FYI.

This story is over 5 years old.

kim jong-un

Inilah Penyebab Kim Jong-un Ngotot Naik Kereta dari Korut ke Vietnam untuk Ketemu Trump

Perjalanan naik kereta khusus diktator Korut itu butuh empat hari PP, lebih lama dua hari dibanding jadwal dialog sama Presiden AS. Kenapa enggak naik pesawat aja sih?
Kim Jong-un melambaikan tangan dari dalam mobilnya saat tiba di stasiun Dong Dang dekat perbatasan Cina pada 26 Februari 2019 di Lang Son, Vietnam
Kim Jong-un melambaikan tangan dari dalam mobilnya saat tiba di stasiun Dong Dang dekat perbatasan Cina pada 26 Februari 2019 di Lang Son, Vietnam.  Foto oleh Linh Pham/Getty Images

Pada Rabu (27/2), Kim Jong-un bertemu kembali dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump membahas soal negosiasi pelucutan senjata nuklir serta berbagai topik keamanan kawasan lainnya. Sorotan media kembali terarah pada sikap ngotot diktator Korea Utara itu untuk tidak naik pesawat ke negara lain.

Untuk pertemuan di Hanoi ini, Kim menempuh perjalanan darat, naik kereta api lapis baja yang ditumpanginya melintasi Cina, dan menghabiskan waktu 66 jam untuk tiba di Vietnam.

Iklan

Penguasa Korea Utara ini berangkat dari Pyongyang pada Sabtu pekan lalu pukul 5 sore, dan tiba di ibu kota Vietnam pada Selasa pagi kemarin. Dari perbatasan Cina, dia melanjutkan perjalanannya ke Hanoi dengan limosin Mercedes-Benz berlapis baja.

Kim diduga naik kereta karena pesawat Ilyushin Il-62 buatan Soviet yang dimiliki Korea Utara sudah berusia 40 tahun. Pesawat ini memerlukan perbaikan, sementara dia segan minta suku cadang ke Cina. Kim tampaknya juga tidak mau meminjam pesawat Boeing 747 dari Air China seperti yang dia lakukan Juni 2018, ketika menemui Donald Trump untuk pertama kalinya di Singapura.

Tak seperti kereta cepat lain yang biasa melintasi jalan rel Cina, kereta api hijau yang memiliki 21 gerbong milik pemerintah Korut dilapisi material anti-peluru, sehingga bobotnya yang berat membuat kereta berjalan lebih lambat. Kecepatan maksimalnya hanya 60 km/jam. Itu berarti butuh dua setengah hari menempuh perjalanan sejauh 3.700 kilometer.

Kereta khusus tersebut dilengkapi dengan telepon satelit, ruang konferensi, dan tempat makan. Di dalam kereta juga terdapat tempat tidur yang dihiasi sofa kulit berwarna pink dan TV layar lebar.

Kim tidak berhenti di Beijing ketika keretanya melewati sejumlah kota di Cina. Namun, para pakar memperkirakan bahwa dia mungkin akan bertandang ke sana sepulang dari Vietnam untuk bertemu Presiden Xi Jinping. Kim sudah empat kali berkunjung ke Cina dalam 12 bulan terakhir. Perjalanan dinas ini seakan mempertegas pentingnya hubungan bilateral Korea Utara dan Tiongkok.

Iklan

Cina menutup jalan dan rel kereta api pada Minggu dan Senin agar kereta yang membawa Kim bisa melintas tanpa hambatan. Aparat penyensor internet kelas dunia di Beijing dengan cepat menghapus semua postingan tentang kereta Kim, baik itu gambar maupun video yang menampilkan konvoi.

Akan tetapi, ada beberapa yang berhasil mengunggah rekamannya ke Twitter:

Saluran TV Jepang TBS sempat mengabadikan Kim yang sedang asyik merokok di stasiun Nanning, Cina Selatan, Selasa kemarin. Dia memang dikenal perokok berat.

Sang diktator ini tiba di kota perbatasan Dong Dang hari itu juga. Dia tampak melambaikan tangan ke arah siswa sekolah yang menyambutnya. Penerjemahnya bergerak tergesa-gesa di sisinya.

Kim check-in di hotel Melia setibanya di Vietnam. Setelah itu, dia berkunjung ke kedutaan Korea Utara di Hanoi.

Perjalanan darat Kim sangat kontras dengan Trump. Presiden Amerika ini berangkat dari Washington naik Air Force One pada Senin. Pesawatnya berhenti di Inggris dan Qatar untuk mengisi bahan bakar. Dia akan mendarat di Hanoi pada Selasa pukul 21:15 waktu setempat.

Sekretaris Negara Mike Pompeo dan Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton tiba lebih dulu di Hanoi pada Selasa pagi.

Pertemuan yang berlangsung dua hari itu akan dimulai hari Rabu. Trump dan Kim akan bertemu secara tertutup sebelum menghadiri jamuan makan malam yang melibatkan para ajudan mereka. Pembicaraan lanjutan dijadwalkan berlangsung pada Kamis.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News