FYI.

This story is over 5 years old.

Nasib Malang Desainer

Sayembara Desain Logo Berhadiah Kecil Marak, Ini Harga yang Pantas Menurut Desainer

Sebenarnya variabel perhitungan hadiah tergantung imej perusahaan. Tapi dasarnya profesi desainer belum dihargai di Indonesia, pada tega deh ngasih hadiah Rp1 juta doang.

Orang Indonesia getol membuat ataupun mengikuti sayembara. Hampir setiap hal bisa dijadikan sayembara, mulai dari sayembara buat menemukan Setya Nevanto, sampai sayembara bikin desain logo. Nah, khusus yang terakhir itu ada kecenderungan peningkatan tren dalam beberapa bulan terakhir. Sayangnya bukan dalam pengertian positif karena yang terjadi adalah makin banyak lomba desain menghargai peserta dengan hadiah kelewat murah.

Iklan

Sejak November 2017, perusahaan ekspedisi dan logistik J&T Ekspres Indonesia mengadakan lomba desain logo perusahaan yang berakhir pada Februari. Hadiah yang ditawarkan sekilas cukup lumayan Rp20 juta. Tapi itu ternyata total hadiah. Artinya 10 kandidat terpilih ‘cuma’ diimingi-imingi hadiah Rp500 ribu. Sontak lomba tersebut diprotes beramai-ramai di medsos karena dirasa melecehkan profesi desainer grafis. Belakangan J&T mengganti hadiah buat 10 orang kandidat favorit sebesar Rp1 juta.

Februari lalu, klub sepak bola Malang United turut mengadakan sayembara serupa. Klub dengan logo kuda jingkrak tersebut pengin mengganti logo lamanya. Bukannya antusiasme masyarakat yang didapat, Malang United justru menuai cacian lantaran hadiah utama yang ditawarkan lagi-lagi cuma Rp1 juta. Reaksi netizen yang maha kuasa tak cuma mencaci-maki, tapi juga tak sedikit yang menyetor logo secara serampangan. Ada yang memposting logo kuda dengan gaya gambar anak kecil, ada yang bikin meme Spongebob naik kuda laut, atau favorit pribadi saya adalah logo Malang United pakai MS Paint.

Diejek sedemikian parah, manajemen Malang United tak menggubris kekejaman netizen. Presiden klub Joko Purwoko mengatakan sayembara tersebut diadakan juga atas kemauan masyarakat dan manajemen klub.

"Kalau gak ada yang suka, ya pakai logo lama. Sayembara ini akan jalan terus sampai batas waktu yang sudah ditentukan," kata Joko enteng kepada media lokal. Karena tekanan dari masyarakat, akhirnya pihak Malang United merevisi hadiah utama sebesar Rp1 juta ditambah ponsel pintar keluaran terbaru, plus makan malam bersama para petinggi klub.

Iklan

Ternyata bukan cuma di sektor swasta dan olahraga saja. Dua hari lalu lembaga resmi (dituding) tak luput dari demam bikin sayembara logo tapi berhadiah sangat kecil. Warganet sejak kemarin mengolok-olok poster yang mencatut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Asian Development Bank (ADB) yang diklaim menggelar sayembara “Kampanye Pencarian Logo” untuk program Youth Bank (Y-Bank). Iming-iming hadiahnya sih lumayan karena enggak pakai Rupiah, tapi Dollar Amerika Serikat. Yaitu sebesar US$150. Keren kan pakai dollar, walaupun kalau dirupiahin paling cuma Rp2 jutaan. Lho, kok kecil? Ya enggak apa-apa, yang penting pakai dollar lur…

Sayangnya, hampir pasti poster tersebut cuma trolling atau upaya cari desain gratisan. Pengumuman lomba tersebut tidak ada sama sekali di situs resmi OJK. Laman Instagram resmi OJK pun tidak menampilkan info apapun soal kompetisi logo Y-Bank. Jadi apakah lomba tersebut sekadar mencatut nama? Komisioner OJK Tirta Segara enggan berkomentar soal poster tersebut ketika dihubungi VICE Indonesia.

