FYI.

This story is over 5 years old.

Budaya Pop

Tokoh Kartun Favoritmu Kebanyakan Simbolisasi Sosok Kulit Hitam Lho

Bugs Bunny, Scrappy Doo, Elmo, sampai Piccolo. Karakter mereka sudah pasti didasarkan pada sikap dan gestur orang kulit hitam.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.

Seorang teman internet dan saya memiliki ketertarikan di sebuah kultur internet yang spesifik. Kami sering saling mengirimkan illustrasi seadanya karakter kartun mengenakan street wear dan orang-orang di dunia nyata yang mengenakan kostum karakter kartun sambil menari seenaknya (semua dimulai karena kecintaan kami akan meme Bugs Bunny yang kesohor ini). Ketika sedang mencari lebih banyak meme, sang teman mengirimkan screenshot ini.

Iklan

Saya sontak menjawab, "Bugs Bunny ya orang item lah."

Setelah  berpikir lebih jauh, saya sadar bahwa ini bukan fakta yang selalu jelas bagi semua orang. Bugs Bunny kan kelinci. Biarpun dia antropomorfis, tetap saja tidak semua orang berpikir sejauh ini. Penasaran apakah paham ini juga umum beredar di kalangan teman-teman dari etnis Kaukasian, saya lekas bertanya ke banyak rekan-rekan kerja (kebanyakan berkulit putih) demi mendapat jawaban memuaskan.

"Menurut elo, Bugs Bunny orang kulit hitam bukan?" Banyak yang kebingungan ketika pertanyaan ini saya lontarkan. "Ini pertanyaan trik ya?" tanya seorang pria berkulit putih yang penuh curiga. "Enggak kok." Saya jawab, "Ini pertanyaan sederhana, jawabannya cuman iya atau tidak."

Setelah banyak percakapan dengan teman-teman berkulit putih yang berusaha terlalu keras tidak salah menjawab dan kedengaran rasis, akhirnya seseorang bertanya balik kok saya bisa tahu Bugs Bunny itu berkulit hitam—ini pertanyaan yang saya tidak bisa jawab. Entah kenapa saya yakin aja. Ketika mencoba menjelaskan logika di balik ini, jawaban saya terdengar ambigu dan tidak meyakinkan. Saya sadar bahwa ini bukan hal yang sederhana.

Tidak ada keraguan di pikiran saya kalau Bugs Bunny itu seorang pria berkulit hitam. Ini fakta yang jelas. Sama seperti langit itu biru dan rumput itu hijau. Bugs Bunny? Hitam. Dan saya tidak hanya ngomongin Bugs Bunny aja. Biarpun Bugs Bunny mungkin salah satu karakter kartun paling terkenal sepanjang masa, banyak juga karakter kartun lain yang berkulit hitam. Ini mungkin semacam sinestesia tapi melibatkan ras dan kartun. Tidak lama kemudian saya mulai terobsesi mencatat di memo ponsel semua karakter yang menurut saya berkulit hitam. Sekarang saya memiliki lebih dari 20 karakter dan masih terus diperbarui.

Iklan

Bugs Bunny
Tasmanian Devil
Tweety Bird
Goofy
Max
Spongebob (sering disangka berkulit putih)
Bob (dari Reboot)
Elmo
Cookie Monster (West Indies)
Zaboomafoo
Arthur (ras campur, setengah hitam)
Brain (From Arthur)
Muffy (ras campur, setengah hitam)
Lola Bunny
Babar
Luigi (From Mario)
Jerry (Tom and Jerry)
Some Ninja Turtles (Michelangelo, mungkin Raphael)
Scrappy Doo
Woody the Woodpecker
The Pink Panther
Optimus Prime

Kalau anda tidak percaya dan menganggap saya gila, anda harus tau bahwa saya bukanlah satu-satunya yang berpikir seperti ini. Faktanya, saya tidak tahu satupun teman-teman berkulit hitam yang tidak pernah mengatribusikan ras ke dalam karakter bukan manusia.

Di awal tahun ini, Noisey merilis artikel yang mengatakan bahwa film A Goofy Movie merupakan film bernuansa kulit hitam klasik bagi millennial. Tulisan tersebut menyebutkan beberapa titik estetik yang mengindikasikan kecenderungan film mengambil inspirasi dari kultur kulit hitam.

Topik ini juga kerap menjadi bahan diskusi online. Di Twitter, Alyson, dikenal sebagai fillegrossiere sering mencuit tentang topik ini. Setelah berkicau bahwa Bugs Bunny berkulit hitam, "Beberapa pria mengatakan bahwa Bugs Bunny itu kan kelinci." Ketika ditanya bagaimana dia tahu karakter mana yang berkulit hitam (termasuk Skeeter dari Doug, Goofy dan Max) dia mengatakan, "Wah saya gak tahu ngejawabnya gimana. Kalau buat saya jelas aja mana yang hitam dan mana yang bukan."

Iklan

Gemes dengan banyaknya teman-teman berkulit putih yang kesulitan mengerti logika ini, saya meminta teman-teman berkulit hitam di Twitter untuk berbagi alasan dan perasaan soal topik ini. Saya ingin tahu alasannya. Ketika tengah memikirkan alasan saya sendiri, saya sadar bahwa kurangnya diversitas rasial di acara-acara hiburan anak negara barat menjadi alasan utama.

Hanya dalam hitungan menit, inbox saya dibanjiri pesan—saya menerima lebih dari 40 DM dan email dari teman-teman kulit hitam dari berbagai penjuru dunia. Beberapa email ini mempunyai subyek bertuliskan "Arthur jelas 100% hitam" atau "Babar sudah pasti hitam."

