Konten Viral

Pemilik Restoran yang Viral Karena Jual Masakan Padang Non-Halal Dipanggil Polisi

Label masakan Padang non-halal dikecam politikus dan tokoh Minangkabau. Alasannya kuliner Minang selalu mengikuti ajaran Islam. Pemilik usaha kaget karena bisnisnya sudah bangkrut 2 tahun lalu.
Restoran Babiambo viral jual masakan padang non-halal dikecam tokoh minangkabau diperiksa polisi
Foto ilustrasi beberapa jenis kuliner Minang via Getty Images

Gelombang kecaman mendadak deras mengalir ke sebuah bisnis kuliner bernama Babiambo. Dari akun Instagram-nya, restoran ini mengklaim sebagai restoran makanan padang non-halal pertama di Indonesia. Foto menu beredar, memperlihatkan bentuk masakan dengan bumbu khas Padang tapi mengandung bahan daging babi. Menu bernama “Rames Spesial Babiambo” misalnya, dihargai Rp48 ribu dengan komposisi nasi putih, babi gulai, babi rendang, dan sayuran.

Iklan

Politisi Andre Rosiade jadi yang salah satu yang pertama bereaksi atas postingan tersebut. Keberadaan Babiambo dianggapnya meresahkan masyarakat Minang. “[Keresahan] ini disebabkan restoran itu mengolah daging babi menjadi masakan berupa rendang,” kata politikus Partai Gerindra itu dalam keterangan tertulis, Jumat (10/6), dilansir dari CNN Indonesia. “Kami di DPP IKM (Ikatan Keluarga Minang) itu pun mengimbau usaha kuliner tersebut menghilangkan unsur Minang dan tak lagi menjual rendang babi.”

Seperti api bertemu ranting, ungkapan Andre disambar banyak politisi lain. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut restoran Padang harus halal dan meminta kreativitas berbisnis jangan sampai melukai hati orang lain. Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta juga melakukan pengecekan langsung melaluI Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf). “Teman-teman lagi ke lapangan, saya belum bisa komen apa pun. Tapi, setelah hasil pertemuan hari ini [baru bisa],” ujar Kepala Seksi Pengawasan Disparekraf DKI Jakarta Iffan kepada Kumparan.

Politisi sekaligus tokoh Minangkabau lain yang menyambar adalah Ketua DPRD Kabupaten Solok Dodi Hendra. Sebagai tokoh asal Sumatera Barat (Sumbar), ia tak punya masalah dengan restoran yang menjual babi selama tidak menggunakan label “Padang”.

Iklan

“Saya selaku masyarakat Sumatera Barat tidak terima dengan adanya rumah makan Padang yang menjual babi. Saya meminta Pemprov DKI Jakarta untuk bertindak serta mencabut izin rumah makan itu,” kata Dodi dilansir Suara.

Harapan Dodi, juga Riza dan Andre, sebenarnya sudah terkabul sejak dua tahun lalu, jauh sebelum postingan tersebut kembali muncul di medsos. Pemilik Babiambo bernama Sergio menyebut usahanya hanya bertahan tiga bulan saja.

“Saya juga kaget [Babiambo viral Juni 2022]. [Buka usaha] sebelum Covid-19 belum. Sebenarnya akhir 2019, [sampai] awal 2020. Jadi, memang tiga bulannya sekitaran di situ. [Bangkrutnya] sebelum lockdown sepertinya,” kata Sergio. Ia dipanggil Polsek Kelapa Gading karena keributan ini. Kapolsek Kelapa Gading Vokky Sagala menyebut pemanggilan dilakukan semata untuk meminta keterangan Sergio terlebih dahulu mengenai usahanya.

Budayawan Minang dari Universitas Andalas, Profesor Gusti Asnan, menjelaskan bahwa ketersinggungan sebagian tokoh cukupwajar, mengingat budaya Minangkabau identik dengan Islam, sehingga keberadaan nasi Padang yang tidak halal dianggap sebuah pelecehan.

“Saya rasa Urang Awak pantas tersinggung atau marah dengan penamaan kuliner Minang dengan Nasi Padang Babi. Saya tau kita sepakat Minang identik dengan islam, sehingga simbol-simbol dan unsur-unsur budaya Minang juga identik dengan Islam,” ujar Gusti kepada Detik. Penamaan Babiambo yang berarti “babi saya” juga menurut Gusti menyakitkan, “karena orang Minang pasti tidak punya babi,” ucapnya.