Dua tahun lalu OJK sempat mengadakan lomba desain logo untuk Pasar Modal Syariah. Waktu itu hadiahnya jauh lebih menarik, karena menawarkan Rp60 juta untuk pemenang utama dan Rp15 juta untuk tiga orang pemenang favorit. Melihat disparitas nominal hadiah tersebut, kayaknya emang bohongan sih poster yang ini.

Apapun itu, tren hadiah beberapa sayembara logo itu terbukti menyedihkan. Berarti profesi desainer grafis belum dihargai di Indonesia? Padahal ada proses panjang sebuah karya dan kreativitas yang ditumpahkan dalam karya berupa logo. Bayaran Rp1 juta, baik itu sudah profesional maupun belum, tetaplah tak sepadan. Hadiah yang minim juga berkebalikan dengan semangat pemerintahan Presiden Joko Widodo yang ingin mendorong industri kreatif agar bisa bernilai Rp1.000 triliun. Widih… VICE mencoba menghubungi beberapa desainer grafis yang sudah berpengalaman kerja lebih dari 5 tahun. Untuk pemula sekalipun, sebagian menilai pemenang pertama yang pantas jika sayembaranya merancang logo perusahaan minimal patut memperoleh Rp10 juta. Itu cuma buat juaranya lho. Bagi mereka yang gagal menang juga idealnya memperoleh hadiah yang setingkat di bawah angka tersebut.

Iklan

Adri Imad Kadifa, creative director asal Jakarta, salah satu yang merasa nilai sayembara kecil karena memang belum ada penghargaan untuk profesi desainer grafis. Seorang desainer grafis sampai sekarang disetarakan seperti tukang. Bukti lain profesinya tak dihargai adalah tidak bisa terdaftar di e-KTP saat mengurus di kecamatan.

“Seharusnya kalau ada lomba logo yang mantap itu yang kira-kira mengangkat harkat dan martabatnya lah,” kata Adri. “Bayaran yang proporsional perlu.”

Jadi komponen seperti apa yang sebaiknya dipikirkan panitia sayembara logo? Adri menambahkan sepantasnya hadiah lomba tersebut mencakup perhitungan yang masuk akal. Contohnya seberapa besar citra perusahaan dan operasionalnya. Hadiah di bawah Rp5 juta tentu tak bisa dibenarkan buat perusahaan skala menengah. “Kalau hadiah cuma Rp1 juta mungkin sayembara lomba di kompleks perumahan, atau sayembara logo pensi SMP,” kata Adri.

Almas Makitsuna, staf komunikasi grafis di IKEA, berpendapat sebaliknya. Menurutnya sampai kapanpun akan selalu ada pihak yang enggak mengerti cara mengapresiasi sebuah profesi. Jadi menurutnya, lebih baik take it or leave it tanpa harus nyinyir kepada si penyelenggara.

“Kalau elo enggak sepakat sama tawarannya, ya tinggal enggak usah ikut lomba,” kata Almas. “Rp1 juta juga tetep duit, jadi desainer grafis jangan manja dan banyakin bersyukur.”

Dimas Angkling, desainer sekaligus direktur studio SemangArt, menilai pemberian hadiah minim justru merusak citra perusahaan. Menurutnya makin besar hadiah justru menaikkan posisi penyelenggara sayembara di mata masyarakat.

Bagi Angkling, penyelenggaraan sayembara juga seharusnya transparan, termasuk melibatkan juri yang kompeten serta penilaian yang objektif dari sudut pandang dunia desain.

“Lomba-lomba apalagi yang melibatkan desainer profesional, seharusnya memberikan apresiasi,” kata Angkling. “Penghargaan yang tidak layak menjadi ancaman bagi industri kreatif.”

Perkara besaran hadiah memang relatif. Setiap orang kadang punya pandangan sendiri. Tapi menurut saya, kalau meme-meme lucu kiriman netizen yang nyinyir betulan menang sayembara dan dapat US$150, itu baru menarik sih. Sekalian aja meme disayembarain ya?