FYI.

This story is over 5 years old.

fifa

Dua Petinggi Reformis Komite Etik FIFA Disingkirkan

Dua orang itulah yang melarang Sepp Blatter dan Michel Platini berkecimpung lagi di dunia sepakbola. Keduanya sempat memeriksa Presiden FIFA Gianni Infantino sebelum diberhentikan.
Presiden FIFA Gianni Infantino. Foto dari Wikimedia Commons.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Sports.

FIFA mencopot dua pejabatnya yang paling reformis. Hans-Joachim Eckert dan Cornel Borbely tak lagi diperpanjang masa tugasnya. Selepas rangkaian skandal suap, korupsi, dan pencucian uang dua tahun terakhir, keduanya menjadi sosok terdepan bertugas memperbaiki citra federasi sepakbola dunia.

Eckert, pria asal Jerman yang sebelumnya berprofesi sebagai hakim menjabat sebagai Ketua Divisi Hukum Komite Etik FIFA sejak 2012. Adapun Berbely asal Swiss terpilih menjadi penyelidik utama Komite Etik Desember 2014.

Iklan

Berkat keduanya, FIFA masih bisa menyelamatkan muka setelah pembongkaran kasus suap oleh Kejaksaan Agung Amerika Serikat. Eckert dan Borbely yang memutuskan sanksi larangan beraktivitas di seluruh tingkatan sepakbola kepada Sepp Blatter, mantan Presiden FIFA yang berpengaruh. Sanksi serupa dijatuhkan pada nama-nama besar lain dalam organisasi, misalnya Jerome Valcke ataupun Michel Platini. Keduanya berani memeriksa pejabat tinggi FIFA manapun. Bahkan residen FIFA saat ini Gianni Infantino juga mereka selidiki. Namun karena tak ada bukti, Gianni tak diberi sanksi.

Dua petinggi senior itu dipastikan tak akan lagi bekerja di FIFA. Eckert dan Borbely gagal memperoleh nominasi untuk pencalonan kembali masa jabatan berikutnya. Tebak siapa yang bertanggung jawab memberi rekomendasi. Yap, betul sekali: Presiden FIFA Gianni Infantino. Kedua pejabat itu memberi peringatan agar FIFA mau berbenah.

"Memberhentikan kami berdua dengan cara tak memberi rekomendasi untuk masa tugas berikut jelas dilatari motif politik. Kebijakan ini adalah tanda ada keengganan dari FIFA meneruskan upaya reformasi setelah rangkaian skandal. Jika pembenahan tidak diteruskan, maka reputasi FIFA bakal terus tercoreng, dalam jangka menengah maupun jangka panjang."

Sesuai aturan FIFA, pejabat tinggi dari divii manapun sebenarnya berhak atas dua kali masa jabatan yang masing-masing berdurasi empat tahun. Berdasarkan laporan kantor berita Reuters, Eckert dan Borbely masih bisa meneruskan tugas di Komite Etik. Lantaran Infantino tak lagi mau meneruskan masa tugas keduanya, maka kini FIFA akan mencari anggota komite etik yang baru. Investigasi terhadap beberapa kasus korupsi FIFA terancam mandeg dua tahun ke depan. Barangkali tidak perlu berburuk sangka. Siapa tahu kebijakan Infantino ini cuma kebetulan saja menguntungkan….para pelaku suap dan korupsi di lembaga pengurus sepakbola dunia.

"Kepemimpinan FIFA saat ini telah menggadaikan integritas dan masa depan olahraga ini agar lebih bersih," kata Eckert dan Borbely dalam keterangan tertulis. "Mereka lebih mengutamakan kepentingan politik pribadinya masing-masing."