Seorang komedian asal Brookln, Jaboukie Young-White mengirimkan email dengan subyek yang sangat menarik: "Sandy Cheeks (dari SpongeBob) dan Piccolo (dari Dragonball Z) sudah pasti hitam." Menurut Jaboukie, cerita latar belakang Piccolo terasa serupa dengan cerita banyak kaum minoritas di AS. "Kampung kelahirannya, Namek, diserang oleh penjajah, dan dia selalu merasa asing ketika berada di tengah-tengah temannya yang bukan dari Namek, dan dia dibesarkan oleh orang tua tunggal. Dan dia selalu melakukan kerja keras yang emosional tanpa mendapatkan penghargaan yang layak." Banyak email yang masuk memberikan alasan yang serupa—karakter yang diduga berkulit hitam memiliki banyak kesamaan dengan kehidupan teman-teman kulit hitam di dunia nyata.

Gambar Piccolo via YouTube

Ketika ngobrol dengan Liza Nakamura, seorang profesor di Univeristy of Michigan yang juga menulis buku tentang ras dan bagaimana ras digambarkan di dunia online, dia mengatakan bahwa ada banyak alasan mengapa kaum kulit putih tidak akrab dengan konsep merasialkan kartun.

Iklan

"Teman-teman kulit putih cenderung tidak mau melihat perbedaan ras dalam segala hal," kata Nakamura. "Mereka didorong untuk tidak memperhatikan hal semacam ini karena takut mendapatkan masalah atau dikira rasis." Tidak hanya itu, Nakamura juga menjelaskan bahwa teman-teman Kaukasian cenderung menghindari percakapan tentang ras. "Resiko dijauhi atau dipandang sebagai seorang yang rasialis dianggap tidak sepadan dengan terlibat dalam percakapan-percakapan macam ini," tambahnya.

Perlu diingat bahwa orang kulit putih tidak memiliki kebutuhan untuk mengasosiasikan ras tertentu ke dalam karakter bukan manusia. Ketika membicarakan dunia hiburan, teman-teman kulit putih tidak perlu membayangkan bahwa kaum mereka sebagai bintang industri hiburan, karena memang selalu biasanya begitu.

Lewat sebuah unggahan Tumblr, seniman asal New York Jayson Musson menilai karakter Panthro dari ThunderCats merupakan karakter pahlawan Afrika-Amerika pertama dalam sejarah animasi AS. Sebagai anak yang lahir di 80an, Musson menjelaskan bahwa selain Panthro, Papa Smurf dan ET (si alien) juga berkulit hitam. "Saya gak peduli orang lain mo bilang apa." Papa Smurf itu "jauh lebih santai dibanding smurf lainnya, dia seperti figur ayah," jelasnya. "Ini mungkin karena di masa kecil saya, karakter yang dianggap terlalu 'hitam' sulit untuk laku secara komersil."

Kebanyakan orang juga mengatakan bahwa metode karakterisasi tidak boleh terasa dipaksakan—karakter-karakter ini tidak ditampilkan berkulit hitam secara lebay. "Kualitas-kualitas ini tidak boleh terasa dipaksakan ke dalam pikiran anak-anak kecil," kata Musson. "Bagi saya, ini adalah sesuatu yang harus saya mengerti sendiri."

Iklan

Nakamura juga mengatakan logika di balik teman-teman berkulit hitam memberikan asosiasi ras terhadap karakter-karakter kartun tersebut berhubungan dengan "usaha untuk menemukan kaum anda di tempat-tempat yang umumnya tidak menyediakan ruang bagi kaum minoritas." Ini seperti bentuk penolakan terhadap mayoritas. Ketika anda tidak bisa melihat sosok orang-orang seperti anda ditampilkan di serial TV kesayangan ketika masih kecil, anda menciptakan narasi alternatif.

Optimus Prime - gambar via. YouTube

Selama seminggu terakhir, saya terus-terusan memikirkan Bugs Bunny dan karakter-karakter kartun kulit hitam lainnya. Biarpun di permukaan, ini terdengar seperti pemikiran yang konyol dan bodoh—tapi sesungguhnya ini juga hal yang menyedihkan. Seperti apa yang dikatakan Nakamura, pemikiran ini didasari oleh ketidakmampuan kita melihat bayangan diri sendiri di dalam karakter-karakter yang kita cintai.

Saya memiliki sembilan keponakan dan kebanyakan dari mereka memiliki acara TV favorit dan karakter yang mereka cintai. Ketika saya ikut nonton TV atau Netflix bareng mereka, jelas bahwa isu diversitas sudah semakin membaik di dalam industri hiburan. Sudah lebih banyak kaum minoritas ditampilkan dalam film dan kartun, biarpun masih kurang. Namun tetap saja akibat kesadaran saya soal kurang representasi kaum saya di layar kaca di masa kecil, saya sengaja memilih acara-acara yang mempunyai banyak karakter kulit hitam atau non-kulit putih bagi keluarga. Saya ingin sepupu saya bisa melihat refleksi diri mereka di layar kaca.

Ketika tengah mengurus keponakan akhir-akhir ini, saya berusaha memilih film di Netflix—tapi sulit sekali berhubung belasan film tentang "princess" selalu menampilkan sosok kulit putih berambut pirang. Akhirnya saya memilih Home, sebuah film animasi Dreamworks yang menampilkan seorang perempuan bernama Gratuity "Tip" Tucci, yang lari dikejar-kejar invasi alien di Bumi. Setelah melihat bahwa film tersebut menampikan sosok perempuan muda berkulit hitam, keponakan saya senang bukan kepalang.

"Wah!" ujarnya kegirangan. "Muka karakternya mirip aku!"

Follow Sarah Hagi di Twitter.