Harus diakui, power ballad—sebutan untuk lagu balada yang dibuat oleh band metal sangar—adalah fenomena yang kini semakin meluruh di Indonesia. Tren lagu semacam itu tergerus, menyusul tumbangnya band atau musisi rock dinosaurus macam Elpamas, Whizzkid, Sahara, Ucamp, Boomerang, dan sebangsanya. Parahnya lagi, rasanya agak susah mengharapkan adanya gerakan power ballad revival di sini. Pasalnya, di kancah musik arus utama, kita masih dirundung paceklik musik rock bagus yang sepertinya tak kunjung bangkit kembali.
Mungkinkah kita sedikit berharap kancah musik independen—yang umumnya dipercaya sebagai kawah candradimuka penggodok musik-musik keren—bakal memantik kebangkitan power ballad? Sepertinya agak susah. Mau bagaimana lagi, power ballad itu di kalangan penikmat musik kelas menengah sering dicap ndeso dan lebih dekat dengan mas-mas penjaga studio musik pinggiran, daripada musik favorit anak band indie. Bedalah levelnya dengan folk yang sedang digandrungi so called anak indie itu.
Videos by VICE
Untungnya, asa munculnya lagu rock balada yang bagus tak sepenuhnya padam. Di Yogyakarta, masih ada Sangkakala: grup hair metal terakhir di kancah musik independen setelah GRIBS—tandem mereka dari Jakarta—hiatus. Malah, band ugal-ugalan ini dikabarkan tengah bekerja keras menyelesaikan album kedua mereka. Jelas, berita ini bikin kami keranjingan. Dari semua lagu yang mungkin digubah Sangkakala, salah satunya pasti lagu balada yang epik karena kita—dan tentunya personel Sangkakala—tahu nomor power ballad adalah prasyarat album hair metal yang keren.
VICE Indonesia berkesempatan ngobrol bersama Hendra Priyadhani alias Blangkon, vokalis Sangkakala, di sela-sela kesibukannya rekaman dan menyiapkan tiga pameran senirupa. Lewat sebuah obrolan santai, Blangkon menceritakan impiannya menggubah lagu power ballad nan epik, terinspirasi lima lagu rock balada lokal kesukaannya.
Barangkali lewat lagu pilihannya, kita bisa menduga-duga rock balada seperti yang bakal dimainkan Sangkakala di masa datang.
1. Slank – Bidadari Penyelamat
Saya suka sekali Slank sampai-sampai punya side project bernama SLENG, band spesial cover Slank. Band Kaka cs itu band yang sangat lokal. Malah, secara attitude dan lainnya, Slank itu band yang “kabupaten.” Slank sadar akan hal itu. Makanya, mereka pernah bikin album Kampungan. Lagu-lagu Slank mendarat dengan enak karena isu yang dibawa terjangkau publik luas. Bidadari Penyelamat ada di album Minoritas tapi lebih kena kalau dibawain live (terutama di album A Mild Virus Roadshow) karena ada celotehannya. Bidadari Penyelamat ini dimainkan tanpa instrument jadi paling enak buat opening/break sebelum set alat beres. Jreng!
2. Boomerang – Kisah Seorang Pramuria
Sebenarnya ini lagunya The Mercy’s. Saya pertama dengar ketika Bapak mainin gitar dan nyanyi lagu ini. Kisah Seorang Pramuria versi The Mercy’s sering diputar setiap hari sama bapak saya pakai tape. Nah, pas dibawain Boomerang, saya paling suka. Versi Boomerang bikin saya ingat momen gigitaran Bapak. Saya selalu suka lagu atau album tribute. Selain Boomerang, Peter Pan juga meremake lagu ini, saya sih suka dua-duanya. Tapi, Style dan karakter Boomerang tidak bergeser dan ruh lagunya tetap dan emang lebih duluan denger yang versi Boomerang. Jadi, saya pilih versi Roy Jeckoniah dkk.
3. Audy – Janji di Atas Ingkar
Saya pernah diajarin main gitar lagu ini oleh gitaris band SMA saya. Itu pas tahun 2000 setelah lulus SMA (saya SMA empat tahun di tiga SMA berbeda) dan engga keterima UMPTN, makanya gigitaran terus di kosan. Teman saya ini ngajarin lagu ini dengan detail, lengkap sama variasinya (secara saya ga bisa main gitar). Saya pelan-pelan bisa sampai bagian di tengah lagu sebelum melodi (interlude). Sayang, gitaris saya ini sakit lama dan setelah sembuh dia sudah ga bisa main gitar lagi. Saban lagu ini saya dengar, saya selalu inget cerita ini.
Aransemen lagu ini standar tapi pas bisa, permainan gitar saya seolah canggih saja. Saya juga suka lagu Audy karena lugas dan engga terlalu puitis.
4. Godbless – Balada Sejuta Wajah
Sampai saat ini, Godbless masih jadi band rock idola saya. Saya (penggemar) fanatik Godbless dan suka semua lagunya. Tapi karena disuruh milih satu lagu balada, saya pilih Balada Sejuta Wajah. Kalau menurut saya sih, band rock generasi Godbless pintar mengolah kata secara lugas. Liriknya jadi sangat Indonesia, tidak menye-menye. Lirik-lirik lagu tahun segitu (dekade 70an), punya perbendaharaan kata-kata bahasa Indonesia bagus, walaupun kalau ditilik kontennya sih, kebanyakan moralis.
Saya juga memilih lagu ini—bukanya Rumah Kita—karena lagu ini enak dibawakan secara akustik jadi kita sering mainkan pas gegenjrengan santai.
5. Begundal Lowokwaru – Selamat Menikah Kawan
Ini lagu balada lokal yang paling saya suka. Alasannya karena band seperti Begundal Lowokwaru ternyata bisa membuat lagu romantis namun pembawaan mereka tak berubah. Band asal Malang ini masih terasa begundalnya tapi lihai bercerita tentang sesuatu yang romantis. Dari lagu ini, saya terobsesi ingin bikin lagu balada, tanpa merubah nuansa diri saya. Nah, lagu Sangkakala yang Kawan X Lawan pengin banget bisa dibawakan seperti lalu, tapi belum berhasil. Pokoknya, saya pengen sekali bikin lagu balada seperti lagu ini.