COVID-19

Cegah Muncul Stigma, WHO Tak Lagi Namai Varian Covid Sesuai Negara

Organisasi kesehatan itu bakal menggunakan alfabet Yunani, bukan negara yang pertama kali menemukan varian baru. India disebut mengalami stigma buruk karena varian anyar Covid-19.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto: Fabrice Coffrini/AFP via Getty Images

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan pada 1 Juni 2021, telah menerapkan sistem penamaan baru untuk varian Covid-19. Langkah ini dilakukan guna menghilangkan stigma pada negara yang pertama kali menemukannya.

Nama empat varian “yang menjadi perhatian” akan diubah ke dalam bahasa Yunani, di samping nama ilmiahnya. Varian B.1.1.7 dari Inggris, misalnya, dinamai Alpha. Sementara itu, varian P.1 yang ditemukan di Brasil diganti namanya menjadi Gamma.

Iklan

“Hari ini, WHO mengumumkan sistem penamaan baru untuk varian #COVID19 utama. Labelnya berdasarkan alfabet Yunani (mis. Alpha, Beta, Gamma dll.) agar lebih mudah diucapkan dan diingat,” bunyi pernyataan di akun Twitter resmi WHO. “Nama ilmiahnya menyampaikan informasi ilmiah penting, sehingga tidak diganti dan akan terus digunakan dalam penelitian.”

“Sistem penamaan baru bertujuan mencegah disebutnya varian #Covid-19 berdasarkan negara yang menemukannya. Ini bersifat diskriminatif dan dapat menimbulkan stigma,” pihak WHO menambahkan.

Keputusan ini menyusul seruan para peneliti di negara-negara seperti Afrika Selatan untuk berhenti menamai varian sesuai tempat yang pertama kali mendeteksinya. Mei lalu, pemerintah India meminta platform media sosial menghapus setiap konten yang menyebut varian B.1.617.1 sebagai “varian India”.

Ahli epidemiologi telah menunjukkan varian virus bisa saja berasal dari tempat lain, meski ditemukan pertama kali di suatu negara. Tapi di sisi lain, nama ilmiahnya (serangkaian karakter dan angka) sulit untuk diingat. Karena itulah WHO berusaha mengatasinya dengan sistem penamaan baru.

Langkah ini sudah tepat di tengah meningkatnya kebencian terhadap orang Asia di Amerika Serikat dan Eropa. Kelompok sayap kanan Barat kerap menjuluki Covid-19 sebagai “virus Cina”.

WHO belum menanggapi permintaan Motherboard untuk berkomentar.