Memburu UFO

Sejumlah Bos Startup di Silicon Valley Kini Serius Memburu UFO

Beberapa petinggi modal ventura percaya manusia bakal untung kalau bisa menangkap UFO. Mempelajari benda asing ini penting bagi kemajuan peradaban sekaligus dianggap ide bisnis startup menjanjikan.
Sejumlah Bos Startup di Silicon Valley Kini Serius Memburu UFO
Sumber ilustrasi: Getty / kolase oleh: Jason Koebler 

Satu gagasan bakal mengusik perhatian manusia sedunia adalah skenario bisa bertemu alien yang punya teknologi canggih. Mungkin itulah sebabnya mengapa sebagian kecil pihak dari Silicon Valley, pusat startup teknologi terbesar dunia di Amerika Serikat, sangat tertarik sama UFO. Bahkan, sebagian orang tajir di Silicon Valley yang punya banyak waktu mulai serius ingin memburu, menemukan, lantas merekayasa benda asing di langit tersebut.

Iklan

Pemburu UFO dari kalangan petinggi modal ventura itu semakin yakin akan keberadaan pesawat alien setelah pilot Angkatan Laut AS membeberkan pertemuan mereka dengan kendaraan aneh. Para ahli teknologi dan kapitalis gaya baru itu percaya UFO akan bisa membantu manusia melakukan terobosan ilmiah. Syaratnya cuma satu: UFO-nya harus ditemukan dan bisa diteliti.

Rizwan Virk adalah pengusaha di Silicon Valley yang memimpin PlayLabs@MIT. Dia angle investor kawakan yang kini banting setir jadi pemburu UFO profesional.

"Saya tertarik dengan fenomena [UFO] karena yakin sains mainstream baru bisa menemukan 5 persen kebenaran di alam semsta, sementara 95 persennya lagi masih menunggu untuk ditemukan," ujarnya dalam wawancara bersama media.

Bagi Virk, mempelajari UFO—terlepas dari benda itu sungguh ada atau tidak—berhasil menantang apa yang dia percaya selama ini. "Kajian tentang UFO sebetulnya menyoal tentang teknologi canggih yang tak selamanya cocok dengan apa yang disebut teknologi, atau yang belum dianggap sebagai teknologi saat ini," ujarnya.

“Banyak pakar teknologi menggunakan intuisi mereka saat menemukan ide-ide baru dan menentukan langkah yang harus diambil," imbuhnya. "Ada tumpang tindih antara memercayai intuisi dan apa yang terjadi dalam riset UFO."

Virk menyatakan peminat isu UFO di Silicon Valley masih relatif sedikit. Adapun investor dan pakar teknologi yang tertarik lebih memilih diam saja. Walaupun cukup sering diliput media, UFO dianggap tabu untuk dibahas petinggi startup yang merasa dirinya hanya mengurusi isu sains konkret.

Iklan

Bagi peminat UFO di kalangan startup, mempelajari asal-usul benda langit aneh ini baru sekadar hobi mengasyikkan saja. Tak banyak yang membicarakannya di forum terbuka. Perlahan-lahan tabu tersebut mulai berubah.

Diana Pasulka menulis buku berjudul American Cosmic: UFOs, Religion, Technology. Dosen filsafat di University of North Carolina Wilmington ini menyatakan bahwa mayoritas wacana modern UFO mengandung aspek religius. Tak seperti agama konvensional yang hanya membutuhkan kepercayaan, UFO memadukan konsep ketuhanan dan teknologi. Munculnya asumsi ini bersandar pada kemungkinan ilmiah bahwa kehidupan ekstraterestrial benar-benar ada.

Mitos UFO kontroversial bukan hanya karena kita diminta percaya makhluk hijau menerbangkannya. Adanya mahluk asing dengan teknologi lebih canggih dari manusia merupakan tantangan bagi sistem politik, ekonomi, dan kekuasaan yang mapan selama ini. Pasulka mendapati sebetulnya ada banyak orang-orang rasional di Silicon Valley yang percaya UFO. Jacques Vallee, ilmuwan komputer sekaligus pemodal ventura di balik ARPANET, dikenal sebagai ahli teknologi yang juga mendalami UFO. Dia kini menjadi tokoh penting kajian UFO populer di internet.

