Inilah Rahasia Film Stanley Kubrick Bagus Banget: Dia Punya Selera Fashion Luar Biasa
Salah satu adegan ikonik film 2001 A Space Odyssey © Warner Bros. Entertainment Inc 
Budaya Pop

Inilah Rahasia Film-Film Stanley Kubrick Bagus Banget: Dia Sadar Pentingnya Fesyen

Kubrick bukan cuma sutradara visioner. Dia tampaknya salah satu yang paling awal sadar bila tata busana sangat bermanfaat memperkuat estetika sinema.

Coba kenang lagi pengalaman nonton film horor psikologis The Shining. Kalian pasti segera teringat gaun biru muda yang dikenakan bocah kembar mengerikan yang berkeliaran di lorong Overlook Hotel. Pikirkan A Clockwork Orange, yang segera terbayang biasanya sosok Malcolm McDowell dan gerombolan droogs berkelana di jalanan London, memakai jumpsuit putih. Ingat-ingat pula film Barry Lyndon dan yang muncul di otak biasanya gaun-gaun mewah dan topi-topi berbulu atau seragam militer khas bangsawan Eropa Abad 18.

Iklan

Semua film itu adalah buah karya mendiang sutradara legendaris Stanley Kubrick. Tak banyak orang sadar, film-film Kubrick sangat cerdas memanfaatkan fashion untuk memperkuat estetika cerita.

Stanley Kubrick dihormati atas keterampilannya yang beragam. Sepanjang karirnya, dia sukses menggarap segala genre. Mulai dari horor distopia, film perang, hingga satir politik. Di semua kesempatan itu, Kubrick berhasil menciptakan film yang nampak sempurna untuk genre masing-masing. Perhatiannya pada detail membantunya menghadirkan sensasi visual tak terlupakan. Nah, dari berbagai unsur visual itu, yang sering terlewatkan saat kita membahas rekam jejak Kubrick adalah perhatiannya terhadap tata busana karakter.

Pameran di Design Museum menyoroti kolaborasi Kubrick dengan berbagai direktur artistik dan busana sepanjang karirnya.

"Unsur visual yang sering terlewatkan saat kita membahas film-film Kubrick adalah perhatian sang sutradara terhadap tata busana karakter."

"Museum yang kami kelola tertarik pada proses dan perkembangan pembuatan kostum dalam industri perfilman dunia," kata Adrienne Groen, asisten kurator pameran ini. "Sekarang, kami memperoleh akses pada arsip dari orang-orang yang berkolaborasi dengan mendiang Kubrick, bukan hanya filmnya sebagai produk akhir."

Pameran ini menelusuri berbagai kolaborasi Kubrick dengan sosok-sosok yang mewujudkan visi sinemanya. Dia punya satu perancang kostum langganan: Milena Canonero, yang bekerja bareng dengannya dalam film Barry Lyndon, A Clockwork Orange dan The Shining.

Iklan
Stanley Kubrick during the filming of Killer’s Kiss (The Tiger of New York, USA 1955). © Metro-Goldwyn-Mayer

Stanley Kubrick (tengah) di lokasi syuting film Killer’s Kiss 1955. Arsip foto © Metro-Goldwyn-Mayer

"Banyak orang mengatakan Kubrick sangat terlibat dalam setiap tahap proses artistik apapun. Memang benar. Tetapi dia juga selalu berhasil memilih rekan kerja orang-orang hebat, supaya dia merasa nyaman memberi mereka kebebasan artistik," kata Groen. "Walau masih perlu dilakukan banyak penelitian, tetapi Milena berhasil menampilkan selera uniknya sendiri dalam rancangan busana buat film-film Kubrick."

Pameran ini juga mendalami karya penjahit legendaris Hardy Amies, yang bertugas sebagai perancang kostum 2001: A Space Odyssey. Pakaian gaya mod yang dikenakan kru dan penumpang stasiun luar angkasa di film itu terinspirasi rancangan André Courreges dan Pierre Cardin.

Kubrick berkolaborasi dengan Amies secara spesifik, karena pengalaman dan pendidikannya yang sebagai desainer busana tradisional. Dia mampu menciptakan kostum yang tetap terasa futuristik bahkan puluhan tahun kemudian. "Dalam film 2001, Kubrick mencari gaya busana yang melampaui waktu," imbuh Groen.

