FYI.

This story is over 5 years old.

Musik

'Dancing Queen'-nya ABBA Menurut Kami Lagu Pop Tersedih Sepanjang Sejarah

Sebagian orang mungkin menganggap lagu pop klasik ini cuma cocok didengar oleh tantemu saat bernostalgia. Eits, kalian salah besar. Berikut penjelasannya.
Foto para personil ABBA dari AF archive / Alamy Stock Photo

Artikel ini pertama kali tayang di Thump

Bisakah kalian mengingat kapan pertama kali kamu mendengar lagu “Dancing Queen”? Bisa saja saat kamu sedang datang ke acara kondangan teman orang tuamu. Mungkin juga pas kamu mendengarnya di playlist pilihan tantemu, atau di radio selera orang toku yang sedang malas kamu ganti ke saluran lain. Atau, kemungkinan lainnya, kamu mengenal 'Dancing Queen' saat keluargamu sedang karaokean. Kedengarannya lagu ‘Dancing Queen’ ini mirip-mirip lagu disko pop klasik kebanyakan, ya?

Iklan

Kenyataannya tidak seperti itu. Lho, kenapa? Karena ‘Dancing Queen’ sebenarnya lagu paling menyedihkan yang pernah ada.

Apakah anggapanmu selama ini tentang ‘Dancing Queen’ benar? Oke, sekarang aku ingin kamu mendengar lagu ini sekali lagi. Coba pahami liriknya baik-baik.

Sudah selesai mendengarkan? Bagaimana menurutmu? Kesannya pasti: lagu ini keren banget, tak lekang oleh waktu. Sori-sori, kita tidak sedang berusaha mengulas kualitas teknis rekaman lagu 'Dancing Queen'.

Dulu THUMP pernah mewawancarai DJ Harvey (yang bodohnya kami lupa rekam). Sang DJ legendaris itu mengatakan ‘Dancing Queen’ menurutnya adalah lagu disko terbaik yang pernah diciptakan manusia. Di satu sisi, aku setuju sama pendapatnya. Lagu ini berkualitas tinggi, sangat catchy, dan membuat orang yang mendengarnya pengin joget. Namun, apa memang lagunya sebahagia itu? Nah, inilah alasan aku ingin membahas makna lirik ‘Dancing Queen’ yang sebenarnya.

Sebaiknya langsung kujelaskan saja intinya. Selama ini, kamu pasti mengira ‘Dancing Queen’ menceritakan seorang perempuan berusia 17 tahun yang senang menari. Memang benar kok. Namun, pernahkah kamu memikirkan apa makna sebenarnya di balik lagu tersebut?

You are the Dancing Queen, young and sweet, only seventeen
Dancing Queen, feel the beat from the tambourine
You can dance, you can jive, having the time of your life
See that girl, watch that scene, digging the Dancing Queen

Iklan

Lagu ini mengangkat cerita perempuan yang senang menari, tetapi yang jelas lagu ini tidak dinyanyikan oleh si "remaja". Di sinilah tragedinya. Dia sadar kalau dia bukan lagi Dancing Queen. Usia si aku lirik tersebut tidak lagi muda, bukan 17 tahun. Yang dia lakukan sekarang hanyalah menonton dari meja bar; lantai dansa mengingatkannya akan hilangnya kepercayaan, kenangan, dan kesempatan yang terlewatkan. Dulu dia pernah 17 tahun dan dia tidak sadar semua itu akan hilang pada waktunya. Termasuk statusnya sebagai ratu dansa.

‘Dancing Queen’ menceritakan akhir dari semua perasaan senang yang kita rasakan saat masih muda. Lagu ini menggambarkan bahwa hal indah apa pun yang pernah kamu alami saat remaja, semua akan hilang seiring berjalannya waktu. Dulu kamu barangkali sempat merasa jumawa, merasa jiwamu akan selalu muda, dan kamu tidak perlu mengkhawatirkan apa yang akan terjadi di masa depan. Carpe Diem, begitu istilahnya. Bagi beberapa orang, masa muda itu tidak asyik dan mereka tidak sabar untuk menjadi orang dewasa. Faktanya, ada sebagian besar orang yang sudah krisis identitas dan memahami hidup sejak masih muda. Ya, mereka-mereka yang pergi ke kelab malam demi mencari sesuap kebahagiaan.

Banyak orang sinis mengira orang-orang yang gemar mengunjungi kelab malam hanya untuk one night stand atau sebagai pelarian saja. Yang tidak mereka ketahui, suasana di kelab malam dapat meningkatkan kepercayaan diri, bahkan membuatmu melakukan sesuatu yang akan kamu sesali di pagi hari saat kamu sudah menyadarinya.

Iklan

Bagi kalian yang sudah melewati masa remaja, sekarang barangkali kalian merasa bisa bebas merokok atau minum kopi setiap pagi sebelum beraktivitas, setiap malam mendengarkan koleksi lagu masa remajanya, atau pulang kemalaman sehabis kerja—inilah lagu paling pas untuk kalian. Setiap kamu datang ke kelab malam, kamu tidak lagi menjadi Dancing Queen-nya. Yang kamu lakukan sekarang hanyalah menonton anak-anak remaja yang merasa bahagia dan serasa tidak ada masalah dalam hidupnya.

Tontonan yang menarik, tetapi juga menyedihkan setiap kali ingat masa mudamu. Lagunya memang terdengar bahagia. Alunan piano yang melankolis dan bagian chorus yang membuat semua orang ingin menyanyikannya adalah kekuatannya. Kadang, saat aku mendengarkan “Dancing Queen”, tepatnya pada menit ke 2:57, aku merasa mendengar orang-orang berteriak. Bukan teriakan bahagia, pastinya.

ABBA memang sering membuat lagu-lagu dengan lirik menyedihkan, tetapi menyajikannya seperti disko riang. Contohnya “Slipping Through My Fingers”, menggambarkan momen menyedihkan saat anak beranjak dewasa dan jarang bertemu dengan orang tuanya. “The Day Before You Came” menceritakan kegiatan sehari-hari yang mudah dilupakan dan tanpa arah sebelum akhirnya bertemu dengan seseorang yang mengubah dunianya. Begitu juga dengan “S.O.S” yang menggambarkan kesengsaraan seseorang saat hubungannya berakhir. Hampir semua lagu yang mereka rekam menyiratkan kesedihan. Menghubungkan sensibilitas lagu pop dengan perasaan tidak menyenangkan.

Bagiku pribadi, tidak ada lagu hits ABBA lainnya yang mampu mendekati “Dancing Queen”. Lagu ini menyiratkan momen bahagia yang kita miliki dulu, sekarang menjadi milik orang lain. Yang kamu bisa lakukan sekarang hanyalah menonton kebahagiaan orang lain dan mengenang kebahagiaanmu dulu. Lagu ini sangat pas menggambarkan momen di saat kenanganmu lebih kuat dari ambisimu. “Dancing Queen”, yang selama ini diputar pada momen-momen bahagia, sebenarnya lagu yang menyiratkan kesedihan seseorang saat mengenang masa mudanya.

“Dancing Queen” adalah lagu tentang akhir dari segalanya.

Follow penulis di akun Twitter @a_n_g_u_s. Ajak ngobrol aja soal kanceh dance dan elektronik.