Terorisme

Suami-Istri Bomber Gereja Makassar Terkait JAD, Kiprah Kelompok Teror Ini Sulit Diredam

Ideologi mematikan kelompok berafiliasi dengan ISIS ini terus makan korban sejak 2014. Suami-istri yang meledakkan diri di gerbang gereja katedral Makassar baru menikah tujuh bulan lalu.
Polisi ungkap identitas pelaku bom bunuh diri gereja katedral makassar terungkap suami istri anggota JAD
Polisi berjaga di sekitar Gereja Katedral Makassar yang menjadi target aksi bom bunuh diri pada 28 Maret 2021. Foto oleh Indra Abriyanto/AFP

Menjelang perayaan Paskah, aksi bom bunuh diri meneror umat Katolik dan seluruh penduduk Indonesia, di tengah momen perayaan minggu Palma, 28 Maret 2021. Sekitar jam setengah sebelas siang waktu setempat, suami-istri berinisial LL dan YSF berkendara sepeda motor berupaya menerobos pintu gerbang Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Iklan

Keduanya sempat diadang petugas keamanan di halaman gereja untuk diperiksa. Saat diadang itulah keduanya memilih meledakkan diri, dan tewas seketika dengan kondisi tubuh hancur.

Tidak ada korban jiwa selain pelaku, namun Menkopolhukam Mahfud MD melaporkan 20 orang terluka, sebagian besar jemaat yang selesai beribadah, dan harus dilarikan ke rumah sakit. Termasuk yang luka cukup parah adalah petugas keamanan gereja yang berada tepat di depan pelaku.

Kapolri Listyo Sigit Prabowo menyebut ada keterlibatan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dalam aksi teror ini. JAD turut bertanggung jawab atas Bom Surabaya 2018 dan Bom Jolo, Filipina 2019. Keduanya juga menyasar gereja katolik. “Pelaku merupakan bagian dari kelompok JAD yang pernah melakukan pengeboman di Jolo, Filipina,” kata Kapolri Listyo Sigit Prabowo dilansir CNN Indonesia.

Pada konferensi pers, Minggu (28/3) kemarin, Kadiv Humas Polri Argo Yuwono menyebut pihaknya masih menyelidiki keterkaitan aksi di Makassar dengan sejumlah penangkapan terduga teroris yang gencar dilakukan Tim Densus 88 Antiteror di beberapa wilayah Indonesia sejak awal tahun ini. Ada kemungkinan, aksi kemarin merupakan upaya balas dendam terhadap aparat.

Iklan

“Nanti apakah ada kaitannya [penangkapan terduga teroris] dengan yang ini [bom Makassar], nanti kan bisa menemukan kalau kita sudah mendapatkan data. Masih kita evaluasi itu,” ujar Argo, dilansir Detik

Pasangan pelaku bom bunuh diri di Makassar menurut pengakuan keluarga baru menikah tujuh bulan lalu. Sehari-hari, keduanya mencari nafkah berjualan aneka barang di marketplace online. Namun sang ibu, dari pihak pelaku perempuan, sudah lama tidak berkomunikasi dengan anaknya itu selepas menikah, termasuk perkara keyakinan mereka terkait agama.

Semalam, perwakilan keluarga sudah melakukan tes DNA di RS Bayangkara Makassar, untuk memastikan identitas pelaku. Foto terduga pelaku saat berboncengan naik motor sebelum meledakkan diri beredar di media massa, dan foto itu dibenarkan sebagai potret suami-istri yang meledakkan diri oleh Kepala BNPT Boy Rafli Amar.

Serangan teror dengan motif balas dendam bukan hal baru bagi JAD. Alasan serupa juga melatarbelakangi Bom Surabaya. Saat itu pemicunya adalah kerusuhan antara napi terorisme dari kelompok JAD melawan polisi di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, pada 8-10 Mei 2018. Saat itu antara napi dan polisi terlibat bentrok senjata, menyebabkan lima polisi disandera dan kemudian dibunuh para napi. Namun, aksi berakhir antiklimaks ketika napi menyerah akibat kelaparan.

Iklan

Menurut jurnalis spesialis terorisme Kardono Setyorakhmadi, kejadian itu membuat JAD diolok-olok oleh kelompok teroris lainnya. Mereka disebut “berani mati tapi takut lapar”.

Tak terima, sel-sel JAD di luar penjara langsung merencanakan balas dendam sekaligus unjuk kekuatan dengan melancarkan serangkaian amaliyah. Salah satu imbasnya adalah lima bom yang meledak di Surabaya hanya dalam 30 jam, sepanjang 13-14 Mei 2018. “Dan semua terjadi karena harga diri yang terluka…,” tulis Kardono dalam esainya.

