FYI.

This story is over 5 years old.

Daur Ulang

Warga Laos Mendaur Ulang Bom dari Perang Vietnam Menjadi Perhiasan

Sebagian profit penjualan diteruskan pada warga Laos yang aktif membersihkan bom sisa perang di daerah-daerah rawan.
Foto Artikel 22 Jewelry via Facebook

Hampir 78 juta bom yang tidak meledak duduk tenang dalam tanah Laos di sekitar desa, sekolah, sawah, dan jalanan—konsekuensi dari Laos sebagai salah satu negara yang paling banyak dibom per kapita di dunia. Kebanyakan artileri tersebut merupakan sisa dari Perang Vietnam ketika pemerintah AS berusaha menganggu jalur pengungsian Vietnam Utara di Jalur Ho Chi Minh. Lebih dari 20.000 orang telah terbunuh atau cedera semenjak pengeboman berhenti pada 1973. Bahkan kini, 40 tahun setelah bom terakhir dijatuhkan, lebih dari 300 korban baru muncul setiap tahun.

Iklan

Bom—entah meledak atau tidak—adalah bagian dari kehidupan warga Laos. Banyak orang menggunakan sisa potongan bom secara praktikal. Potongan yang besar yang tidak berbahaya, seperti selubung bom tandan (setiap tandan bisa memuat 300 bom tandan lebih kecil yang bisa dijatuhkan dari udara) atau tangki bensin pesawat digunakan sebagai pakan palung untuk binatang, pos gerbang, atau panggung sebagai fondasi rumah setempat. Banyak warga setempat memiliki obyek-obyek ini dan akan menggunakan atau menjual mereka.

Lahan pembersihan bom (image via MAG)

Elizabeth Suda yang bekerja untuk perusahaan desain dan perhiasan Article 22, mengambil satu langkah lebih jauh, dan memproduksi perhiasan di Laos dari pecahan bom.

“Ketika saya mengunjungi Xieng Khouang (salah satu area di Laos yang paling banyak dibom dan masih penuh kontaminasi), saya sedang berada dalam misi…untuk mencari kesempatan guna mendukung perkembangan empat desa tetangga,” jelasnya. Kemudian yang tidak diduga-duga datang. Di salah satu desa, ada keluarga yang sedang bekerja di taman, menuangkan metal cair ke dalam cetakan kayu—menghasilkan sendok panas yang menyala. Saya bertanya apa yang mereka lakukan dan seorang perempuan mengantar saya ke kumpulan bongkahan metal. Salah satu bongkahan yang dia tunjukan bertuliskan ‘Rocket Mortar.’ Ini adalah bom Amerika Serikat.”

Perhiasan Article 22 dibuat oleh perajin Laos, yang menciptakan metode melelehkan bongkahan bom dan aluminium lainnya di 1970-an ketika mereka mulai menciptakan sendok bakmi untuk pasar setempat. Article 22 menyediakan pelatihan, perlengkapan, dan desain baru yang pengrajin tuangkan, bor, asah, dan haluskan untuk mengembangkan bisnis mereka dan mendapatkan penghasilan diluar pendapatan dari bertani. Setiap buah perhiasaan yang dibeli membersihkan tanah penuh bom seluas tiga meter persegi.

Iklan

Gelang kebaikan. (foto oleh Rebecca Rusch)

“Biarpun statistik korban adalah indikator yang berguna, apa yang angka ini tidak rekam adalah dampak dari bom tidak meledak terhadap kehidupan sehari-hari mereka yang hidup di Laos, termasuk ke orang-orang yang lahir beberapa dekade setelah bom terakhir dijatuhkan,” jelas Alexandra Hiniker, anggota dewan Legacies of War ke VICE Impact. “Mereka harus membuat keputusan sulit antara terus berada dalam kemiskinan atau merisikokan hidup mereka untuk melakukan kegiatan sederhana seperti menanam makanan, membiarkan anak-anak bermain, dan membangun jalan, rumah sakit dan sekolah. Ketika kecelakaan terjadi, penyintas butuh dukungan psikologis dan fisikal jangka panjang.”

Abby Frimpong, Direktur Pengembangan di Mines Advisory Group (MAG) mengatakan ke VICE Impact, “Untuk setiap perhiasan yang dijual, 10 persen dari biaya produk didonasikan ke MAG yang melatih dan memberdayakan warga Laos untuk mensurvei dan membersihkan area penuh bom tidak meledak termasuk memimpin sesi edukasi dalam komunitas guna mengajarkan bahaya dari bom yang tidak meledak (UXO).”

Perhiasan ini adalah upaya kolaboratif antara perajin, konsumer, dan pekerja lainnya dalam sebuah hubungan yang berupaya meningkatkan kesadaran dan mengakhiri masalah UXO di Laos. Hasil penjualan dari Article 22 saja bisa membersihkan lebih dari 200 meter persegi lahan.

Di Agustus 2017, Suda mengunjungi Laos dengan atlit Red Bull, Rebecca Rusch, yang kehilangan ayahnya ketika pesawatnya ditembak jatuh dalam Perang Vietnam. Red Bull membuat dokumenter in-house pertamanya, Blood Road, tentang perjalanan Rusch sejauh 1.931 kilometer di jalur Ho Chi Minh melewati hutan lebat demi pencarian situs jatuhnya pesawat. Tersadarkan oleh banyaknya UXO yang dia temukan dalam perjalanan, Rusch merasa harus mengambil aksi.

Iklan

Article 22 dan Rebecca Rusch kini berkolaborasi menciptakan gelang, dan hasil penjualannya disalurkan ke MAG demi membersihkan 12.5 meter persegi lahan dalam nama ayah Rebecca.

Rusch mengatakan ke VICE Impact, “Gelang adalah sesuatu yang indah, dibuat dari sisa bom. Ini mengingatkan kita akan pengeboman tersebut, selain mendaur ulang materi dan memberikan pekerjaan ke perajin setempat.” Gelang tersebut bertuliskan frasa “Be good,” yang sering ditulis ayah Rebecca dalam setiap surat kirimannya.

Pada 2016, Presiden Barack Obama menjanjikan bantuan dana $90 juta setelah kunjungannya ke Laos, kunjungan pertama oleh seorang presiden AS yang sedang aktif. Menurut Frimpong di MAG, “Dampak dari kunjungan Obama ke Laos adalah mengakui pengeboman di Laos memang terjadi. Dan proses penyembuhan yang dimulai berkat hal ini sangatlah besar. MAG sudah aktif di Laos selama lebih dari 20 tahun, dan saya menyaksikan perkembangan menuju ke arah positif baru-baru ini. Warga Amerika sangat lapar informasi.”

Suda mengatakan ke VICE Impact, “Aksi yang berkelanjutan dibutuhkan hingga Laos bebas dari UXO. Pengakuan Presiden Obama atas eksistensi 80 juta UXO dan pentingnya membersihkan mereka merupakan pengakuan atas keterlibatan AS dalam perang. Ini seharusnya dilakukan semenjak dulu.”

CEO Bounlanh Phayboun di COPE Laos mendorong semua orang yang tertarik mendukung korban UXO dengan prosedur medis dan anggota tubuh prostetik dengan cara memberikan “donasi bebas pajak di AS, Australia, dan Inggris lewat partner kami Global Development Group, dan kami juga bisa menjalankan halaman penggalangan dana apabila kamu ingin mengorganisasi acara penggalangan dana untuk kami. Silakan berkreatif ria, jual kue, terjun payung, panjat Mount Everest. Apapun itu, kami ingin mendengar darimu!”