FYI.

This story is over 5 years old.

Bertanya Buat Teman

Apakah Tindik Payudara Bisa Mengganggu Aktivitasku Menyusui?

Seandainya bisa tetap pakai piercing walaupun sudah jadi ibu kan keren ya. Mari kita dengar pendapat tenaga medis.
Foto ilustrasi dari PeopleImage/Getty Images

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Tonic—situs kesehatan bagian dari VICE.com—sekarang punya rubrik khusus menjawab semua pertanyaan kalian seputar kesehatan yang paling tolol sekalipun. Jadi, kalau ada teman yang punya masalah tapi enggak berani tanya ke dokter, bisa kalian wakili lewat rubrik ini.

Begini Skenarionya:
Beberapa tahun lalu, kawanmu masuk ke studio, ngangkat bajunya, dan seorang laki-laki bertato pakai jarum steril menusuk putingnya. Tindikan itu telah memberikannya banyak pengalaman menarik selama bertahun-tahun, namun sekarang dia akan menjadi ibu dan khawatir bahwa tindikan tersebut akan menghalangi proses menyusui anaknya. Faktanya:
Pertama-tama, siapa tahu kalian lupa: puting seorang perempuan dikelilingi oleh areola, dan keduanya dipenuhi syaraf dan saluran yang "berbentuk seperti jeruji sepeda, dan pusatnya adalah si puting," ujar Pamela Berens, dokter kandungan di University of Texas Physicians. Baik puting maupun areola berperan penting dalam proses menyusui. Ketika bayi mengemut puting ibu, syaraf-syaraf mengirimkan impuls ke otak yang memicu lepasnya hormon prolaktin dalam kelenjar dalam otak, yang mengirim sinyal ke kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Sel myoepithelial mengalirkan susu ke puting, lewat saluran tersebut, dan kemudian ke mulut bayi. Di Amerika Serikat, sebagian besar ibu, yaitu 81,1 persen, menyusui bayi mereka sejak lahir, sementara 51,8 persennya terus menyusui setelah anaknya berusia enam bulan, menurut data terbaru dari Centers for Disease Control and Prevention. Manfaat ASI tak berkesudahan: Penelitian menunjukkan ASI dapat mencegah bayi terkena asma, meragamkan mikrobiom usus dia, dan membantu sang bayi hidup lebih lama. Menyusui juga melindungi sang ibu dari diabetes kategori 2, kanker ovarium, dan kanker payudara. Nah, pertanyaannya, bagaimana kalau sang ibu mempunyai tindikan di puting? Risiko terburuk kalau putingmu masih ada tindiknya:
Kalau temanmu itu mengalami mati rasa pada puting sejak ditindik, ada kemungkinan syaraf-syaraf di situ tidak akan mengirimkan sinyal ke otak. "Kalau kamu enggak mendapatkan stimulasi puting, kamu enggak mendapatkan dorongan berulang ke prolaktin dan hal tersebut bisa menghilangkan persediaan susumu," ujar Baren. Namun, risiko kerusakan syaraf seluruhnya sebetulnya rendah. Lebih berisiko jika sang ibu pernah memodifikasi payudaranya dengan implan atau irisan periareolar. Irisan dua hingga tiga sentimeter di sekitar areola memotong lebih banyak syaraf dan saluran dibandingkan tindikan dua milimeter di puting.


Baca juga seri artikel VICE 'Bertanya Buat Teman' lainnya:

Apa sih dampak riil adanya tindik terhadap payudara:
Banyak syaraf di payudara temanmu mungkin rusak, tapi tidak separah itu hingga menutup sinyal ke otaknya. Setiap puting memiliki sekitar 20 saluran, beberapa di antaranya mungkin tersumbat, terutama jika dia terluka cukup parah atau tindikannya menjadi infeksi, yang bisa berdampak pada sistem persediaan dan permintaan ASI. Tubuhnya akan berhenti memproduksi ASI untuk saluran yang tersumbat, namun saluran lain bisa mengompensasi hal tersebut sehingga sang bayi pada akhirnya akan mendapat ASI cukup, menurut Berens.
Tindikan di puting juga bisa menyebabkan perbedaan pada refleks sang ibu. Misalnya, temanmu bisa menghasilkan susu ketika dia mendengar bayinya menangis, padahal dia tidak sedang menyusui pada saat itu. "Saya pernah mendengar beberapa perempuan dengan tindikan puting bilang, bahwa proses menyusui menjadi sedikit lucu," ujar Berens. Tapi, itu bukan masalah, melainkan keunikan. Dia juga bisa mengeluarkan susu dari payudara yang ditindik, padahal sedang menyusui dengan payudara yang satunya. "Ini jalan baru," ujar Susan Crowe, profesor kandungan klinis di Stanford University. "Alih-alih ASI keluar lewat saluran tertentu, malahan keluar lewat lubang bekas tindikan." Yang Sebaiknya Dilakukan Temanmu Itu:
Kecuali ada kerusakan syaraf serius, temanmu bisa mengurangi risiko rendahnya pasokan ASI, dengan menyusui bayinya sejak dini serta rutin. Menurut Barens, kalau bisa delapan hingga dua belas kali sehari. (Dan jangan lupa, kalau dia hanya punya satu tindikan puting, dia selalu bisa menggunakan puting yang lain untuk menyusui.) Meski beberapa syaraf dan saluran susu tersumbat, tubuhnya akan beradaptasi soal berapa banyak susu yang dibutuhkan sang bayi, jika dia mengikuti tanda-tandanya. Dia sebaiknya melepas tindikannya sebelum menyusui, karena bayinya bisa tersedak dan menyulitkan bayinya untuk mengemut, dan tak perlu mencucinya secara berlebihan. "ASI, uniknya, sangat antibakteri," ujar Crowe. "Hal ini bisa membantu proses pembersihan dan perawatan area tindikan." Di Indonesia, kalau temanmu mengalami masalah dengan payudara dan air susunya, jangan menyerah. Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI ASI) bisa membantunya mengoptimalkan upaya-upaya menyusui.