Kalian Bisa Mengidap Gangguan Mudah Mutusin Pacar

FYI.

This story is over 5 years old.

Kencan

Kalian Bisa Mengidap Gangguan Mudah Mutusin Pacar

Sebutan problem psikologis itu adalah SPR alias 'Sindrom Jijik Tiba-Tiba'. Banyak orang mengidapnya di masa kini, penyebab putus pun jadi semakin sepele.

Artikel ini pertama kali tayang di Broadly.

Bagi Heather, momen 'menjijikan' itu tiba di saat hubungan asmaranya sedang mesra-mesranya. Pasanganny datang ke kencan ketiga dengan potongan rambut baru yang jauh lebih pendek. "Sebetulnya rambutnya bagus, tapi begitu dia menoleh, ternyata ada kepangan rambut memanjang yang sengaja dibiarkan, biasa disebut buntut tikus," kata Heather. Biarpun terganggu, malam itu toh mereka tetap berhubungan intim. Namun Heather mengaku harus terus menggeser buntut tikus tersebut agar saya tidak harus melihatnya ketika berhubungan di atas ranjang. "Melihat kepangan tersebut bergerak berirama dengan tubuhnya terasa mengerikan! Beberapa minggu kemudian, saya berhenti bertemu dengannya karena banyak faktor, tapi sebagian besar karena rambutnya yang kayak buntut tikus."

Iklan

Biarpun keputusan Heather mengakhiri hubungan masih rasional, reaksinya terhadap gaya rambut pasangan secara tiba-tiba merupakan bagian dari fenomena yang disebut Sindrom Jijik Tiba-Tiba (SRS), istilah yang muncul pertama kali di jurnal ilmiah pada 2007 yang mendeskripsikan "hal yang sangat kecil—perilaku, karakteristik fisik, apapun itu—yang langsung membuat calon partner tidak menarik di mata anda." Sesuai dengan namanya, sindrom ini datang tiba-tiba dan bisa dengan seketika mengubah persepsi anda soal pacar dalam hitungan menit. SRS bisa berakibat fatal terhadap sebuah hubungan.

Penjelasan sains seputar SRS memang masih diperdebatkan, tapi sepertinya fenomena ini kerap terjadi setelah 'periode honeymoon' pacaran selesai. Begitu efek dopamin pasangan baru sirna, 'kekurangan' yang awalnya dianggap 'lucu' tiba-tiba menjadi hukuman mati hubungan tersebut.

Biarpun terobsesi dengan detil-detil kecil seputar hubungan asmara rasanya sudah basi, jawaban atas survei yang saya lakukan di lingkaran teman-teman ternyata menunjukkan bahwa SRS masih sering terjadi, bahkan di kalangan "orang-orang baik" yang logis dan rasional.

Survei tersebut menunjukkan bahwa SRS mungkin bukanlah neurotisme versi ekstrem. Tapi bisa saja ini hanyalah sekedar alasan bagi seseorang untuk kabur dari hubungan asmara yang diduga tidak akan pernah berhasil—entah karena partner anda mempunyai selera film yang buruk, tato yang memalukan atau terlalu banyak menggunakan tagar ketika menggunggah foto Instagram. Namun nyatanya tetap saja perdebatan sering terjadi seputar hal-hal kecil yang bisa menyebabkan hubungan kandas.

Iklan

Seorang teman pernah bercerita bahwa dia meninggalkan teman kencannya setelah si partner memberikan gambar anime lukisan sendiri. "Jelek banget lukisannya!" akunya, yang rasanya kasar banget apabila semua hal lainnya tentang si partner sempurna. (Untungnya, tidak.)

Konsultan kencan Julie Spira mengatakan bahwa apabila anda merasa risih akibat karakteristik yang tidak diinginkan dari partner, ini tandanya standar anda kelewat tinggi. "Ketika klien saya mengatakan mereka tidak suka gaya rambut seseorang, atau soal tato pasangan, saya selalu bilang gak usah dipusingin," jelasnya. "Kita tinggal di dalam masyarakat yang semakin perfeksionis, terutama ketika menyangkut pasangan asmara."

"Pilih-pilih memang boleh, tapi banyak orang lajang di luar sana yang saking pilih-pilihnya, mereka tidak akan ragu-ragu memutuskan pasangannya hanya karena mengenakan sendal dan kaos kaki secara bersamaan," tambahnya.

Dalam kasus tertentu, memang rasa jijik ini sah-sah saja. Contohnya Lindsey yang sudah berpacaran dengan Valerie beberapa minggu. Suatu malam, Valerie memberikan pengakuan yang merusak hubungan ini. "Dia mengatakan kalau dia dulu pernah menjadi penyelundup narkoba metamfetamina." Lindsey langsung memutus hubungan mereka malam itu.

Bagi Corey, momen menjijikan ini muncul ketika mendengar lagu rock EDM abrasif yang diproduseri oleh pasangannya. "Itu lagu paling jelek yang pernah saya dengar, dan lagu itu tentang dirinya sendiri," jelasnya. "Memang akhirnya dia nyuekin saya selama seminggu, tapi paling tidak sekarang saya tidak perlu pura-pura menyukai lagu tersebut."

Iklan

Foto oleh Joselito Briones via Stocksy.

Untuk beberapa orang, SRS merupakan perwujudan tendensi sabotase diri dalam hubungan asmara yang sebetulnya baik-baik saja. "Begitu SMA kelas 3, saya mulai sadar akan pola pacaran saya," ingat Stephanie. "Setiap saya mengencani orang baru, awalnya mereka agak jual mahal, tapi begitu mereka mulai sensitif dan membalas kebaikan saya, saya malah jadi jijik."

Stephanie mengatakan sekarang dia sudah tidak ambil pusing ketika dia merasa jijik dengan pacar barunya karena dia tahu perasaan tersebut nanti akan hilang dengan sendirinya. Ketika dia mengencani seseorang dengan aksen asing yang menganggu, dia "bertahan selama dua minggu, pura-pura bahagia, dan rasa jijiknya hilang dengan sendirinya begitu saja."

"Saya tidak sadar bahwa fenomena ini terjadi dengan orang lain juga sebelum saya mulai menyebutkan teori jijik ini ke beberapa teman dekat, "tambahnya. "Ini sebetulnya masalah yang lumayan umum."

*Nama narasumber telah diubah