ekstremisme

Kelompok Ekstremis Hindu di India Gencar Memerangi Cinta Beda Agama

Kelompok “Jihad Cinta” ingin menghentikan "fenomena pindah agama" tapi tidak adil menyasar umat Muslim di India. Dokumenter VICE merekam munculnya aksi ekstremis Hindu tersebut.

Annurag Dwivedi Annu memberikan pelajaran yang harus selalu diingat para siswinya. Bukan, guru di negara bagian Uttar Pradesh, India itu bukan mengajarkan cara menghindari predator seksual. Dia memperingatkan bahaya berhubungan dengan lelaki Muslim.

“Banyak kasus mereka memeras perempuan seperti kalian. Mereka mengambil foto kalian yang tak senonoh. Pada akhirnya, kalian ingin bunuh diri. Bagaimana dengan para laki-laki itu? Mereka akan mengejar orang lain begitu kalian pergi,” katanya saat mengajar di kelas.

Iklan

“Kalian pasti sudah dengar tentang berbagai jenis Jihad,” lanjut kepala sekolah Harshvardhan Singh. “Tapi mungkin ini pertama kalinya kalian belajar tentang ‘Jihad Cinta’.”

Dua lelaki India memamerkan pedang

Anggota gerakan Hindu nasionalis yang merasa bertanggung jawab memerangi ‘Jihad Cinta’.

Sebagai anggota garis keras nasionalis Hindu, kedua lelaki paruh baya itu merasa sudah menjadi kewajiban mereka untuk mengadakan kelas khusus tersebut. Mereka percaya umat Islam telah dilatih dan dibayar untuk menggaet perempuan Hindu dengan kedok cinta. Konspirasi yang mereka sebut “Jihad Cinta” sengaja dirancang untuk menjadikan India negara Islam.

“Mereka merusak saudari kita dan memisahkan mereka dari komunitas,” Singh memberi tahu murid-muridnya.

“Jika ada saudara yang jatuh ke perangkap ini, kalian harus segera menghentikan mereka. Jika kalian memberi tahu kami, kami akan menghancurkan tengkorak orang-orang tak bermoral itu.”

Ketakutan ini tak berdasar karena 80 persen populasi India beragama Hindu, sedangkan jumlah umat Islam di sana hanya sekitar 14 persen. Namun, Singh dan para fundamentalis lainnya bersikeras keberadaan pemeluk agama Islam mengancam identitas India sebagai negara Hindu.

Dia wakil presiden regional Vishwa Hindu Parishad (VHP), kelompok Hindu sayap kanan yang bersumpah akan membasmi “Jihad Cinta” di komunitas akar rumput.

Dulunya dianggap organisasi pinggiran, VHP semakin memantapkan jejaknya selama pemerintahan Narendra Modi. Kelompok itu terlahir dari organisasi Hindu nasionalis terbesar di India, Rashtriya Swayamsevak Sangh atau RSS, yang memiliki hubungan dekat dengan Modi dan anggota kunci Partai Bharatiya Janata yang berkuasa.

Iklan

Pemerintahan Modi dituduh menghancurkan sistem sekuler yang telah lama berlaku di India, dan secara diam-diam mendukung kelompok fundamentalis seperti VHP dalam melancarkan agenda anti-Muslim seperti “Jihad Cinta”.

Tidak ada bukti yang menunjukkan orang Islam memaksa perempuan Hindu untuk pindah agama, tapi teori konspirasi semacam ini terus menyebar seperti jamur di musim hujan. Beberapa negara bagian bahkan mengeluarkan undang-undang yang dengan sengaja menargetkan para “Jihadis Cinta”.

Pada November 2020, Uttar Pradesh—negara bagian terpadat di India—meloloskan peraturan yang menentang praktik pindah agama paksa. Siapa pun yang kedapatan mengajak seseorang untuk pindah agama bisa dikenakan denda dan dipenjara hingga 10 tahun.

Nasionalis Hindu bernama Harshvardhan Singh yang aktif memerangi “Jihad Cinta”.

Nasionalis Hindu bernama Harshvardhan Singh yang aktif memerangi “Jihad Cinta”.

Undang-undang itu tidak menargetkan komunitas tertentu, tapi 90 persen kasus yang dilaporkan sebulan setelah UU diperkenalkan melibatkan penangkapan lelaki Muslim.

Singh mengatakan, mereka bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mengakhiri pernikahan lintas agama, dan melangsungkan perkawinan Hindu bagi para perempuan “yang berhasil diselamatkan”.

Wartawan VICE News berkesempatan mendatangi salah satu pernikahan yang diadakan organisasi Singh. Mereka menikahkan perempuan dengan lelaki Hindu setelah memisahkannya secara paksa dari pacar yang beragama Islam.

Iklan

“Petugas kami mengejar dan menangkapnya. Polisi lalu menahan dia,” tutur Singh. “Setiap bulan, kami mengadakan setidaknya satu pernikahan untuk para perempuan ini.”

Pegiat hak perempuan mengecam keras tindakan ini, menyebutnya sebagai taktik komunal yang sangat seksis.

“Siapa yang memberimu hak untuk memutuskan pilihan perempuan?” tegas Dr. Ranjana Kumari, yang telah memperjuangkan kesetaraan gender sejak 1970-an.

“Jika perempuan ingin pindah agama dan menikahi orang yang dia cintai, maka itu menjadi haknya atas diri sendiri dan keputusannya. Konstitusi memberinya hak.”

Meskipun begitu, Singh dan kelompoknya masa bodoh dengan segala penolakan itu. Dia tetap berkeyakinan dirinya mengemban “tugas suci” untuk menuntaskan “Jihad Cinta” dan mempertahankan India sebagai negara mayoritas Hindu.

“Setiap umat Muslim yang tinggal di negara ini secara historis orang Hindu. Jadi kami ingin memberi imbauan kepada mereka,” tukasnya.

“Mulailah mengakui diri sebagai umat Hindu. Kalau tidak sekarang, kalian harus melakukannya besok.”