Adapun motif balas dendam terus digali, sebab pada 6 Januari sebanyak 20 anggota JAD ditangkap Densus 88 di sebuah vila di Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya, Makassar. MR dan SA, inisial dua terduga teroris, disebut melakukan perlawanan sehingga polisi menembak mati keduanya sehingga tewas di tempat. Bersama penangkapan, diamankan pula barang bukti rangkaian bom, enam senapan angin, busur, panah, parang, badik, dan pedang samurai.

Keterkaitan bom bunuh diri di Makassar dengan JAD juga diyakini Pengamat Terorisme Universitas Malikussaleh Aceh Al-Chaidar. Sama-sama menyasar gereja katolik, aksi di Makassar disebutnya sebagai aksi balas dendam dari penggerebekan pada Januari lalu.

Iklan

“Jadi, daripada tertangkap atau tewas maka mereka segera melakukan serangan amaliyah. Mereka menyasar gereja karena mereka kelompok Wahabi Takfiri yang christophobia atau tidak menyukai orang-orang non-muslim,” kata Al Chaidar kepada BBC Indonesia. Gara-gara penangkapan Januari kemarin, Al Chaidar menyebut anggota JAD Makassar kini tersisa tujuh orang. 

VICE pernah membuat laporan khusus mengenai JAD pada 2017. Anggota kelompok ini tidak pernah mengikuti pelatihan militer yang teratur seperti generasi awal jihadis Indonesia. Semua orang yang terlibat hanya disatukan oleh kesamaan ideologi dan aplikasi pesan terenkripsi Telegram. Para martirnya rutin menyerang target-target mudah, baik itu warga sipil ataupun polisi, sejak 2014 sampai sekarang. Pakar terorisme bahkan tidak pernah menyebutnya sebagai organisasi.

Melalui laporan bertajuk Disunity Among Indonesian ISIS Supporters and the Risk of More Violence, lembaga The Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) menyebutkan tidak ada bukti struktur organisasi dalam JAD. "Nama itu hanyalah istilah generik untuk menyebut para pendukung ISIS di Indonesia," ungkap laporan tersebut.

Iklan

Sepekan terakhir, Densus 88 memang disibukkan dengan berbagai penangkapan sejumlah terduga teroris di Pulau Jawa dan Sumatera. Senin (22/3) lalu, polisi Sumatera Utara (Sumut) mengamankan tujuh terduga teroris di Percut, Langkat, Medan, dan Binjai. Penangkapan ini melengkapi penangkapan sebelumnya yang dilakukan sejak Jumat, 19 Maret. “Jumat ada delapan [penangkapan], Minggu [ada] tiga [penangkapan], Senin [ada] tujuh [penangkapan],” kata Kabid Humas Polda Sumut Hadi Wahyudi kepada Detik.

Pindah ke Sumatera Barat, Kabid Humas Polda Sumbar Stefanus Satake Bayu mengonfirmasi berita bahwa Densus 88 berhasil menangkap enam orang terduga teroris di Bukittinggi dan Padang yang tergabung dalam jaringan Jamaah Islamiyah, pada 19 Maret. Sementara di Kabupaten Tangerang, seorang terduga teroris berinisial AM diamankan Densus 88 di Perumahan Islamic Village, Kelapa Dua, pada 24 Maret. 

Mengutip Republika, selama 2021 aparat antiteror telah menangkap terduga teroris di Aceh, Makassar, Gorontalo, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, dan Jawa Tengah. Jumlahnya mencapai ratusan orang.

Meski penangkapan masif terus dilakukan Densus 88 yang notabene salah satu unit kontraterorisme terbaik di dunia, pendekatan “menangkap” tak ayal dari kritik pengamat. Al Chaidar menyebut penangkapan tidak akan efektif apabila gerakan kontrawacana ideologi yang melibatkan ahli keagamaan tidak diintensifkan.

“Pemerintah dalam hal ini sepertinya tidak punya imajinasi untuk membendung ideologi itu. Padahal banyak ahli keagamaan seperti di UIN, UI, UGM yang memiliki kemampuan untuk counter-discourse. Kalau penangkapan terus enggak akan habis-habis,” ujar Al Chaidar kepada BBC Indonesia.

Sedangkan Kardono menyebut, usaha menyangkal bahwa aksi teror di Indonesia terkait salah satu agama tidak membantu sama sekali dalam memahami gerakan ini.