Opini

9 Film Wajib Tonton buat yang Ngebet Dicap Penggemar Film Berbudaya

Jangan harap bisa masuk sirkel 'cinephile' bermodal daftar di IMDb Top 250. Setelah kami ngobrol dengan hipster sinema di Indonesia, ini daftar film yang tak akan membuatmu terkesan newbie.
9 Film Wajib Tonton buat yang Ngebet Dicap Penggemar Film Cinephile Berbudaya
Ilustrasi penggemar film fanatik oleh Dini Lestari

Semua hobi punya sirkel hipsternya sendiri. Demikian juga dunia pencinta film, meski produknya lebih ngepop. Seseorang enggak bisa ngaku sebagai cinephile jika kosa filmnya mentok di sinema Hollywood terbaru. Kan jelas definisi hipster tuh ‘orang yang memosisikan diri di luar budaya arus utama’.

Ada beberapa film yang udah jadi klasik di jagat hipster-hipsteran film. Eternal Sunshine of the Spotless Mind bahkan enggak layak disebut indie saking populernya. Atau Citizen Kane. Tapi, umumnya anak hipster mengikuti sutradara, jadi nama-nama kayak Akira Kurosawa, Zhang Yimou, Satyajit Ray, Abbas Kiarostami, Vittorio De Sica, Alfred Hitchcock, atau dari dalam negeri ada Garin Nugroho enggak boleh terlewat. 

Iklan

Sebab, mereka udah jadi perwakilan wajah sinema negara masing-masing. Sedangkan dari generasi lebih muda, ada nama seperti Wong Kar-wai dan Giuseppe Tornatore yang wajib dimamah.

Di taraf maniak, seorang hipster film bahkan bisa demen nontonin film-film kelas B. Tapi kalau kamu enggak punya cukup niat, mantengin sinema yang tidak ada di streaming ilegal sudah tergolong nyeleneh. 

Nah, berhubung kami ingin perjalananmu untuk mendapat cap penggila film berbudaya lebih mulus, kami menyusun starter pack ini. Hipster film, yang menolak disebut namanya, kami mintai pendapatnya. Doi dulu rajin muncul di berbagai ruang pemutaran alternatif, seperti Kineforum, Kinoki, atau Kinosaurus.

Selain itu, doi juga sempat rajin datang ke berbagai festival film independen. Di laptopnya, tersimpan ratusan giga film-film yang tidak bisa kalian streaming di platform arus utama. Intinya, doi sosok yang tepat untuk dimintai saran agar siapapun bisa menjadi cinephile.

Harapannya sih, setelah menonton semuanya kamu bakal terdorong untuk ngulik lebih dalam ulasan dan karya-karya para sutradara, terutama yang tidak berkiprah di Hollywood.

Intinya, jadi cinephile itu sah-sah saja. Yang jadi masalah adalah ketika kalian meremehkan selera film orang lain hanya karena kalian sudah nonton film-film dalam daftar ini. Gila film boleh, ngeselin jangan ya.

  1. Interstellar (Sutradara: Christopher Nolan, tahun rilis: 2014)

Daftar ini dimulai dengan film yang relatif populer, tapi disukai hipster film. Pada tahun 2064, situasi di Bumi udah kayak kiamat. Tanaman pangan kena wabah mematikan dan badai debu udah kayak langganan. Ini masa ketika NASA udah dibubarin karena semua sumber daya hanya dan hanya untuk memastikan makanan tetap tersedia. Tapi ternyata NASA masih ada, beroperasi diam-diam. Eks pilot NASA Joseph Cooper (Matthew McConaughey) yang sempat banting setir jadi petani jagung dipanggil untuk memimpin ekspedisi buat nyeberang ke galaksi lain lewat lubang cacing buat ngecek keberadaan planet yang bisa dihuni manusia. Walau anaknya tantrum enggak terima ditinggal, Cooper ngeyel berangkat karena berharap bisa menyelamatkan umat manusia. 

