FYI.

This story is over 5 years old.

Percintaan

Empat Alasan Utama Orang Memilih Tetap Akrab Sama Mantan Kekasih

Penelitian psikologis sukses menyimpulkan sederet alasan orang-orang mau tetap berteman sama mantan mereka, alias putus baik-baik.
Foto illustrasi oleh Tana Teel via Stocksy.

Artikel ini pertama kali tayang di Broadly.

Sebagian orang sulit menemukan satu saja alasan untuk tetap berteman sama mantan kekasih. Wajar saja sih. Namanya juga hubungan cinta kandas dan kita terpaksa putus. Ngapain lagi harus baik-baikan sama mantan. Uniknya sebuah penelitian yang terbit bulan lalu di Jurnal Personal Relationships mengkaji beragam alasan orang-orang sanggup tetap menjaga hubungan baik sama mantan-mantan mereka. Dengan kata lain, para psikolog mencari tahu alasan orang bisa putus baik-baik.

Iklan

Para peneliti dari University of Kansas mengadakan dua jajak pendapat terpisah untuk memahami lebih baik apa yang disebut persahabatan pasca-putus ( post-dissolution friendships atau PFDs). Meski ada banyak kajian ilmiah yang sempat menyinggung tipe-tipe hubungan macam ini, tim peneliti mengambil pendekatan teoritis dan menganalisa temuan mereka dalam lensa gaya kedekatan atau attachment.

Dalam survei pertama, 288 individu—mayoritasnya mahasiswa di Midwestern University—mengisi kuesioner online yang mengumpulkan informasi soal demografi, gaya kedekatan, dan kepribadian. Mereka mengisi daftar kemungkinan alasan tetap berteman dengan seorang mantan—misalnya, tidak ingin kehilangan persahabatan atau mencoba sopan—dan diminta menilai sejauh mana mereka sepakat dengan tiap pernyataan atau menuliskan alasan mereka sendiri.

Para peserta yang punya pengalaman tetap berteman dengan mantan pacar juga menceritakan bagaimana mereka menjalani hubungan tersebut. Atau bisa juga mereka diminta menjelaskan apakah pertemanan itu sesuai ekspektasi mereka.

Prosedurnya amat serupa dalam jajak pendapat kedua, terdiri dari 536 peserta namun para peneliti juga bertanya siapa yang membuat penawaran untuk "tetep temenan" setelah putus, dan juga alasan mereka putus. Meski sampel kecil dari kedua penelitian patut dipertimbangkan, menurut temuan para peneliti, pilihan untuk tetap akrab dengan mantan pacar ternyata cukup umum di antara responden mereka. Mayoritas peserta (59 persen dalam jajak pendapat pertama dan 65 persen dalam jajak pendapat kedua) melaporkan kalau mereka memilih tetap menjaga hubungan baik sama mantan. Para peneliti menemukan empat alasan para peserta tetap berteman dengan mantan: rasa aman, biar tidak ribet, ingin kedamaian, dan hasrat romantis yang belum kelar. Dalam banyak kasus, alasan-alasan ini terkuak berdasarkan pengalaman pribadi mereka. Misalnya, orang-orang LGBTQ cenderung menyebutkan "rasa aman" saat putus. Karena komunitas mereka kecil, mereka lebih mungkin ingin menjaga hubungan dengan mantan. Di sisi lain, orang-orang yang mengandalkan mantan mereka untuk dukungan finansial menyebutkan "biar enggak ribet" sebagai alasan menjaga pertemanan setelah putus. Dalam kedua contoh ini, hubungan-hubungan tersebut diasosiasikan dengan perasaan lebih positif, seperti keamanan.

Iklan

VICE peduli pada kesehatan mental kalian saat menghadapi momen berat seperti putus cinta. Karenanya, coba baca artikel satu ini:

Di samping ingin menjadi sopan dan menghindari konfrontasi, alasan keempat yang muncul adalah, ternyata, hasrat romantik yang belum kelar. Alias masih ngarep balikan. Hal ini "termasuk hal-hal seperti, tidak ingin kehilangan jatah ena-ena, masih sayang, tidak ingin sendirian, dan tidak ingin kehilangan proteksi si mantan," begitu kesimpulan para peneliti. Attachment anxiety, atau ketika orang-orang takut ditolak atau diabaikan, adalah indikator positif dari para responden saat menggunakan alasan ini dalam kedua jajak pendapat. Para peneliti juga mengasosiasikan alasan pengen balikan dengan asosiasi negatif, seperti perasaan depresi atau cemburu. Omri Gillath, salah satu penulis penelitian tersebut, sekaligus menjabat profesor psikologi di University of Kansas, diwawancarai Broadly. Dia menjelaskan, kesimpulan penelitian itu, adalah orang-orang punya alasan berbeda untuk tetap berteman dengan mantan pacar mereka. Alasan-alasan tersebut mungkin memiliki konsekuensi berbeda-beda pada pertemanan mereka.

Dengan memahami bagaimana gaya kedekatan orang-orang sesudah putus ada fungsi praktis yang bisa dipakai para psikolog. "Kita bisa dengan mudah memprediksi siapa yang akan tetap temenan dengan mantan mereka dan kenapa," kata Gillath.

Supaya apa sih meneliti masalah mantan terindah? "Sehingga psikolog dapat menolong klien mereka dengan lebih baik, dan orang-orang bisa mempersiapkan diri jika nantinya mengalami putus cinta."