Pandemi Corona

Epidemiolog Kritik Anggota DPR yang Usul Konser Musik Bisa Digelar Karena Ada Vaksin

Syaiful Huda dari Komisi X sekaligus meminta pelaku kesenian masuk prioritas vaksinasi. Epidemiolog mengkritik usulan tersebut karena tidak berdasar argumen ilmiah.
Anggota DPR Syaiful Huda Usul Konser Musik Bisa Mulai Digelar Karena Ada Vaksin Covid-19
Foto ilustrasi konser musik oleh Edward Cisneros via Unsplash

Diduga terbawa euforia karena masuk kloter yang divaksin duluan, seorang anggota DPR RI mengusulkan konser musik secara langsung digelar kembali. Usulan itu disampaikan Ketua Komisi X yang membidangi pendidikan, olahraga, dan sejarah, Syaiful Huda, kemarin (2/3). Kader PKB itu merasa program vaksinasi berjalan lancar dan sukses, serta disambut antusias oleh masyarakat.

Berdasarkan dua klaim tersebut, ia mulai menyenggol industri kreatif, berharap ini bisa jadi momen seni pertunjukan dibuka bertahap. Sebab, selama setahun pandemi, ia melihat pelaku seni pertunjukan kena dampak besar, baik dari segi ekonomi dan kreativitas.

Iklan

“Kami mendukung kembali bergeraknya industri kreatif di tanah air seiring tingginya antusiasme vaksinasi Covid-19 dan terus menurunnya kasus aktif dalam beberapa minggu terakhir,” kata Huda dilansir Kumparan. “Seni pertunjukan saya rasa layak dipertimbangkan untuk kembali dibuka secara bertahap, baik itu konser musik, pertunjukan teater, maupun kesenian tradisional.”

Huda meyakini vaksinasi gelombang I untuk para nakes relatif sukses. Sementara gelombang II untuk pelayan publik, lansia, jurnalis, dan pedagang juga lancar. Sehingga, Huda menilai ini saatnya pemerintah mulai memikirkan sektor industri kreatif kembali berjalan bertahap dengan mantra ajaib: asalkan sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat. Huda juga meminta pemerintah memberi prioritas vaksinasi kepada pelaku seni pertunjukan, seperti musisi, aktor, komedian, dan pelaku seni tradisional. Ia mengklaim sudah berkomunikasi dengan pelaku industri kreatif, seperti asosiasi promotor musik Indonesia untuk merumuskan konser yang aman dan sehat.

Sebagai data pembanding atas klaim Huda: Per 2 Maret 2021, Satgas Covid-19 mencatat vaksinasi suntikan pertama sudah dilakukan kepada 1,9 juta orang, alias 1 persen dari target kekebalan kelompok sebanyak 181,5 juta penduduk Indonesia. 

Iklan

Karena vaksin ini harus diinjeksikan dua kali, perlu ditengok data penduduk yang sudah komplet mendapat suntikan kedua, yakni 1 juta orang. Tenaga kesehatan sendiri berjumlah 1,4 juta orang sehingga artinya, proses vaksinasi gelombang satu khusus nakes sendiri belum selesai. Baru 0,5 persen populasi yang divaksin penuh kok udah ngerasa pandemic terkendali? Apa Pak Huda dan kawan-kawan DPR yang ngebet nonton konser karena keburu merasa aman setelah divaksin duluan?

Epidemiolog dan peneliti pandemi dari Griffith University Dicky Budiman mengingatkan wacana mendorong pembukaan seni pertunjukkan berbahaya bagi penanggulangan pandemi. “Wah, ini berbahaya. Ini pemahamannya salah. Jadi, penilaian sudah terkendali harus berbasis data dan dianalisis oleh pakar yang kompeten, epidemiolog yang kompeten. Saya harus ingatkan ini berbahaya sekali,” kata Dicky kepada VICE.

Dicky menceritakan bagaimana di Negara Bagian Queensland, Australia, setelah dua bulan lockdown dan nihil kasus pun masih butuh enam bulan untuk muslim di sana kembali beribadah dengan rapat.

“Sudah ada ilmunya, strategi [pandemi] berbasis ilmu pengetahuan. Kalau diutak-atik sesuai keinginan kita, ya akan makin terpuruk dan tak terkendali. Korbannya siapa? Masyarakat. Indonesia itu tingkat kematiannya tinggi sekali dan belum terdata semuanya.”

Dicky berpendapat seni pertunjukan memang tidak masuk prioritas vaksinasi dalam ilmu penanganan pandemi. “Prioritas itu sudah ada, berbasis ilmu pengetahuan, berbasis penelitian dan sejarah, jadi sudah sangat clear. Kelompok berisiko tinggi seperti lansia dan komorbid, kelompok pekerja rentan seperti tenaga kesehatan dan pelayanan publik, dan kelompok sosial seperti dulu. Itu udah ada [dasarnya]. Kalau mau keluar dari situ, harus ada risetnya dulu, argumentasi ilmiahnya apa,” kata Dicky.

Meski memang benar industri kreatif sangat terpukul oleh pandemi, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Zubairi Djoerban mengingatkan masyarakat untuk mau bersabar dan tak larut dalam euforia vaksinasi. Pasalnya, selama sepekan lalu (22-28 Februari 2021) meski angka pertambahan kasus positif turun 8,5 persen, angka kematian pasien corona naik tajam sebesar 74,8 persen, demikian laporan Satgas Covid-19.

“Saya tahu, kita lelah dan ingin kembali hidup normal. Tapi kita belum sampai. Sabar. Lihat fakta: satu minggu terakhir telah terjadi peningkatan kasus kematian akibat Covid-19 sebesar 74,8 persen. Ini tergolong drastis. Jangan terlalu cepat bereuforia. Sabar,” tulis Zubairi di Twitternya.