Tiongkok

Dikritik Karena Kesankan Diri Merek Jepang, Miniso Janji Ubah Penampilan Tokonya

Jaringan ritel asal Tiongkok, Miniso, meminta maaf ke publik selama ini menyerupai merek Jepang. Pemicunya iklan salah satu cabang Miniso yang menyinggung netizen Tiongkok.
Logo toko Miniso mirip Uniqlo
Logo toko Miniso yang mirip Uniqlo. Foto: Miniso (kiri) dan Gotovan dari VANCOUVER, CANADA, CC BY 2.0

Saat kamu lewat di depan Miniso, sekilas kamu mungkin akan mengira toko itu menjual produk buatan Jepang. Konsepnya mirip dua toko asal Jepang lain yang menyediakan pernak-pernik dan peralatan sehari-hari. Desain logonya yang bergaya huruf katakana bahkan menjiplak Uniqlo. Padahal, jaringan ritel yang telah membuka lebih dari 5.100 toko di seluruh dunia sebenarnya berasal dari Tiongkok.

Pekan lalu, pihak manajemen Miniso mengaku merasa sangat malu karena telah mempromosikan produk sebagai merek Jepang di awal berdirinya toko. Mereka juga meminta maaf atas perbuatannya yang telah melukai perasaan konsumen Tiongkok. Dalam pernyataan resmi yang diunggah pada platform media sosial Weibo, Miniso berjanji akan mengubah penampilan tokonya secara global, yang diperkirakan rampung pada Maret 2023.

Iklan

Keputusan itu diambil menyusul gelombang protes di dalam negeri, yang tidak terima dengan unggahan Instagram toko Miniso di Spanyol. Postingan tersebut menampilkan foto boneka yang mengenakan pakaian tradisional Cina cheongsam, tapi koleksinya disebut sebagai boneka Geisha Jepang. Netizen Tiongkok sontak marah melihatnya, yang akhirnya berujung pada permintaan maaf dari perusahaan pusat dan tuntutan untuk memberhentikan orang yang bertanggung jawab memegang akun medsos Miniso Spanyol. “Kami sangat menghargai sejarah panjang peradaban Tiongkok dan pencapaian budayanya yang luar biasa,” demikian bunyi caption Instagram Miniso Spanyol sebagai permintaan maaf.

Toko pertama Miniso dibuka di Guangzhou pada 2013, dan sebagian besar produksinya terpusat di Tiongkok. Namun, jaringan ritel itu memasarkan barang jualannya sebagai merek Jepang di awal pembukaan, dan menyebut desainer Jepang Miyake Junya sebagai co-founder.

Miniso mulai menghapus ciri khas Jepang pada 2019, ketika ingin mendaftarkan perusahaan di Amerika Serikat. Perusahaan menghapus nama Junya dan gaya jejepangan dari situs dan dokumennya, termasuk prospektus IPO yang menyebut Ye Guofu sebagai satu-satunya pendiri.

Ini bukan kali pertama Miniso menuai kontroversi karena kebiasaannya meniru desain dan konsep bisnis lain. Perusahaan menghadapi 68 gugatan pada tahun yang sama, yang mana 40 di antaranya merupakan kasus pelanggaran hak cipta. Situs berita Hong Kong melansir pada 2016, sejumlah nama desainer terkemuka berkebangsaan Nordik dicantumkan pada situs web Miniso tanpa seizin mereka. Dua seniman Hong Kong juga dikabarkan pernah menuduh perusahaan telah mencuri desain mereka.

Follow Rachel Cheung di Twitter dan Instagram.