Makanan

Kita Bisa Lho Mempelajari Evolusi Buah dan Sayur Lewat Arsip Lukisan Antik

Buah-buahan yang biasa kita makan sekarang mungkin bentuknya berbeda di masa lalu.
karya lukisan severin roesen
Foto oleh David Mark via Pixabay

Lukisan Hieronymus Bosch yang berjudul The Garden of Earthly Delights telah menyibukkan pikiran sejarawan seni selama ratusan tahun. Mereka menerka-nerka apa sebenarnya simbol, alegori dan makna yang disampaikan dalam lukisan tiga panel ini. Adam dan Hawa tampak hidup bahagia di panel pertama.

Panel kedua menggambarkan manusia hidup bergerombol penuh kenikmatan. Namun, suasananya berubah suram pada panel ketiga. Manusia tampak tergeletak tak berdaya. Ada makhluk berkepala burung di dekatnya, seolah-olah menguasai dunia manusia.

Iklan

Anehnya, buah stroberi di panel tengah begitu berlimpah dan ukurannya juga sangat besar. Seorang sejarawan sampai menjulukinya “Tanaman Stroberi”, dan koleksi seni Raja Spanyol Felipe II pada akhir abad ke-16 mendaftarkannya sebagai “The Strawberry”.

Pakar dan pencinta seni saling memperdebatkan seberapa penting buahnya bagi para manusia di dalam lukisan. Kenapa ukurannya lebih besar daripada manusia? Satu-satunya yang bisa disepakati sejarawan seni dan ahli biologi adalah lukisan stroberinya sangat akurat.

Ive De Smet, ahli biologi tanaman dari VIB-UGent Center for Plant Systems Biology di Belgia, bekerja sama dengan dosen sejarah seni Belgia David Vergauwen untuk melaksanakan proyek #ArtGenetics. Mereka ingin lebih memahami buah-buahan dan sayur-mayur yang ditampilkan dalam lukisan. Ive dan David menggunakan karya seni itu untuk menentukan seperti apa proses evolusi makanan nabati selama ratusan (atau bahkan ribuan) tahun.

“Banyak seniman dari berbagai masa melukiskan makanan plant-based dengan sangat melimpah. Karya mereka bisa memberikan gambaran bagaimana bentuk dan warna buah-buahan dan sayur-mayur berubah seiring berjalannya waktu,” bunyi artikel yang diterbitkan dalam jurnal Trends in Plant Science. “Informasinya dapat mengajarkan kita sejak kapan dan dari mana varietas tertentu muncul, seberapa mudah ditemukan, dan apa korelasinya dengan kebiasaan makan, jalur perdagangan, dan wilayah yang baru ditaklukkan.”

Iklan

Sebelum proyeknya dimulai, Ive dan David berdiskusi hebat ketika mengamati lukisan cat minyak Der Obststand (The Fruit Stall) karya Frans Snyders yang dipajang di museum St. Petersburg. Mereka berusaha menyebutkan buah-buahan apa saja yang ada di bakul penjaja. Menurut DW, David menunjuk buah semangka aneh dan berpendapat mungkin dulu semangka bentuknya seperti itu. Di sisi lain, Ive mengira sang seniman tidak jago menggambar buah-buahan. David tidak setuju. Dia memberi tahu kawannya, Frans adalah pelukis berbakat. Mereka berdua akhirnya mempertimbangkan lukisan bisa menjadi sumber berharga untuk mempelajari perubahan bentuk buah dan sayur selama bertahun-tahun.

frans-snyders-allegory-earth.jpg

"Allegory of the Earth" karya Frans Snyders. Foto oleh © Alinari Archives/CORBIS/Corbis via Getty Images

“Tumbuhan kuno tertentu mungkin sudah ada kode genetiknya, tapi sampelnya kerap tidak diawetkan dengan baik. Dengan karya seni, spesies-spesies ini dapat ditentukan waktu pertumbuhannya dan diketahui proses evolusinya,” terang Ive.

Studi mereka menjelaskan lukisan dan patung dapat dijadikan “sumber sejarah buah dan sayur terbesar di dunia”. Proses evolusi kacang-kacangan dan biji-bijian juga bisa dipelajari lewat karya seni.

Cara ini jauh lebih menghemat biaya dan mudah diakses, tak seperti studi arkeologi. Konteks dan batasan bahasanya juga tidak sesulit teks sejarah. (Mereka menulis, “Apa sebutan jeruk pada abad ke-10, jika istilah warna ‘orange’ saja baru mulai digunakan pada abad ke-15?”)

Tantangan terbesarnya adalah gambar-gambar di beberapa katalog online museum beresolusi rendah, dan tidak ada istilah atau kata kunci spesifik terkait buah-buahan dan sayur-mayur. Itulah sebabnya mereka meminta bantuan kita untuk mengirim foto-foto lukisan “yang ada di museum dan istana di tempat kalian masing-masing”. Mereka ingin menciptakan database yang nantinya bisa diakses oleh semua orang.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.