FYI.

This story is over 5 years old.

Travel

Mencoba Berpesta di 'Negara' Termuda Sedunia

Liberland sekalipun unik rupanya tak disukai negara-negara tetangganya. Akibat kebijakan imigrasi Kroasia dan Serbia, upacara proklamasi Liberland gagal dihadiri presidennya sendiri.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Serbia

Ide di balik pendirian Free Republic of Liberland—"negera" paling muda di dunia yang baru saja memproklamirkan diri— sebenarnya gampang banget: cari tanah yang nganggur, klaim tanah itu dan umumkan kalau kamu baru saja bikin negara.

Mendirikan negara mungkin sudah jadi mimpi basah banyak orang. Sayang, hanya beberapa gelintir saja yang benar-benar mewujudkannya. Orang terakhir yang mendirikan negara mini adalah politiku Ceko bernama Vit Jedlička. Dia menggagas sebuah surga Libertarian yang terletak antara Serbia dan Kroasia.

Iklan

13 April 2015, Jedlicka memproklamirkan negara buatannya. Dalam kurun seminggu setelah pengumuman tersebut, 220.000 orang mendaftar menjadi penduduk Liberland. Website negara mini baru ini dalam kurun waktu yang dikunjungi sebanyak 1.2 juta kali dan laman facebooknya dijempoli 100.000 di seluruh penjuru dunia. Tentunya, capaian yang luar biasa ini langsung dijadikan alasan untuk menggelar perayaan yang dijadwalkan digelar pada tanggal 1 Mei 2015 lalu.

VICE sebagai media yang getol mendukung pendirian micronation memutuskan untuk menyambangi Liberland dan ikut serta dalam pesta itu. Satu-satunya cara untuk sampai ke Liberland adalah lewat jalan darat melalui Zmajevac, sebuah kita di wilayah Kroasia yang letaknya sekitar 3,2km dari garis perbasan Serbia-Kroasia. Kami sampai di sana sore hari. Petugas penjaga perbatasan Kroasia bilang pada kami kalau mereka—sebagai bagian dari tugas mereka—wajib "mewanti-wanti" kami bahwa Liberland adalah "negara yang tak benar-benar ada" dan bahwa negara mini baru ini sebenarnya cuma "hamparan hutan belaka." Enggak masalah sih bagi kami. Lagian, kami sudah membekali diri dengan sepatu hiking. Jadi, kami lantas memarkir mobil kami, menanyakan arah menuju Liberland pada penduduk setempat dan mulai berjalan.

Tak lama setelah kami mulai berjalan, kami menemui kelompok polisi Kroasia lainnya yang sudah memasang barikade. Terkaan kami sih, sekelompok polisi ini disiagakan karena pengumuman perayaan pendirian Liberland. Tugas mereka? Pastinya menghalau peserta perayaan yang datang ke Liberland. Jadi, kami tak kaget-kaget amat ketika ternyata regu polisi satu ini lebih galak dari kelompok sebelumnya.

Iklan

"Dengan memasuki wilayah ini, anda telah menerobos secara ilegal dan kami bisa menahan anda. Kami tak mau melakukan itu dan sepertinya anda juga tak mau kami gelandang karena hukuman adalah kurungan tiga tahu atau denda sebesar €1500 [setara Rp22 juta]," ujar salah satu dari mereka.

Anggota regu polisi yang kami temui sebenarnya sopan. Tapi, tampak jelas kebingungan di wajah mereka. Barangkali, mereka tak habis pikir kok bisa-bisanya orang-orang ini mau datang ke Liberland. Mereka kemudian berceria tentang segerombolan orang Ceko yang berusaha mati-matian supaya bisa masuk "negara baru ini."

"Apa sih yang mereka ingin lakukan, wong di sana cuma ada hutan dan serangga," ujar para polisi ini.

Kami memutuskan untuk kembali ke Bački Monoštor, sebuah desa di wilayah Serbia. Ada kabar yang mengatakan kalau para pendukung Liberland tengah men unggu sebuah kapal yang akan membawa mereka berlayar ke Liberland. Karena kami sudah kadung bingung dan agak nyasar, kami mengirim sms pada President Jedlička untuk mendapatkan arahan menuju desa itu. Beruntung, tenyata presiden negara baru ini sangat akomodatif. Dia tak gengsi mengirimi kami lokasi desa itu lewat Google Map.

Setiba di Bački Monoštor, tak ada satupun perahu yang kami lihat di sana. Setidaknya kami bisa menemukan Jedlička dan 30 orang lainnya tengah menunggu di restoran. Mereka asik menyantap makan siang sembari bertanya-tanya di mana gerangan perahu mereka. "Perahunya dicegat di daerah perbatasan. Kita tunggu sejaman lagi deh. Nanti kita lihat lagi kondisinya," ujar Jedlička pada kami.

Iklan

Sejam kemudian, Jedlička mengumumkan bahwa perahu yang kami tunggu sudah dilepaskan oleh penjaga perbatasan. Sayang, polisi Kroasia akan berusaha sekuat tenaga memastikan perahu itu tak sampai ke tempat kami berada.

