjata untuk membunuh harimau.

Di tengah kerumunan massa, saya melihat harimau tergeletak di atas lumpur usai dibantai warga. Saya takkan pernah bisa melupakan peristiwa itu. Ratusan orang siap membunuh harimau dengan penuh amarah. Kegembiraan yang saya rasakan berubah jadi kekecewaan mendalam.

Kejadian itulah yang menyadarkanku akan sisi gelap harimau dan ekologi kontemporernya. Semangatku memotret harimau mendorongku untuk memulai proyek foto yang menggambarkan konflik harimau dengan manusia. Saya sudah delapan tahun mengabadikan ini.”

Iklan

Simak karya foto Kumaran di sini.

Keri Fisher, Kanada

Macan tutul

Foto oleh Keri Fisher

“Foto macan tutul betina dewasa ini adalah salah satu jepretan favoritku. Saya mengambilnya di Sabi Sands dekat Taman Nasional Kruger Afrika Selatan pada Juni 2019. Saya menempuh perjalanan panjang dan melelahkan dari Kanada ke Afrika Selatan, lalu menuju Sabi Sands di bagian barat laut negara itu. Kami harus bangun subuh setiap hari selama dua minggu untuk mencari satwa liar.

Macan tutul adalah hewan nokturnal, sehingga kami hanya bisa memotretnya setelah matahari terbit dan sebelum matahari terbenam. Kami beruntung sekali menemukan macan tutul satu ini di pagi hari bersama pemandu, Rhein. Selain kesulitan mencari macan tutul, tidaklah mudah menghasilkan foto bagus dengan pencahayaan pagi hari yang seadanya.” 

Simak karya foto Fisher di sini.

Jens Ludwig, Jerman

Rusa loncat

Foto oleh Jens Ludwig

“Foto rusa loncat benar-benar istimewa, tapi juga momen tersulit bagiku. Saya mengambilnya tak jauh dari Saxony pada periode ‘Setzzeit’ yang berlangsung sepanjang Mei-Juni. Saat itu sedang musim rusa beranak. Setelah lahir, bayi rusa akan tidur sepanjang hari tanpa bergerak sama sekali. Bayi rusa belum punya aroma unik jadi predator alami takkan menemukannya dengan mudah di antara rerumputan.

Tapi pada hari itu, saya melihat induk rusa berlarian ke sana kemari tanpa kendali. Saya merasa ada yang aneh karena tidak biasanya rusa berperilaku seperti ini, terutama di musim lahiran.

Iklan

Setelah mengelilingi padang rumput, saya menemukan bangkai anak rusa yang terlindas traktor. Induk rusa trauma melihat anaknya mati. Hewan itu berlarian tanpa rasa takut dan menyadari keadaan sekitar untuk mengusir gagak atau elang yang ingin memakan dagingnya.

Saya sedih melihat bangkai anak rusa, tapi bertahan di sana sepanjang hari untuk menyaksikan apa yang terjadi. Hasilnya menjadi foto ini. Saya kemudian menunjukkan bangkainya ke pengemudi traktor. Dia menyesal, tapi tidak terlalu menghiraukan keberadaan rusa karena harus merapikan ladang secepat mungkin.

Belakangan ini, kelompok konservasionis mulai mencari keberadaan bayi rusa baru lahir di antara rerumputan. Mereka juga menerbangkan drone termal untuk menandai tempat bayi rusa berbaring guna mencegah kematian seperti itu.”

Simak karya foto Ludwig di sini.


Follow Snigdha di Instagram.