Konten Viral

Tentara Acungkan Pistol di Tol Jagorawi, Arogansi Jalanan di Indonesia Makin Menjadi

Aksi koboi pengemudi makin sering terjadi dalam insiden jalanan di Indonesia, membuat netizen menyoroti pengetahuan berkendara serta kebiasaan aparat sering menuntut diberi jalan.
Kapten TNI insial acungkan pistol di Tol Jagorawi Diperiksa Puspom
Screengrab insiden pengemudi mobil pelat merah mengacungkan pistol di Tol Jagorawi via akun Twitter @InfoJakarta

Di jalanan, ada kalimat bijak yang perlu deh didengar lebih banyak pengemudi SUV. Kalau enggak sabaran, mending terbang aja. Kalimat tersebut cocok sekali diucapkan pada wajah Kapten RS, anggota TNI aktif yang kini sedang diperiksa instansinya lantaran melakukan aksi koboi di Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi) yang viral.

Mulanya netizen enggak tahu bahwa doi adalah Kapten RS. Pokoknya di video itu cuma kelihatan ada mobil Toyota Fortuner yang berkali-kali mencoba menyalip sebuah Toyota Avanza. Gagal mendului dari kanan, si Fortuner maju lewat sisi kiri buat menyejajari si Avanza.

Iklan

Tampak di video, sopir Fortuner membuka jendela, mengeluarkan tangannya, dan taraaa, tangannya menggenggam pistol yang dia acung-acungkan pengemudi Avanza. Setelah pakai cara tersebut baru ia berhasil mendului Avanza itu. Kejadian diduga berlangsung pada Minggu, 18 September 2022, sekitar pukul 14.42 WIB.

Dalam kasus di Jagorawi, Fortunernya berpelat merah alias mobil dinas pemerintah. Usut punya usut, hari ini (19/9) Pusat Polisi Militer (Puspom) TNI menyatakan bahwa pelaku adalah anggota TNI aktif berinisial Kapten RS.

Ia saat ini bertugas di Kementerian Pertahanan dan mobil yang dibawa tersebut memang milik Kemenhan. Menurut Puspom, kini Kapten RS sedang diperiksa Bagian Pengamanan Kemenhan. Setelah itu ia akan diproses oleh Puspom. 

Kebiasaan kendaraan rombongan pemerintah dan aparat hukum/TNI menuntut diistimewakan di jalan sudah sering memicu perdebatan netizen. Merujuk UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 134, ada tujuh kelompok yang berhak dapat perlakuan istimewa di jalan. Pertama, kendaraan pemadam kebakaran yang bertugas. Kedua ambulans yang mengangkut orang sakit.

Tiga, kendaraan yang menolong kecelakaan lalu lintas. Empat, kendaraan pimpinan lembaga negara. Kelima, kendaraan tamu negara. Keenam, iring-iringan kendaraan pengantar jenazah. Ketujuh, dan ini yang kerap dipakai sebagai justifikasi pengawalan konvoi, adalah rombongan kendaraan untuk kepentingan tertentu yang mendapat izin polisi.

Iklan

Kasus penyalahgunaan kekuasaan juga bukan barang baru di Indonesia. Beberapa kali pejabat atau orang yang terkait dengan pejabat institusi negara melakukan kekerasan atas hal-hal yang sebetulnya sepele. Contohnya seperti insiden petugas parkir di Mal Gandaria City, Jakarta bernama Juansyah ditodong pistol eks dokter militer yang sempat bertugas di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat pada 2017. Penganiayaan itu terjadi hanya karena si dokter militer menolak bayar parkir Rp5.000.

Jika kasus di Jagorawi ini menimbulkan sebuah tanya, kita sampai bingung harus mulai dari mana nanyanya. Apakah ini terkait arogansi anggota TNI karena mentang-mentang bisa pegang senjata?

VICE sempat mewawancarai Yusar, sosiolog dari Universitas Padjadjaran, Yusar. Ia berpendapat bahwa seseorang yang menduduki posisi tinggi, secara inheren berbagai tradisi kekuasaan yang buruk maupun baik akan terbawa. Dalam kasus prajurit TNI, kita perlu ingat bahwa di Indonesia, militer sempat begitu berkuasa selama lebih dari tiga dekade lamanya sepanjang era Orde Baru, tanpa ada kendali dari elemen sipil.

“Bagaimana pun harus diakui sampai sekarang instansi negara memiliki power lebih ketimbang orang-orang di luar itu. Nilai [otoriter] terus ditransmisikan dari generasi ke generasi," kata Yusar. "Walaupun sekarang ada reformasi [TNI], ada profesionalitas, tapi tetap saja secara fenomenologis nilai-nilai kekuasaan itu masih terus diwariskan.”

Iklan

Tapi, karena jenis mobil ini tersandung kasus arogansi di jalan raya, mungkinkah ada kaitan antara mobil Fortuner terhadap para pengemudinya yang makin lama makin mantap dicap netizen arogan? 

Terkait pertanyaan kedua, tentu kaitannya sama kejadian tahun lalu yang modusnya persis sama. Pada 2 April 2021 dini hari, seorang CEO startup bernama CEO Muhammad Farid Andika menyenggol sebuah sepeda motor di perempatan lampu merah Duren Sawit. Bukannya minta maaf, doi justru marah-marah dari atas mobilnya serta mengacungkan pistol. 

Aksi itu terekam kamera, viral, sehingga mau tak mau polisi harus melacak koboi satu ini. Jika kamu masih ingat kasus tersebut, mungkin Anda melewatkan endingnya: kasus tersebut berakhir damai. 

Masih beririsan dengan Fortuner, pada Agustus 2021 ada kasus tabrak lari yang melibatkan mobil ini di bilangan Jakarta Selatan. Pelakunya adalah seorang sopir polisi yang sedang mengendarai Fortuner bosnya, sedangkan korbannya adalah Peugeot milik warga sipil. Terakhir diberitakan, si sopir Fortuner jadi tersangka, tapi tak ada kabar lagi setelahnya.

Pada dasarnya, masalah bukan di Fortuner, tapi kapasitas otak pelakunya. Soalnya Mei 2022, pertunjukan arogansi di jalan raya juga terjadi, namun dengan pelaku seorang sipil dan mobil merek Pajero Sport. Peristiwa itu terjadi di Gerbang Tol Tomang, Jakarta Barat.

Mulanya karena ada pengemudi Toyota Yaris yang menegur pengemudi Pajero Sport karena doi menyerobot antrean. Mungkin kurang mengerti bahasa Indonesia, pengemudi Pajero lalu turun mobil, nyamper si sopir Yaris, dan melemparkan bogem mentah kepadanya. Kasus ini sempat dilaporkan korban ke polisi, tetapi akhirnya dicabut dan keduanya berdamai.