"Ada kelompok pengusaha startup Silicon Valley yang berusaha tidak terlalu dalam membahas mitologi UFO, dan lebih suka memahami kebenarannya. Kalian bisa menemukan orang kaya gitu di Silicon Valley yang selama ini dikenal hanya percaya pada sains," tulis Pasulka. "Mereka ini latar belakangnya ada yang ilmuwan, seperti Jacques, ada juga yang sudah memproduksi teknologi-teknologi yang berguna untuk manusia. Sama seperti Jacques, mereka semua percaya sama fenomena ‘UFO’ atau fenomena udara yang tidak dapat dijelaskan."

Iklan

Makanya wajar bila ada petinggi startup kepergok membagikan teori-teori pseudo-ilmiah mengenai UFO di situs, blog, atau media sosial pribadinya. Pada dasarnya, teknologi selalu bersifat sebagai pengacau kemapanan. Teknologi bisa mengubah manusia dan makna, serta mewujudkan apa yang sebelumnya mustahil diwujudkan. Bos startup jelas secara alamiah tertarik sama kemungkinan macam itu dari kajian UFO.

James Lampkin salah satunya. Dia Wakil Presiden Divisi Programming ESL, salah satu perusahaan e-sport terbesar di dunia. Saat diwawancarai Motherboard, dia mengaku tertarik dengan UFO. "Sebab implikasi teknologi itu, kalau benar ada, sangat mencengangkan dan revolusioner terlepas dari siapa yang menerbangkannya." Dia mengaku kesal dengan media massa karena selama ini cuma meliput fenomena UFO di permukaan, seringnya lebih ke aspek sensasionalnya saja atau malah jadi cerita mirip takhayul.

Deep Prasad selaku CEO ReactiveQ, startup teknologi komputasi kuantum bernilai jutaan dolar di Toronto, sependapat dengan Lampkin.

"Sebagai praktisi teknologi, kami berupaya menguasai sains dan teknik agar manusia bisa merasakan manfaatnya,” ujarnya kepada Motherboard. "Teknologi UFO yang canggih melampaui pemahaman dan kemampuan kami saat ini. Andai manusia bisa mengamati UFO sungguhan dan merekayasa teknologinya untuk dimanfaatkan publik, maka manusia bisa dengan mudah melakukan perjalanan antarbintang."

Iklan

Seperti Rizwan, Deep percaya UFO—seandainya bisa ditemukan—pasti dapat dipelajari. Jika kelak manusia bisa menangkap UFO, maka pengertian manusia tentang teknologi otomatis berubah. Dia menegaskan penelitian ilmiah terkait fenomena pesawat alien, "akan menimbulkan revolusi teknologi tak tertandingi sepanjang sejarah manusia."

James berusaha meyakinkan teman-temannya menonton lonjakan liputan UFO beberapa tahun terakhir. Dia mengaku baru "10 sampai 20 persen teman-temannya sesama pengusaha startup yang menerima ide tersebut." Beberapa dari mereka "tertarik mendalami fenomena UFO" tetapi sisanya masih skeptis.

Rizwan menegaskan sebagian besar kapitalis di Silicon Valley tidak rela mendanai penelitian UFO. Alasannya sederhana, tidak ada jaminan investasi mereka balik modal. Padahal risiko berinvestasi dalam penelitian UFO cukup besar.

Artinya isu seputar UFO, entah itu nyata atau tidak, mulai menjangkiti imajinasi dari sosok-sosok yang selama ini berperang besar dalam pengembangan teknologi umat manusia. Meningkatnya pemerhati UFP di Silicon Valley mengingatkan kita, bahwa definisi yang dianggap sebagai ‘normal’ sebetulnya tidak ajeg.

Keberadaan UFO dan penggemarnya belum diterima masyarakat karena mewakili salah satu ketakutan terbesar yang laten dimiliki umat manusia: perubahan.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard