Setiap kali aku melewati titik pemeriksaan penumpang di pintu masuk bandar udara, aku pasti panik. Aku merasa tampak mencurigakan karena selalu keringatan, seakan aku membawa sepuluh senapan mesin, 20 kilogram kokain, dan sebuah jenazah yang dipotong-potong dalam koper.Tapi aku memang pernah ketanggor masalah. Dulu aku pernah enggak sengaja membawa pisau Swiss Army dalam tas kabin, untung masih dibolehkan terbang sama petugas. Jadi rasa panikku bisa dibenarkan. Sejak itu, aku selalu berusaha hati-hati memasukkan barang dalam koper.
Pemeriksaan aparat di bandara ini sebetulnya sangat berguna untuk memastikan keamanan penerbangan, tapi enggak selalu berhasil. Wajar lah. Orang segitu banyak di bandara kan.Aku ngobrol bersama lima orang yang berhasil lolos dari pantau petugas keamanan, padahal membawa barang selundupan yang seharusnya terlarang. Berikut pengakuan mereka:"Aku pernah jadi pembina pramuka. Di masa itu, aku seringmembawa pisau yang gede banget—hampir segede pedang—yang biasanya kupakai buat trekking. Selama musim panas, aku sering ngajak anak-anak berkemah di gunung.Pas aku lagi siap-siapin barang, aku lupa pisaunya masih ada di ranselku. Ketika kita sampai di bandara, aku melewati titik pengecekan tanpa masalah; pisaunya sama sekali enggak terdeteksi pemindai. Pas aku balik, petugas keamanan meminta aku membongkar ranselku. Aku bingung maksud dia apa, jadi aku langsung mengeluarkan barang-barangku dari tas. Tiba-tiba ada pisau gede. Aku terpaksa meninggalkannya di situ."–Marc*"Pas berusia 12 tahun, aku liburan bareng orang tuaku. Pas lagi jalan-jalan aku melihat ada yang jual kura-kura kecil. Duit di kantongku pas, jadi aku beli seekor.Habis balik ke ke hotel, aku ketahuan orang tuaku. Aku membawa hewannya ke bandara dalam mangkuk plastik. Sebelum melewati petugas keamanan, aku ke toilet, mengosongkan mangkuknya, dan menyembunyikan kura-kuranya di bungkus rokok bekas ayahku. Kami naik ke pesawat tanpa masalah. Mungkin aku enggak dicurigai karena aku masih bocah. Pas udah naik ke pesawat, aku mengisi mangkuknya dengan air. Begitu caranya kura-kura itu sampai bersamaku di kampung halaman."
Pisau besar
Kura-Kura Hidup
Iklan
–Tomas"Aku seorang arkeolog, setahun lalu aku pergi ke Provinsi Castellón di Spanyol untuk meneliti satu situs purbakala. Pas masuk bandara, kami baru sadar kalau bagasi enggak termasuk dalam tiket penerbangan kami. Daripada bayar ongkos tambahan, ya kami sepelit itu, alat-alat penggalian situs kami masukkan koper. Alhasil, koper kami isinya berbagai macam alat yang pasti berbahaya dalam standar keamanan bandara. Mulai dari pisau bedah, jarum suntik, solven, dan aneka pisau. Pas kami sampai ke titik keamanan, kami panik. Takut enggak dibolehin terbang. Eh, ternyata yang disita petugas cuma satu pisau. Sisanya berhasil kami bawa pulang."–Mirea"Waktu aku liburan bersama lima temanku di Eropa, kami membeli sepuluh shuriken di Bulgaria, tanpa mikir cara kami bisa membawanya pulang. Kami enggak tahu harus menyembunyikannya di mana. Akhirnya kami membagi shuriken rata ke lima koper. Sisanya, kami seyembunyikann di celana dalam. Di titik pemeriksaan, enggak ada petugas yang bilang apa-apa tuh. Akhirnya kita berhasil menyelundupkan sepuluh shuriken ke dalam pesawat."–AlejandroArtikel ini pertama kali tayang di VICE Spanyol