Hong Kong

Pemerintah Hong Kong Menangkap Nyaris Semua Aktivis Oposisi

Lebih dari 50 politikus, aktivis, hingga jurnalis ditangkap dalam waktu berdekatan. Serangan balik Beijing ini hampi
Pemerintah Hong Kong Menangkap Nyaris Semua Aktivis Oposisi
Badai terjadi di Hong Kong. Foto ilustrasi oleh Anthony WALLACE / AFP 

Lebih dari 50 aktivis pro-demokrasi di Hong Kong ditangkap oleh polisi dalam waktu berdekatan pada Selasa (5/1) malam hingga Rabu (6/1) dini hari waktu setempat. Tindakan aparat itu menyapu habis nyaris semua tokoh kelompok oposisi di wilayah otonom Tiongkok tersebut.

Semua yang ditangkap adalah nama-nama tenar sering bersikap kritis pada kebijakan pemerintah Hong Kong, yang realitasnya sekadar perpanjangan kepentingan Beijing. Mulai dari Alvin Yeung, pemimpin partai lokal; Gwyneth Ho, jurnalis pro-demokrasi; Roy Kwong, novelis sekaligus mantan anggota parlemen Hong Kong; Lester Shum, pemimpin gerakan pelajar pada demonstrasi pro-demokrasi 2014; hingga Jimmy Sham, pengacara hak asasi manusia.

Iklan

VICE World News berhasil mengonfirmasi, minimal ada 50 orang ditangkap saat artikel ini tayang. Jumlahnya masih bisa terus bertambah sesuai perkembangan di lapangan, merujuk keterangan para aktivis yang masih bebas di media sosial.

Para aktivis, pengusaha, politikus, hingga jurnalis itu ditangkap memakai dasar UU keamanan anyar yang disahkan Beijing pada 2020. Beleid tersebut membuat siapapun bisa ditangkap tanpa pengadilan bila dianggap “mengancam keamanan nasional”.

Hong Kong mengalami gelombang unjuk rasa tanpa henti sejak 2019, ketika ribuan anak muda turun ke jalan menolak berbagai aturan represif Tiongkok. Bekas koloni Inggris itu dikembalikan ke Tiongkok pada 1997, dengan janji tetap menikmati sistem demokrasi dan otonomi yang berbeda dari wilayah Negeri Tirai Bambu lainnya. Realitasnya, sejak Presiden Xi Jinping berkuasa di Beijing, cengkraman Tiongkok pada berbagai elemen demokratis Hong Kong menguat.

Penangkapan puluhan orang kali ini menjadi pembungkaman oposisi terparah dialami Hong Kong sejak bergabung kembali dengan Tiongkok. Mereka yang ditangkap dikenai pasal hendak melakukan sabotase pemerintahan serta menggulingkan pemerintahan sah. Nama-nama yang ditangkap hampir semua terlibat penggalangan dukungan calon anggota parlemen pro-demokrasi pada Juli 2020. Seorang pengacara warga Amerika Serikat turut ditangkap dalam operasi kepolisian Hong Kong yang terbaru.

Sebelum 50-an orang ini, aparat Hong Kong sudah menahan nama-nama tokoh oposisi lainnya seperti Jimmy Lai, pengusaha 72 tahun pemilik media Apple Daily yang amat kritis pada Tiongkok. Jimmy Lai terancam hukuman penjara seumur hidup. Nama lain yang juga sudah ditahan adalah aktivis muda Joshua Wong dan Agnes Chow. Beberapa tokoh oposisi lain berhasil kabur ke Amerika Serikat, Inggris, dan Taiwan, sebelum bernasib sama dengan Joshua atau Agnes.

Iklan

Emily Lau, mantan pemimpin partai Demokrat Hong Kong yang anti-Tiongkok, mengecam tindakan aparat memakai UU represif menangkapi tokoh oposisi. “Mayoritas yang ditangkap hanya ikut menggelar kampanye agar pemilu digelar lebih adil. Itu jelas bukan kudeta, tapi mereka dibungkam,” ujarnya saat dihubungi VICE World News.

Antony Blinken, calon menteri luar negeri Amerika Serikat yang jadi pilihan Joe Biden, turut mengecam tindakan Tiongkok mengebiri demokrasi Hong Kong. “Rangkaian penangkapan itu adalah serangan terbuka pada kelompok yang memperjuangkan hak asasinya,” kata Blinken.

Kepala Bidang Keamanan Hong Kong, John Lee, membela keputusan polisi. Menurutnya, nama-nama yang ditangkap “terlibat skema jahat” untuk “melumpuhkan aktivitas masyarakat Hong Kong”. Dalam jumpa pers, Lee menyebut para aktivis oposisi akan menggunakan pengaruh di parlemen lokal untuk menghambat UU yang menguntungkan pemerintah, lalu mengganggu roda birokrasi.

Realitasnya, kelompok pro-demokrasi mendapat dukungan mayoritas 7,4 juta penduduk Hong Kong. Lebih dari 610 ribu orang aktif terlibat demonstrasi atau kampanye mendukung calon anggota parlemen dari partai anti-pemerintah. Andai pemilu digelar sesuai jadwal, kelompok demokrasi bisa menguasai parlemen. Tapi Gubernur Hong Kong, Carrie Lam, memundurkan jadwal pemilu dengan alasan sedang ada pandemi.

“Kami hanya menangkap tokoh-tokoh utama,” kata Lee, sembari menjamin bahwa masyarakat yang mendukung kelompok pro-demokrasi tidak akan ditangkap polisi.

Alan Wong berkontribusi dalam laporan ini

Follow Viola Zhou dan Alan Wong di Twitter.