"Kalau perahunya distop lagu, ya sudah kami beli yang baru saja," ujarnya.

Sambil membunuh waktu, kami mengakrabkan diri dengan calon penduduk Liberland. Kami bertemu beberapa calon penduduk Liberland penuh harapan yang datang jauh-jauh dari Irak, Libanon bahkan Suriah. Semua orang ini saat ini tinggal di Belgrade.

Fahad Kubba—lelaki berdarah Serbia dan Arab—mulai harinya dengan berpikir keras cara sampai ke Liberland. Malang, setelah menunggu selama beberapa am, perahu yang dia harap-harapkan tak kunjung nongol. Semangatnya mendadak luntur.

"Entahlah, aku enggak tahu apa yang terjadi,"ujarnya,

Salah satu kawan Fahad yang bernama Bilal mengaku tak percaya bahwa Liberland benar-benar ada.

"Awalnya, aku pikir ini cuma becandaan doang. Lalu Fahad menghubungi aku dan mengajakku membuktikannya. Jadi aku ikut jalan deh," ujarnya. Tatkala kami bercerita tentang polisi Kroasia yang menghadang kami saat berjalan menuju Liberland, bilang menimpalinya dengan enteng. "Ya sudah ayo kita ramai-ramai ditangkap polisi. Ini harus aku taruh dalam to-do listku setelah bangun pagi nanti."

Waktu terus berlalu dan perahu yang kami tunggu-tunggu tak kunjung kelihatan batang hitungnya. Untuk membuat suasana menjadi lebih woles, Jedlička mulai membagi-bagikan kewarganegaraan Liberland.

Iklan

"Apakah kamu menyetujui Konstitusi Liberland dan berjanji bakal menaati hukum yang berlaku di Liberland?" tanya Jedlička pada seorang pria sambil menyerahkan beberapa helai kertas. Lelaki itu setuju. Tepuk tangan dan teriakan langsung terdengar riuh setelahnya.

Begitulah, segampang itu Siniša Matić jadi orang pertama yang memperoleh kewarganegaraan Liberland.

"Aku senang sekali ini semua terjadi. Kami sudah menerima 300.000 lamaran untuk menjadi warga negara Liberlan. Rasanya bangga sekali kami bisa mengatakan kami punya lebih dari 10 warga negara resmi, " kata Jedlička pada kami .

Sambil menandatangani dokumen kewarganegaraan, presiden Liberland menjelaskan bahwa Liberland tak akan mencuri uang rakyatnya dengan embel-embel pajak. Pajak sifatnya cuma optional di negara-negara mini seperti Liberland.

Seiring makin banyak orang yang didaulat menjadi warga negara termuda di dunia, antusiasme yang kami lihat di awal kembali meruak. Mood pengunjung kembali membaik tapi itu juga—kalau boleh jujur—disebabkan semua orang ini sudah mulai kobam.

Tapi setidaknya, pemandangan matahari terbit Serbia jadi penawar berita buruk yang disampaikan oleh Presiden Liberland—perahu yang kam harapkan tak akan datang hari ini. Besok, sebaliknya, akan ada dua perahu.

Tapi tak lama kemudian, seorang pria datang dengan sebuah perahu karet kecil. Terjadi pergantian rencana lagi. Dua belas mobil berisi penduduk Liberland segera naik ke perahu yang segera berlayar sisi Serbia dari Sungai Danube.

Iklan

Entah apa alasannya, Presiden Liberland masuk mobil kamu. Beliau kelihatan sekali sebagai seorang pejabat negara yang sibuk. Sepanjang perjalanan, dia tak mau lepas dari ponselnya.

Jedlička dalam mobil kami.

Setiba kami di sisi sungai Danube, kami sudah ditunggu satu regu polisi perbatasan Serbia. Setelah melewati percakapan selama setengah jam yang melibatkan Jedlička, seorang penerjemah, dan perwakilan polisi, pihak berwenang Serbia menyarankan sang "presiden" untuk melanjutkan perundingan di kantor polisi terdekat. Dengan santun, Presiden Liberland menolak usul tersebut dan keukeuh meminta polisi menjelaskan aturan mana yang kami bakal langgar jika tetap ingin menggelar pesta di Liberland.

Pada akhirnya, kami mulai menyadar, betapa mustahil menunjukkan dukungan kami pada Liberland. Kini saatnya pamitan dengan presiden, fan dan penduduk Liberland. Di jalan kami pulang, kami mencuri dengan bahwa Jedlička mengundang para polisi ke restoran untuk kembali berunding. Pihak polisi menyetujui ajakan sang presiden dengan satu syarat: pendukung Liberland harus membubarkan diri dulu.

Tak ada satupun yang merayakan hari buruh di Liberland tahun ini. Bodo amat, kami bakal coba lagi tahun depan. Atau tahun depannya lagi.