Rampasan Perang

Belanda Kembalikan 1.500 Artefak asal Indonesia yang Diambil Selama era Kolonial

Permintaan pengembalian sudah diproses sejak 2015, berujung pada repatriasi artefak kolonial terbanyak sepanjang sejarah. Rupanya ada pengaruh bisnis museum yang lagi layu di Negeri Kincir Angin.
Belanda Kembalikan 1.500 Artefak asal Indonesia yang Diambil Selama era Kolonial
Foto hanya ilustrasi. Foto ini dari Mapolresta Solo saat menangani kasus pemalsuan arca di Museum Radya Pustaka pada 2007, diambil oleh Wawan Irawan/AFP

Negosiasi pengembalian 1.500 koleksi benda bersejarah yang dibawa dari Indonesia pada era kolonial telah berlangsung sejak 2015. Barang-barang itu disimpan Museum Prisenhof, yang sebelumnya bernama Museum Nusantara. Pada 23 Desember 2019, ribuan koleksi tiba di Indonesia dan langsung dilakukan pendataan. Kamis (2/1) kemarin, berita baik ini diwartakan.

"Intinya ada 1.500 koleksi yang semula ada di Museum Nusantara di Kota Delft, Belanda, dikembalikan ke Indonesia melalui Museum Nasional. Ini [momen] sangat bersejarah dan kami ingin membagi kepada publik. Harapannya, ini membuka jalan bagi pengembalian benda museum lain yang ada di Eropa," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid dilansir Republika.

Iklan

Selain karena pemerintah Indonesia yang terus getol minta barang-barang itu dibalikin, menurut Hilmar ada dua alasan lain mengapa Belanda mengembalikan benda-benda ini. Pertama, saat ini museum-museum di Eropa lagi refleksi diri atas barang-barang koleksi yang diambil lewat cara perang atau penjarahan. Semacam penebusan dosa gitu kali ya, tapi kok nyadarnya lama amat.

Kedua, katanya Belanda lagi kena krisis ekonomi sehingga sejumlah museum bangkrut atau gabung dengan museum lain untuk bisa bertahan. Nah, benda-benda yang ada di dalam museum bangkrut inilah yang kemudian dipertimbangkan, apakah akan dijual, dikasih ke museum lain, atau dikembalikan ke Indonesia. Begitulah barangkali azab ketika kita bikin usaha bermodal barang-barang rampasan.

Setelah melewati pendataan sekilas, Kepala Bidang Pengkajian dan Pengumpulan Museum Nasional Nusi Lisabilla Estudiantin bilang kalau koleksi baru Museum Nasional ini mempunyai rentang umur yang panjang. Koleksi tertua berusia 5-1.000 tahun sebelum Masehi, sementara yang termuda berasal dari tahun 1940-an.

Nusi mengatakan, banyak benda bersejarah Indonesia dibawa ke Belanda pada masa kolonial sebagai bahan belajar. Kota Delft, misalnya, pada masanya adalah kota pendidikan calon birokrat Belanda yang akan dikirim ke Indonesia. Nah, koleksi barang bersejarah dari Indonesia ini yang jadi jembatan perkenalan para peserta didik dengan Indonesia pertama kali.

Iklan

Kepala Museum Nasional Siswanto mengaku udah menyiapkan bangunan tiga lantai untuk menampung 1.500 koleksi tersebut.

"Sudah ada fasilitas dan alat dukung yang baru. Luasnya hampir satu hektare dan sudah jadi [bangunannya] berlantai tiga, itu di belakang Taman Mini. Di situ ada tempat penyimpanan Museum Nasional,” ujar Siswanto kepada Gatra. Pengembalian ini adalah pengembalian koleksi dengan jumlah terbanyak sepanjang sejarah Indonesia-Belanda.

Pengembalian ini diawali pada 23 November 2019 ketika Perdana Menteri Kerajaan Belanda Mark Rutte datang membawa satu artefak berupa keris untuk dikembalikan sembari menjanjikan akan membawa 1.499 barang lainnya dalam waktu dekat. Tapi acara balikin keris itu cuma sampingan kok, agenda utama kedatangan Rutte tetap buat ngomongin kemitraan bilateral.

"1.500 artefak akan dikembalikan ke Indonesia. Keris ini adalah simbol pertama. Ada banyak kesamaan yang mempersatukan Belanda dan Indonesia, dan banyak hal yang telah dicapai sejak kedua negara menandatangani deklarasi bersama dalam kemitraan yang komprehensif," ujar Mark dikutip Katadata. "Hubungan ekonomi kita sedang berkembang dan kita akan bekerja sama lebih erat lagi di sektor lain antara lain hukum, keamanan, dan pendidikan."