FYI.

This story is over 5 years old.

Berita Dunia

Pembelot Korut Meyakini Sedang Terjadi Upaya Kudeta Terhadap Kim Jong-un

Ketidakpuasan di kalangan rakyat Korut pada pemerintah sedang meningkat. Mantan pejabat yang kabur ke Korsel menyatakan dalam situasi seperti ini, reunifikasi bisa tercapai 5 tahun lagi.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Salah satu pelarian politik terkenal dari Korea Utara baru saja menggelar wawancara bersama media-media asing untuk pertama kalinya. Thae Yong-ho, bekas pejabat tinggi Korut, menyatakan bila sekarang sedang ada upaya kudeta terhadap Kim Jong-un yang dirancang tokoh-tokoh penting partai di Pyongyang. Thae memperkirakan jika penggulingan ini berhasil, reunifikasi Semenanjung Korea bisa tercapai dalam waktu lima tahun lagi. Sang pelarian politik itu juga mengingatkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump agar berhati-hati dalam menjalankan negosiasi dengan rezim Korut yang menguasai teknologi nuklir.

Iklan

Agustus 2016, Thae kabur dari Kedutaan Besar Korea Utara di London bersama keluarganya. Dia saat itu menjabat sebagai Wakil Dubes, kemudian meminta suaka politik pada Korea Selatan. Thae adalah pejabat tinggi pertama yang secara terbuka yang membelot dari Korut. Pekan lalu, dia akhirnya bersedia menemui awak media, membahas apa yang sebenarnya sedang terjadi di negara tertutup itu.

Berikut informasi mutakhir tentang Korut yang berhasil disarikan dari keterangan Thae:

  • Thae saat diwawancarai kantor berita Reuters, menyatakan di kalangan rakyat Korut mulai berkembang ketidaksukaan pada sosok Kim Jong-un. Kadar kritik pada rezim ini memang masih rendah, tapi menunjukkan hal yang sebelumnya tak pernah terjadi dalam tradisi politik Korut. Perubahan politik sangat mungkin terjadi, jika rakyat Korut mendapatkan momentum. "Kita hanya perlu menyiram bahan bakar ke Korea Utara, sehingga orang-orang Korut sendiri yang nanti memercikkan apinya," kata Thae.

  • Thae mengatakan, ketidakpuasan juga berkembang di kalangan pejabat tinggi Pyongyang. Banyak rekan-rekannya yang merasa Kim Jong-un benar-benar menjalankan "rezim teror" dan memonopoli kekuasaan sebesar-besarnya.

  • Saat diwawancarai oleh stasiun televisi Korsel Arirang, Thae menyatakan bila rezim keluarga kim akan selesai di era Kim Jong-un. Sampai sekarang Kim belum punya anak. Butuh waktu lama, seandainya pun dia memiliki putra/putri, sampai mereka dewasa untuk mengambil alih pemerintahan. Inilah alasan Thae meyakini proses reunifikasi antara Korut dan Korsel akan berlangsung lebih cepat dari perkiraan pakar. Dia bahkan memprediksi lima tahun lagi, perubahan politik drastis bisa terjadi di Semenanjung Korea.

  • Thae tidak percaya Kim Jong-chol, adik kandung Kim Jong-un, bisa mengambil alih kekuasaan. Kepada Reuters, dia mengatakan anak mendiang Kim Jong-il itu tidak tertarik dengan dunia politik. "Dia hanya suka dengan musik, Kim Jong-chol mengidolakan Eric Clapton. Jika dia itu pria biasa, bukan anak penguasa Korut, pasti sekarang dia akan menjadi gitaris profesional yang hebat."

  • Thae menyatakan bila istri dan anak-anaknya kini hidup dengan aman dalam persembunyian di Korsel. Hanya saja, saudara-saudaranya yang masih berada di Korut tampaknya dihukum karena dia membelot. "Saya yakin keluarga adik kandung saya sekarang sudah dikirim ke camp kerja paksa. Saya sedih memikirkan nasib mereka," ujarnya.

  • Thae mengatakan, karena ingin keluarganya yang masih tertinggal di Korut selamat, dia akan berjuang sebisa mungkin menggulingkan rezim Kim Jong-un. Dia mendesak komunitas internasional untuk membantu rakyat Korea melakukan reunifikasi. "Reunifikasi tidak hanya akan menguntungkan rakyat Korea, di utara maupun selatan. Efek positif dari bersatunya lagi kedua negara akan membawa dampak positif di bidang ekonomi dan politik ke kawasan Asia Timur," kata Thae. "Jadi, tolong seluruh negara turut membantu proses ini agar terjadi secepat mungkin."
  • Korut saat ini menerima sanksi PBB karena berulang kali melakukan uji coba roket berhulu ledak nuklir. Thae berharap, negara-negara besar, terutama AS, tidak hanya mengandalkan sanksi untuk menekan ambisi politik Pyongyang. Tekanan politik yang lebih keras diperlukan, sebab Rezim Kim Jong-un siap berbuat nekat untuk memiliki senjata nuklir. "Belakangan pemerintahan Korut berusaha melakukan kompromi agar sanksi dicabut. Padahal, jika Korsel dan AS menerima tawaran Pyongyang, proyek nuklir ini akan terwujud lebih cepat.

  • Korut, seperti diketahui banyak pihak, sebetulnya masih sanggup berdiri karena disokong oleh Cina. Thae menyatakan Cina harus mengubah sikapnya terhadap Rezim Kim Jong-un. Seandainya Beijing tak lagi memberi dukungan, perekonomian Korut akan kolaps dalam waktu singkat. Thae mengatakan Beijing masih terlalu menganggap remeh, jika dibiarkan polah Kim Jong-un bisa mendatangkan bencana bagi rakyat Cina. "Program nuklir Korut itu padahal mengancam rakyat Cina juga. Kita semua harus berjuang meyakinkan Beijing agar mengubah posisi politiknya."