Ganja

Tidak Cepat Teler seperti Kata Iklan, Pemakai Gugat Produsen Linting Ganja AS

Kadar THC yang tertera di kemasan linting ganja itu dianggap kurang nendang, sehingga si pemakai di California ini mengajukan gugatan ke pengadilan.
Pemakai Gugat Produsen Linting Ganja AS Karena Tidak Cepat Teler Seperti di Iklan
Foto ilustrasi via Getty Images

Perusahaan ganja di California, Amerika Serikat, digugat para pelanggannya pada 20 Oktober 2022, gara-gara mengiklankan produk tidak sesuai kenyataan. Pemakai tidak cepat “high” seperti klaimnya.

Para terdakwa, DreamFields Brands, Inc. dan Med for America, Inc., menjual linting ganja Jeeter yang diklaim memiliki kandungan THC lebih tinggi daripada kebanyakan produk lainnya. Dalam bungkusnya, tertulis bahwa linting ganja Jeeter mengandung rata-rata 35 persen THC—senyawa aktif dalam ganja yang dapat menimbulkan efek teler atau memabukkan pada pengguna.

Iklan

Sementara itu, produk-produk yang tercantum dalam gugatan mengandung rata-rata 42,10 persen THC. Linting ganja ini bahkan disebut-sebut cepat membuat pengguna teler, dengan iklan: “This is the one Joint that will get you to Mars quicker than Elon Musk”. Namun, penggugat yakin kandungan THC yang tertera dalam kemasan telah dilebih-lebihkan.

Produk Baby Jeeter Fire OG Diamond Infused 5-Pack Preroll, misalnya, diklaim mengandung 46 persen THC. Namun, seperti yang disebut dalam gugatan, hasil uji laboratorium independen menunjukkan, kandungan THC-nya cuma 23-27 persen, sesuai dengan kandungan pada kebanyakan produk ganja di pasaran. Dengan demikian, penggugat menuduh iklannya dilebih-lebihkan hingga 70-100 persen.

“Konsumen siap membayar lebih untuk membeli produk ganja dengan kandungan THC lebih tinggi, sedangkan harga produk dengan kandungan THC rendah seharusnya lebih murah,” kata Christin Cho dari Dovel and Luner, firma hukum yang menangani gugatan class action ini. Dengan kata lain, perusahaan telah menipu pelanggan agar mengeluarkan uang lebih banyak untuk produk yang tidak sesuai iklannya.

Gugatan tersebut menjelaskan, produk dengan kandungan THC lebih tinggi sudah pasti lebih mahal harganya karena membutuhkan banyak senyawa aktif. Namun, menurut penggugat, hal ini dapat menyebabkan masalah. “‘Inflasi THC’ bisa terjadi karena besarnya permintaan akan produk THC tinggi. Produsen sengaja memalsukan kandungan THC pada label produknya [supaya laku],” demikian bunyi gugatannya.

Mengutip Cannabis Industry Journal dalam gugatan, “Banyak laboratorium mengorbankan integritas ilmiahnya demi memenuhi keinginan pelanggan: kadar THC yang lebih tinggi… Semakin banyak laboratorium yang secara terang-terangan mengiklankan nilai potensi produknya jauh lebih tinggi daripada produk aslinya untuk merebut perhatian pelanggan.”

Motherboard telah menghubungi layanan konsumen Jeeter melalui telepon dan email, serta DreamFields Brands, Inc. melalui situs resmi. Namun, kami tak kunjung menerima tanggapan sampai artikel ini diterbitkan.

Para penggugat menuduh perusahaan telah melanggar undang-undang konsumen di California, serta regulasi yang ditetapkan Departemen Pengendalian Ganja setempat, dengan membuat label kemasan palsu. Mereka menuntut ganti rugi.