Mahluk Prasejarah

Ilmuwan Temukan Sperma Tertua Sedunia, Tersimpan Dalam Fosil Amber

Batu berisi sperma berukuran raksasa di Myanmar itu berasal dari masa nyaris 100 juta tahun lalu, dan kondisinya masih utuh saat diteliti.
Ilmuwan Temukan Sperma Tertua Sedunia di Myanmar, Tersimpan Dalam Fosil Amber
Ilustrasi Ostracoda era Cretaceous dalam fase pembuahan. Gambar oleh: Dinghua Yang 

Ilmuwan menemukan spesimen sperma tertua sepanjang sejarah purbakala, merujuk masa nyaris 100 juta tahun lalu. Sperma itu berada dalam tubuh hewan bercangkang keras yang tergulung getah kayu semasa hidupnya, dan kini jadi awet dalam batu amber yang ditemukan di Myanmar.

Sel-sel sperma itu dua kali lebih tua dari spesimen sperma hewan purbakala lain yang pernah didapatkan komunitas ilmiah. “Belum ada sperma lain yang telah terindentifikasi dan setua sepsimen ini,” seperti disimpulkan penelitian awal yang terbit pekan ini di Jurnal Proceedings of the Royal Society B.

Iklan

Lebih jauh lagi, sel sperma itu masuk kategori “raksasa” yang sampai sekarang karakternya masih dapat ditemui di zooplankton jenis udang-udangan (ostracoda). Dari pengamatan ilmuwan, ostracoda modern bisa menghasilkan sperma ang ukurannya 4 kali lipat dari tubuh mereka. Ini mekanisme yang berbeda dari mahluk lain, misalnya mamalia, yang cenderung menghasilkan sel sperma ukuran kecil.

Renate Matzke-Karasz, pakar geobiologi di Ludwig-Maximilians-Universitaet (LMU) Munich terlibat dalam penelitian sperma tertua di Myanmar. Dia bilang, sperma yang berhasil dipantau, andai diukur dengan rasio manusia, ukurannya setara 7 meter.

Screen Shot 2020-09-15 at 2.51.05 PM.png

Bersama dengan beberapa serangga purba, sebanyak 39 ostracod terjebak dalam batu amber di Myanmar ini. Sumber foto: He Wang & Xiangdong Zhao

“Hal paling menarik dari temuan ini adalah kenyataan bila sel sperma raksasa merupakan mekanisme reproduksi yang bertahan lama dalam sejarah Planet Bumi,” kata Matzke-Karasz kepada Motherboard. “Sebelumnya, ilmuwan kurang yakin apakah binatang purba beralih menghasilkan sel sperma kecil akibat seleksi alam. Namun, untuk ostracoda, tampaknya sel raksasa tetap efektif untuk pembuahan selama 100 juta tahun terakhir.”

Ostracoda yang diteliti ilmuwan merupakan jenis baru, mendapat nama ilmiah Myanmarcypris hui. Mereka hidup di perairan Myanmar era purba, tapi juga biasa berkerumun di pohon. Ukuran binatang ini cukup kecil, kurang dari satu milimeter. Uniknya, sperma ostracoda purba itu bisa mencapai 200 microns panjangnya. Sebagai perbandingan, sehelai rambut manusia lebarnya 100 microns.

Iklan

“Bayangkan, itu ibaratnya ukuran sperma binatang ini sudah sepertiga dari tubuhnya sendiri,” kata Matzke-Karasz. Dari pantauan peneliti, spesimen ostracoda betina yang terjebak dalam amber itu sudah masuk fase membuahi. Ostracoda purba memiliki penis dan vagina seperti mamalia.

Screen Shot 2020-09-15 at 2.53.39 PM.png

Ini contoh sperma raksasa yang dihasilkan ostracod modern. Sumber: R. Matzke-Karasz

Penemuan ini akan menguak banyak hal soal evolusi mekanisme sel sperma raksasa. Termasuk menjawab apakah dulu binatang purba semuanya berkembang biak dengan sel raksasa, kemudian di satu titik alam memilih yang sel spermanya kecil memasuki era modern.

Matzke-Karasz menyatakan, dalam dugaan ilmuwan, kemungkinan mekanisme sel sperma raksasa tidak menguntungkan bagi mahluk di masa lalu. Sebab, sel macam itu membuat sistem reproduksi dalam tubuh jadi berukuran besar serta menghabiskan masa pembuahan lebih lama dibanding mahluk dengan sel sperma kecil.

“Sehingga, dari sudut pandang biologi evolusioner, sel sperma raksasa seharusnya kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan,” tandas Matzke-Karasz.

Temuan ini juga dapat membantu ilmuwan memahami ostracoda lebih jauh. “Pasti ada alasan kenapa ostracoda modern masih mempertahankan sel sperma raksasa,” kata Matzke-Karasz, “kalau tidak, pasti mereka juga sudah punah sekarang.”

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard