Pendidikan

Terlalu Pintar, Anak 10 Tahun asal Sragen jadi Guru di Sekolahnya Sendiri

Apakah status pengajar sebaya bocah SD luar biasa bernama Celyn asal Jawa Tengah ini lazim? Kami ngobrol dengan guru lainnya.
Celyn pelajar SD 10 tahun pintar Sragen jadi guru di sekolahnya sendiri
Foto hanya ilustrasi lho ya. Ini bukan anak di Sragen, melainkan pelajar di Aceh yang menggambar peta provinsinya. Foto oleh Choo Youn-kong/AFP. 

Celyn memang baru satu dekade menjalani hidup. Namun, bocah 10 tahun bernama lengkap Elvaretta Cicelyana Yocelyn tersebut sudah dikasih tanggung jawab besar. Karena terlalu sering menang lomba gambar, ia didapuk jadi guru mata pelajaran seni, budaya, dan keterampilan di SD Negeri 5 Plumbungan, Karangmalang, Kabupaten Sragen, yang juga tempatnya bersekolah.

Seberapa sering emang doi menang lomba? Kata keluarganya, udah ada 700-an piala dari menggambar dan mewarnai terpajang di rumahnya.

Iklan

Celyn tinggal di Desa Puro, Karangmalang, Sragen. Merujuk laporan jurnalis Tri Rahayu dari Solopos yang udah sempat berkunjung liputan, emang bener ada bejibun piala dipajang di ruang tamu. Kata keluarganya lagi, 70 persen piala itu berlabel juara pertama. Selain piala, bingkisan hadiah menang lomba macam tas dan peralatan menulis juga dipajang di rumahnya. Itu pun udah dia bagi-bagiin ke orang lain.

Celyn adalah putri semata wayang Joko Sunoto (36) dan Indah Pujiastuti (36). Doi udah diajak ikutan lomba sejak umur empat tahun ketika masih bersekolah di TK Bhayangkari Sragen. Enam tahun berselang, Celyn masih mengorbankan hari Sabtu dan Minggunya untuk ikutan lomba. Kebanyakan informasi lomba didapat keluarga Celyn dari grup WhatsApp. Oh ya, katanya juga lomba menggambar masih diadakan meski posisinya lagi pandemi.

"Sekarang sudah terkumpul Rp80 juta [uang hasil menang lomba]. Uang itu mau dipakai buat beli mobil. Saya ingin punya mobil Avanza," kata Celyn kepada Solopos.

Walau gampangnya disebut guru, kemungkinan status Celyn di sekolah bukan guru beneran, melainkan tutor sebaya. Menurut Rhea Yustitie, guru SMA N 1 Boyolali, Jawa Tengah, untuk disebut guru sekolah, siapapun itu harus memenuhi syarat berpendidikan Diploma IV atau Strata 1.

"Praktiknya pembelajaran berkelompok dan guru [asli pengampu mapel] tetap ada," kata Rhea kepada VICE. Hmm, selama masih didampingi pengajar dewasa, metode gini seru juga untuk dicoba. Di YouTube juga bisa dijumpai aksi seorang guru cilik di Indonesia lainnya, mengajar kelas informal yang pesertanya masih imut-imut.

Iklan

Peran Celyn sebagai guru kesenian menggambar sudah dilakoninya sejak kelas 2 SD. Ia mengajar tiga kali seminggu di tiga kelas berbeda. Bahkan, ia pernah ngajarin gambar anak-anak kelas 3 SD sewaktu masih duduk di kelas 2. Joko sendiri adalah guru di SD tempat Celyn sekolah. Katanya, pernah ada kejadian Celyn diprotes karena dianggap terlalu rumit saat mengajar. Buset….

"Saat mengajar di sekolah itu, ada siswa yang keberatan karena contoh gambar yang diberikan Celyn terlalu rumit dan detail," jawab Joko saat diwawancara Tri Rahayu dari Solopos.

Pintar menggambar bukan berarti pintar mengajar. Namun, buktinya proyek kaderisasi Bu Guru Celyn cukup berhasil. Kata Joko, Celyn dan dua "murid"-nya pernah ikutan salah satu lomba gambar dan mewarnai di SMK Kristen Sragen. Hasilnya gokil, juara pertama disabet Celyn, juara kedua dan ketiga juga disabet para muridnya. Apakah Celyn sedang membangun elite global sektor mewarnai?

Meski ikut bangga atas prestasi Celyn dan jajarannya, saya tidak bisa tidak mengucapkan belasungkawa kepada anak-anak seumuran yang tinggal bertetangga dengan Celyn. Bayangin, udah berapa banyak orang tua yang ngomelin anaknya pake jurus: "Kamu belajar yang rajin dong. Tuh, liat tuh anaknya Pak Joko…."