Iklan

Bagian terseru film ini adalah gambaran relativitas waktu yang sangat ekstrem. Waktu Cooper dan astronot lain, Amelia Brand (Anne Hathaway), nyamper ke satu planet, di sana mereka muter-muter enggak sampai sehari. Eh, pas dia balik ke stasiun luar angkasa, temennya bilang dia udah pergi selama 28 tahun. Relativitas waktu inilah yang bikin konflik di film ini. Ya bayangin aja, misal pun Cooper bisa balik buat ketemu kembali dengan anak-anaknya, orang-orang udah pada meninggal karena dia pergi lama sekali menurut ukuran waktu Bumi.

 ini jenis film yang bikin kamu mendadak nyesel dulu enggak jago fisika. Interstellar bisa jadi permulaan menekuni film-film duet Christopher Nolan dan adeknya, Jonathan, kayak Memento dan The Prestige. Ingat, kalau belum nonton, sempatkan waktu buat The Prestige

  1. Rosemary's Baby (Roman Polanski, 1968)

 Rosemary Woodhouse (Mia Farrow) adalah ibu rumah tangga biasa, istri aktor yang lagi merintis karier Guy Woodhouse (John Cassavetes). Suami-istri ini berniat menempati satu apartemen tua di New York. Meski temen mereka, Hutch (Maurice Evans), sempet ngelarang karena apartemen itu punya banyak misteri aneh, dua-duanya ngotot pindahan. Tuh, resep film horor konflik-terjadi-karena-protagonis-enggak-bisa-dibilangin udah dipraktikkan dari lima puluh tahun lalu.

 Di apartemen itu mereka ketemu tetangga, pasangan manula bernama Castevet yang suka ngatur-ngatur. Pas Rosemary hamil, Minnie Castevet (Ruth Gordon) ngarahin untuk ke dokter mana. Dia juga selalu bikinin minuman dan makanan untuk Rosemary. Sebenernya Ro jengah, tapi suaminya CS banget dengan The Castevets, jadi dia nurut-nurut aja deh. 

Iklan

Suatu kali, Hutch datang main ke rumah Rosemary. Terus dia ngeliat Ro pucet banget kayak mayat berjalan. Kata Ro, udah berbulan-bulan kandungannya nyeri banget, tapi Guy melarangnya periksa. Setelah ngorek-ngorek info, Hutch jadi curiga sama keluarga Castevet. Besoknya, Hutch ngajak Ro ketemu untuk ngasih tahu sesuatu yang penting. Namun, pas Ro datang ke lokasi meet up, dia dapat kabar Hutch tiba-tiba koma.

Film ini ceritanya simpel, intinya soal pesugihan, tapi alurnya bisa pelan-pelan bikin kita sama ketakutannya dengan Rosemary.

  1. Dead Man (Jim Jarmusch, 1995)

Pemuda bernama William Blake (Johnny Depp) berangkat naik kereta dari Cleveland tahun 1800-an ke satu kota bernama Machine di daerah Western buat ngelamar kerjaan di Dickinson Steel Works. Sosoknya mirip lagu “Sarjana Muda” Iwan Fals versi parlente: pakai kacamata, baju rapi, bawa tas. Pas sampai di TKP, ternyata kerjaan akuntan yang mau dia lamar udah keisi. Blake yang pusing lalu milih ngabisin duit terakhirnya dengan ngamar sama pelacur. Tapi pacar si pelacur itu datang dan marah. Si cewek ia tembak mati, terus cowok itu ganti ditembak mati sama Blake yang dalam semalam berubah dari pria sopan ke cowok barbar.

Ternyata cowok yang Blake bunuh adalah anak Dickinson, mantan calon bos Blake tadi. Jadilah Blake diburu. Dalam pelariannya, Blake ketemu orang Indian bernama Nobody. Mereka berdua kemudian memutuskan berjalan bersama lari dari perburuan Dickinson.

Iklan

Ini film hitam putih yang aneh dengan tokoh aneh dan cerita aneh. Tapi Dead Man juga indah sekaligus “mengganggu”. Bisa jadi Depp dipilih main di Lone Ranger berkat pengalamannya di film ini. Katanya sih ini salah satu film terbaik yang pernah dibuat sepanjang dekade 1990-an.

  1. Sans Soleil (Chris Marker, 1983)

Ini adalah esai berbentuk film dokumenter. Isinya footage demi footage, diiringi narasi seorang perempuan yang sedang membacakan surat. Isinya refleksi tentang apa itu memori. Oleh karena ini dokumenter eksperimental, diperlukan kemampuan bikin sinopsis eksperimental buat ngejelasin ini film apaan, yang mana enggak saya miliki. Buat iming-iming agar kamu menontonnya, 2014 lalu majalah film Inggris Sight & Sound bikin voting film dokumenter terbaik sepanjang masaSans Soleil ada di urutan tiga. 

