Ilustrasi berita buruk dan emoji khawatir oleh i-D UK
Kita sering beranggapan, sangatlah penting mengikuti informasi terbaru agar kita mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia. Namun, situasi kali ini berbeda. Berita baru terus berdatangan, tapi sebagian besar isinya menguras energi. Kita tidak diberi celah untuk bernapas dan meredam kegelisahan hati.Peneliti Belanda Natascha de Hoog dan Peter Verboon menerbitkan studi yang menjabarkan betapa konsumsi berita, terutama yang negatif, dapat memengaruhi kondisi mental. Mereka memantau konsumsi berita pada 63 orang dewasa, dan menanyakan perasaan mereka selama 10 hari. Peserta yang sangat neurotik (mudah cemas dan tertekan) memiliki reaksi lebih kuat ketika membaca berita buruk. Orang ekstrover (yang digambarkan sebagai pribadi “suka bersosialisasi, impulsif, optimis, dan santai”) juga merasakan efeknya, tapi tak menunjukkan sukacita berlebihan ketika membaca berita positif.
Pemberitaan media hampir selalu negatif belakangan ini. Lebih parahnya lagi, ada segelintir yang malah menebar benih ketakutan. Melahap semua berita itu dapat memberikan efek buruk terhadap kesehatan mental kita, bahkan ketika tidak ada krisis global sama sekali.
Iklan
Kedua peneliti menyimpulkan “paparan terhadap berita sehari-hari membuat orang murung, terutama jika beritanya relevan secara pribadi.” Dengan kata lain, berita buruk akan menghantuimu dan membacanya dapat merusak suasana hati.Tetap waspada dan mengikuti perkembangan terbaru virus corona memang penting, tapi kalian juga wajib menjaga kewarasan diri. Kurangi buka internet jika kalian mulai kewalahan dengan berita-berita yang masuk. Kalian bisa membaca atau menonton sesuatu yang dapat membuatmu melupakan kegilaan dunia, dan mengingatkan diri masih ada banyak hal menyenangkan di luar sana. Dunia akan tetap berputar, meski kalian tidak mengikuti kabarnya setiap detik. Jangan lupa rileks dan jaga diri. Percayalah semuanya akan baik-baik saja.Artikel ini pertama kali tayang di i-D