Menariknya, perhatian Kubrick terhadap pentingnya fesyen kurang diperhatikan karena dunia perfilman bersifat maskulin. Padahal, setelah ditilik lagi, Kubrick punya obsesi tersendiri terhadap busana yang dipakai tokoh-tokoh dalam filmnya. Saking presisinya, dia sudah punya bayangan kostum atau busana tertentu sejak film belum syuting, banyak orang mengaku sutradara kenamaan Amerika ini amat obesif.

Barry Lyndon, directed by Stanley Kubrick (1973-75; GB/United States). The Chevalier de Balibari (James Magee). © Warner Bros. Entertainment Inc.

Fashion karakter utama film Barry Lyndon © Warner Bros. Entertainment Inc

Kubrick termasuk sutradara yang berambisi simetri terlihat pada segala aspek filmnya. Untuk mendapatkan hasil macam itu, dia terkenal sering menyiksa aktor dan kru. Contohnya, dia memaksa Shelley Duvall menjerit dalam 127 kali take sembari Jack Nicholson mengayun pentungan bisbol di salah satu adegan terkenal The Shining. Dia juga melakukan penelitian telaten dan mendalam, sebelum membuat film tentang kehidupan sehari-hari Napoleon. Dedikasi serupa terlihat dalam pilihan kostum di film-filmnya. Saat bekerjasama dengan Hardy Amies, Kubrick dikabarkan menikmati proses penyesuaian detail-detail kecil busana karakter, bahkan penempatan setiap kancing.

Iklan

Meskipun biopic Napoleon ujung-ujungnya tidak dibuat, penelitian di baliknya menjadi dasar untuk pencapaian Kubrick paling luar biasa di dunia kostum: Barry Lyndon. Didasarkan pada sebuah novel oleh William Makepeace Thackeray, film ini menghidupkan kembali Eropa pada abad ke-18 dengan detail-detail tak tertandingi, dan dibintangi Marisa Berenson—seorang model fesyen—sebagai protagonis yang mengenakan topi berbulu dan gaun berjumbai.

Dalam pameran ini, ada ruang khusus menampilkan gaun-gaun dan jas film Kubrick yang memenangkan Piala Oscar untuk kategori desain kostum terbaik, serta bagian khusus untuk penelitian intensif yang memastikan semua detail tampak sempurna.

The Shining, directed by Stanley Kubrick (1980; GB/United States). Grady (Philip Stone) and Jack Torrance (Jack Nicholson). Still image. © Warner Bros. Entertainment Inc.

Dalam adegan The Shining ini, fashion berperan penting membangun atmosfer. © Warner Bros. Entertainment Inc

"Kami beruntung karena seluruh arsip karir Kubrick tersimpan di London,: kata Groen. "Kami menampilkan sebagian busana favoritnya dalam pameran ini, tetapi semua ini masih sekilas. Makanya koleksi terbanyak masih dari film Barry Lyndon. Padahal arsip aslinya terdiri dari ratusan dus berisi halaman-halaman dari publikasi kesenian, buku sejarah kesenian, dan segala hal yang berkaitan dengan abad ke-18. Ini semua tidak hanya meliputi gaya fesyen atau potongan bahan; Kubrick betul-betul memperhatikan detail busana untuk kepentingan cerita. Contohnya, bagaimana bangsawan Eropa bercukur pada abad ke-18. Melihat arsip ini, kamu bisa melihat apa yang menarik bagi Kubrick. Dia tidak hanya memperhatikan pakaian, tetapi juga bagaimana pakaian tersebut berkaitan dengan hirarki di masyarakat."

"Bagi saya, yang menonjol adalah perhatian Kubrick pada detail," lanjut Groen. "Setiap detail dipertimbangkan secara hati-hati. Begitu juga dengan orang yang dipilihnya untuk berkolaborasi. Perancang busana yang dipilih Kubrick bukan sekadar perancang kostum untuk film. Mereka harus bisa merancang suatu zaman, sehingga adegan di layar nantinya terasa otentik."

Seperti yang dibuktikan pameran ini, fesyen merupakan piranti penting yang dimanfatkan Kubrick untuk menghadirkan film-film paling dicintai sepanjang masa.

Artikel ini pertama kali tayang di i-D