5. Spoorloos (George Sluizer, 1988)

Pasangan Rex Hofman (Gene Bervoets) dan Saskia Wagter (Johanna ter Steege) tinggal di Belanda dan sedang bermobil untuk pelesir ke Prancis. Saat singgah di pom bensin, Saksia ngilang begitu aja. Bener-bener enggak ada jejaknya. Rex terus mencarinya selama bertahun-tahun hingga upaya pencarian itu berubah jadi obsesi yang mengubah hidupnya. Lalu, setelah bertahun-tahun itu, Rex ketemu dengan penculik Saksia. Si penculik bilang dia bakal cerita apa yang ia lakukan ke Saksia dengan syarat, Rex harus mau diperlakukan sebagaimana si penculik memperlakukan Saksia.

Iklan

Kira-kira apa yang dipilih Rex, pengetahuan atau nyawanya?

 6. Der Himmel Über Berlin (Wim Wenders, 1987)

Di Berlin ketika Jerman masih terbelah dua, para malaikat berkeliaran tiap hari mengamati manusia. Mereka menclok di mana-mana tapi hanya bisa dilihat oleh anak kecil dan orang buta. Mereka sudah ada di sana sejak awal dunia diciptakan dan selalu ada di sana. Mendengarkan perasaan manusia, mencatatnya, dan terutama memberi manusia alasan untuk terus berharap walau mereka ditimpa kesulitan. 

Suatu ketika, salah satu malaikat bernama Damiel (Bruno Ganz) jatuh cinta dengan manusia yang ia temani, seorang gadis sirkus. Damiel lalu mengatakan kepada temannya sesama malaikat, ia ingin jadi manusia. Ia ingin merasakan rasanya menjadi manusia, meskipun itu artinya ia akan merasa derita, duka, dan tidak lagi jadi abadi. Daleeem.

 7. Her (Spike Jonze, 2013)

Hidup di Los Angeles masa depan seorang copy writer kesepian dan sedang menghadapi perceraian bernama Theodore Twombly. Hidupnya yang kerja-pulang-repeat, asli, bikin penonton ikutan depresif. Hidup monoton Theodore terutama karena ia tidak bisa menerima bahwa istrinya, Catherine (Rooney Mara), minta cerai.

 Untuk meredakan sepi, Theodore membeli asisten virtual yang dilengkapi kecerdasan buatan. Sejak itu asisten virtual yang dinamai Samantha ini (disuarakan Scarlett Johansson) menjadi teman bicaranya. Pada satu titik, Theodore menyadari ia jatuh cinta pada Samantha. Mereka bahkan melakukan sex chat. Masalahnya, Theodore adalah manusia yang bisa posesif dan cemburu, sedangkan Samantha mesin yang semata-mata logis.

Iklan

Her adalah potret distopian gimana interaksi sosial rusak dan orang disodori untuk cari pelampiasan ke mesin. Mungkin di masa depan, ketika media sosial sudah terlalu sesak dengan orang kasar dan kejam, manusia urban kesepian akan hidup bertemankan asisten virtual juga. Film ini pastinya relate banget sama kelas pekerja urban di negara manapun.

  1. City of God (Fernando Meirelles & Kátia Lund, 2002)

Film ini mengisahkan bagaimana geng perempok dan penjual narkoba terbentuk di satu favela—pemukiman kumuh untuk orang miskin—bernama “Cidade de Deus”, city of god, terbentuk. Pada tahun 1960-an, ketika favela itu baru mulai dibangun, mereka adalah bcah-bocah miskin dengan kultur kekerasan dan senjata api. Dua puluh tahun kemudian, mereka masih tinggal di sana, membangun bisnis narkoba dan saling bunuh satu sama lain.

Sulit mencerita alur cerita panjang City of God. Pendeknya, berkebalikan dari gambarnya yang indah (jangan lewatkan adegan peluru melesat disyut dari spion mobil), City of God bikin perasaan tak keruan. Siapa yang suka melihat adegan bocah belum tujuh tahun ditodong pistol oleh teman-teman remajanya? Apalagi ada embel-embel film ini diangkat dari kisah nyata.

  1. Russian Ark (Alexander Sokurov, 2002) 

Ini film yang bikin orang terkesima bukan karena isinya, tapi karena tekniknya. Kamu termasuk yang tepuk tangan untuk long shot di 1917? Pasti karena belum nonton Russian Ark. Film ini menggambarkan kehidupan kaisar-kaisar Rusia selama 300 tahun lewat one-take single shot berdurasi 96 menit. Satu take, satu kamera, dua ribu pemain, dan rangkuman cerita 300 tahun.