Tren Lomba Bodong

Lomba Bodong Pemda Terus Telan Korban, Terakhir Bocah Poso Lari 21 Km Cuma Dapat Medali

Kepala Dinas PU Poso sebagai penyelenggara ngaku sejak awal peserta udah dikasih tahu enggak akan ada hadiah. Masalahnya beberapa kali instansi pemerintah bikin acara dengan mental gratisan.
Siswi SD Asmarani Dongku di Poso Juara Maraton 21 Km Cuma Dikasih Medali Sama Dinas PU
Ilustrasi maraton. Foto via Pxfuel/CC 0

Kisah tragis dengan ending bahagia ini (eh, spoiler!) dialami Asmarani Dongku, siswa kelas VI SD asal Desa Pandiri, Kecamatan Lage, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Ia sudah bekerja keras ikut lomba maraton 21 kilometer yang digelar Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Sulawesi Tengah.

Pas udah berhasil jadi juara pertama, Asmarani baru diberi tahu kalau acara ini tuh enggak ada hadiahnya. Menghadapi kenyataan pahit ini secara mendadak, Asmarani seketika menangis di garis finish.

Iklan

Lomba maraton ini diadakan 25 Januari kemarin dalam rangka syukuran beresnya pekerjaan jalan yang menghubungkan Desa Lawanga dan Desa Toyado. Acara dimulai dari Kantor Bupati Poso dan berakhir di Desa Toyado. Diikuti 40 peserta, Asmarani berhasil jadi yang terbaik di kelas putri hanya untuk dikabari kalau ia sedang mengikuti lomba bodong.

“Saya menangis, capek dan tidak ada hadiahnya. Nanti di finish baru dibilang tidak ada hadiahnya. Kalau saya tahu tidak ada hadiahnya, saya tidak akan ikut, Pak,” ujar Asmarani dikutip Kompas. Usut punya usut, Asmarani disinyalir enggak dapat informasi yang lengkap saat mengikuti lomba. Ia berasumsi lomba ini ada hadiahnya karena selain emang dikasih tahu demikian, selama ini keikutsertaannya dalam lomba lari selalu diganjar hadiah Rp1-3 juta untuk juara pertama.

Kepala Dinas PU Sulteng Saifullah Djafar berdalih dari awal pihaknya sudah menginformasi bahwa maraton kali ini hanyalah acara syukuran, bukan lomba. Jadi, ya pelari cuma akan dapat medali sebagai tanda keikutsertaan saja.

“Jadi sejak awal kita sudah sampaikan, bahwa acara ini tanpa hadiah dan gratis. Kemungkinan anak itu mendaftar tanpa diberikan informasi bahwa lomba itu tak ada hadiahnya, hanya medali,” ujar Saifullah kepada Antaranews.

Berbeda dari Saifullah, Alfrianus Ndongku, orang tua Asmarani, mengaku informasi mengenai hadiah lomba lari justru datang dari salah satu staf Dinas PU Poso. Nah, loh!

Iklan

“Saya disampaikan salah satu staf PU Poso, bahwa lomba itu ada bonusnya. Maka saya dan anak saya serta istri bonceng tiga berangkat dari rumah sekitar jam tiga subuh, agar bisa mengikuti lomba itu,” ujar Alfrianus.

Kesalahpahaman ini menggerakkan hati Komunitas Pencinta Lari Club Poso. Klub ini memberikan hadiah sendiri kepada Asmarani. Mendatangi rumah Asmarani pada Rabu (29/1) kemarin, komunitas memberikan sejumlah uang dari donatur dan kaus resmi komunitas.

Pada Mei 2018, lomba berhadiah paket zonk nan menyedihkan pernah juga diikuti Noval Faturahman. Mahasiswa salah satu kampus di Banten itu menjadi juara dua dalam lomba baca puisi yang diadakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Provinsi Banten memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Pas membuka bingkisan hadiah di kampus, Noval shock mendapati hadiah dari penghayatan maksimal pembacaan puisinya adalah… dua buah kain serbet.

“Ini adalah penistaan dan ternyata sastrawan Banten juga mengecam. Ini penistaan terhadap puisi,” kata Noval dikutip media lokal.

Kasus lomba bodong lain terjadi pada Februari 2018. Saat itu, klub sepak bola Malang United dapat cibiran dari netizen gara-gara bikin sayembara logo baru klub tapi kok hadiahnya hanya satu juta rupiah saja. Meski dihujat karena dianggap pelit dan jatuhin harga pasar banget, Presiden Klub Malang United Joko Purwoko ngotot dengan keputusan pihaknya dan melanjutkan sayembara, "Tapi (meski diprotes), yang kirim juga banyak sudah ada 400 email yang masuk," kata Joko kepada Detik. Sombong lu!

Kalau kurang, Anda juga bisa melihat fenomena lomba bodong lain di Indonesia hanya bermodalkan mesin pencari. Beberapa yang bikin geleng-geleng di antaranya: Juara 1 Olimpiade Sains Kabupaten Nunukan yang dihadiahi amplop kosong, Kontes kicau burung Kota Serpong yang ternyata berhadiah janji-janji, atau festival anak saleh di Aceh yang hadiah uang pembinaannya enggak cair-cair.