Pandemi Corona

Parno Corona Bikin Berbagai Kejadian Orang Pingsan di Tempat Umum Berujung Kepanikan

Tercatat banyak kasus di Indonesia, warga tak berani mendekat saat ada orang pingsan di pinggir jalan. Ternyata ada yang cuma mabuk, belum makan, sampai putus cinta.
Viral Pingsan Dikira Corona Ternyata Putus Cinta dan Belum Makan Garut Wonosobo Bekasi Bali
ILUSTRASI PINGSAN TAPI DIKIRA AKIBAT CORONA DI INDONESIA OLEH RYAN/VICE

Kalau kalian sering baca berita, belakangan muncul tren penulisan judul berita baru lho. Formatnya begini: "Dikira Corona Ternyata…."

Contoh terkininya terjadi di Garut, Sabtu (25/4) pekan lalu. Seorang perempuan pingsan malam-malam di Kawasan Bundara STM, Tarogong Kaler, tapi tak seorang pun warga berani menolong karena takut pingsannya akibat tertular virus corona.

Petugas Puskesmas Tarogong ber-APD lengkap langsung datang menjemput. Sesampainya di puskesmas, si perempuan siuman dan terkuak bahwa ia pingsan setelah diputusin pacarnya. Berita itu segera muncul di Detik dengan judul, “Viral Gadis di Garut Pingsan Dikira Corona, Ternyata Diputusin Pacar”. Hmmm….

Iklan

Kejadian kayak gini secara alamiah lucu, tapi susah juga mau diketawain. Mau ngetawain petugas puskemas yang udah pakai APD segala, prosedur kehati-hatiannya emang gitu. Mau mencemooh si gadis, semua orang tahu putus cinta sakitnya bukan main.

Yaudah, kita simak aja pesan-pesan dari Juru Bicara Penanganan Covid-19 Garut Ricky Rizki Darajat. "Kami mengimbau masyarakat untuk tetap berada di rumah. Jika keluyuran, kejadiannya kan bisa seperti itu. Kita evakuasi ternyata pingsan gara-gara diputusin pacar."

Di akhir Maret dan sepanjang April, bulan kedua imbauan karantina diri berlaku, peristiwa sejenis ini berserakan di Sumatra, Jawa, dan Bali. Pingsan di tempat umum karena putus cinta, misalnya, sudah duluan dipelopori pemuda 18 tahun di Magetan.

Pemuda ini sedang naik motor pada suatu sore, terus tahu-tahu berhenti di tepi sawah dan doi rebah begitu aja di tanah. Warga takut, petugas kesehatan ber-APD datang, si mas-mas lalu bangun, cerita sebenarnya terungkap. Peristiwa itu terekam dalam video, sila tonton dan jangan lupa mute audio-nya terlebih dahulu.

Di Sidoarjo pada 8 April menjelang Magrib, penggal jalan di depan Lippo Plaza sampai ditutup polisi karena seorang pengemudi becak motor yang sedang melaju tiba-tiba jatuh pingsan dari kendaraannya. Yoyon, 38 tahun, terkapar di jalan tanpa seorang pun berani mendekat. Polisi datang menutup jalan, sementara Yoyon dievakuasi tenaga kesehatan dari RS Delta Surya Sidoarjo.

Iklan

Dugaan masyarakat: Mati mendadak karena corona. Fakta: Pingsan karena kebanyakan minum miras dan kedinginan karena kehujanan.

"Sesudah makan, Yoyon diperbolehkan pulang dan kondisinya sudah sehat," kata Kapolsek Kota Sidoarjo Kompol Supiyan kepada Suara. Tak ada laporan apakah korban sempat dijancuk-jancukin sama tenaga kesehatan RS Delta Surya. Moga-moga aja enggak.

Di Bali juga sama, bahkan sampai dua kali. Yang pertama, pria di Badung, Bali sedang bersepeda tengah hari. Yang orang-orang lihat, ia mendadak berhenti dan langsung tiduran di trotoar. Sempat bangun untuk muntah, so-called korban ini terus tidur di sana sampai sore sampai-sampai dikira mati.

Sewaktu petugas puskesmas ber-APD datang, lelaki itu segera bangun dan mengaku mabuk berat. Sedangkan di Seminyak, lelaki yang tidur terus di teras toko disiram air sama petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Dikira mati karena corona, ternyata mabuk miras.

Yang agak tragis, di Bekasi Timur rumah yang ditempati tiga orang didobrak karena tetangga heran penghuninya enggak keluar-keluar. Tiga orang tersebut ternyata sudah tewas, mula-mula dikira karena corona juga, tapi rupanya karena keracunan miras oplosan. Innalillahi.

Daftarnya masih panjang. Di Pekanbaru, pria pencari kerja yang pingsan di Jalan Soekarno-Hatta, ternyata karena sudah dua hari belum makan dan lelah mencari kerja. Kalau kejadian di Sukabumi agak beda, seorang pria pingsan di toilet Terminal Pelabuhan Ratu, juga karena belum makan dan kecapekan.

Iklan

Di Wonosobo, seorang kakek demam tinggi tapi keluarganya bahkan tak mau menolong, setelah dievakuasi tentara ke puskesmas, vonis dokter rupanya masuk angin. Di Pekanbaru lagi, seorang pria yang sedang main catur di warung jatuh kejang-kejang, rupanya karena epilepsi (ini juga terjadi di Jakarta Timur).

Masih ada lagi. Di Tasikmalaya, pria yang hidup sendiri meninggal, dikira karena corona, ternyata serangan jantung. Di Cilacap, bapak-bapak pingsan di pinggir jalan yang ternyata karena hipertensi. Serta yang paling epik di Tanah Datar, Sumatera Barat, mobil polisi yang masuk Kecamatan Lintau Buo dikira hendak menjemput pasien positif dan bikin gempar warga. Faktanya, polisi datang untuk membagikan sembako pada warga tak mampu.

Walau dalam berbagai kasus itu orang ogah nolong karena parno sama corona, sikap kehati-hatian itu udah bener kok. Sebab ada kasus yang kebalikan dari kejadian-kejadian tadi. Di Bogor, jenzah seorang pria diurus oleh para tetangga sebagaimana prosedur lumrah. Warga ngiranya, si bapak wafat karena sakit jantung hingga suatu malam, ketika tahlilan, pengurus desa datang mengabarkan bapak itu sebenarnya positif corona. Mungkin itu pengumuman paling mengerikan seumur hidup para peserta tahlilan.

Nah, kalau yang terakhir ini enggak patut dipuji. Di Gorontalo Utara, satu sumur milik warga airnya mendadak meluap mendorong warga bikin teori sendiri. Mereka tahu-tahu aja percaya fenomena ini pertanda air sumur itu adalah obat corona. Warga udah berbondong-bondong ngambil air di sana, eh pas diselidiki ternyata meluapnya karena pipa PDAM bocor dan merembes ke sumur.

Yaelah.