The VICE Guide to Right Now

Kompilasi Order Fiktif Paling Parah di Indonesia, Dikirimi Mesin Cuci Hingga Truk Kelapa

Penduduk Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, belakangan sering jadi sasaran order fiktif. Motifnya dari iseng jahat hingga dugaan efek percintaan.
Titik Puji Rahayu di Kendal korban teror order fiktif ponse mesin cuci sampai truk kelapa
Ilustrasi truk pickup mengangkut kelapa [kiri] via piqsels; ilustrasi karton paket via pxfuel

Titik Puji Rahayu sudah kelewat resah. Ia memutuskan lapor polisi setelah selama dua tahun terakhir pemudi 20 tahun asal Kabupaten Kendal, Jawa Tengah tersebut sering dikirimi barang-barang random yang enggak pernah dipesannya. Ponsel, buah-buahan, mesin cuci, sampai satu truk kelapa tiba-tiba datang membawa tagihan pembayaran ke rumah Titik akibat orderan fiktif dari entah siapa.

Teror absurd ini sampai ke telinga polisi setelah Giyatno, pengantar pesanan kelapa satu truk itu, melaporkannya ke Polda Jawa Tengah akibat kerugian jutaan rupiah yang dialaminya. Giyatno mengaku bertukar nomor dengan pemesan bernama Amanda di Facebook yang mengarahkan pesanan kelapa satu truk ke rumah Titik. Di sisi lain, Titik lantas tergerak ikut membuat laporan dengan mendatangi kantor LBH Jakerham Kaliwungu Selatan, Selasa kemarin (21/7).

Iklan

Peneror Titik bisa dibilang kelewat niat. Selain dikirimi barang-barang, Titik mengaku ia dan kerabat dekatnya jadi korban fitnah orang misterius di media sosial. Misalnya, ayah Titik dituduh pernah menculik anak dan menggelapkan 10 mobil. Tetangganya, Bunda Gendis, difitnah telah hamil di luar nikah. Dugaan Titik, pelaku fitnah dan order fiktif adalah orang yang sama.

"Saya seperti diteror. Kepala desa saya juga kena teror yang sama. Semua yang memberi motivasi saya, kena teror," ujar Titik kepada Kompas. Istri Dasuki, sang kepala desa, sampai ditawarkan sepihak ke biro jodoh, berimbas 100 orang menghubungi nomor si kepala desa untuk tahu lebih jauh soal istrinya.

"Saya sampai jengkel. Akhirnya, saya ganti handphone dan nomornya sekalian. Sekarang bebas," ujar Dasuki. Direktur LBH Jakerham Kendal Achmad Misrin juga tidak luput dari teror, Istri Misrin ikutan ditawarin di biro jodoh.

Dilansir Tribunnews, Titik mengaku order fiktif mulai terjadi setelah dia menolak cinta seorang temannya. Dari sana, teror terjadi. Saat bekerja di Semarang, Ia dikirimi ponsel setiap dua hari sekali ke kantor. Pindah kerja balik kampung ke Kendal, kiriman tidak berhenti. Bahkan ada masanya Titik pindah ke Batam untuk bekerja, tapi tetap dapat kiriman mesin cuci.

Entah ada apa di Kendal sehingga daerah ini kerap jadi sasaran kasus penipuan order fiktif. Baru-baru ini juga, Mulyono Setiadi, warga Kota Malang berusia 45 tahun, kena tipu. Seseorang memesan buah nanas sebanyak 8.500 buah untuk dikirim ke Kendal. Karena terlihat serius, Mulyono percaya pada pemesan dan tidak meminta uang muka. Sampai Kendal, nanasnya tak punya tujuan.

Iklan

Mirip kasus truk kelapa, Mulyono juga kenal pemesannya dari Facebook dan bersepakat soal pemesanan pada Sabtu pekan lalu (18/7). “Jadi perjanjiannya ada uang ada barang, jadi saya kirimkan dulu, sebelumnya nomornya bisa saya hubungi, tapi sekarang sudah tidak bisa,” ujar Mulyono. Nanas yang ia bawa bernilai Rp29 juta, membuatnya melaporkan penipuan ini ke Polda Jateng.

Selain kelapa dan nanas, order fiktif dari Kendal juga menimpa Hartoyo Susilo, pengusaha berusia 35 tahun dari Wonosobo, Jawa Tengah. Ia mengirim 150 tandan pisang kepok dan pisang Ambon menggunakan mobil pick-up pada Jumat (17/7) lalu ke Kendal. Saat sampai di alamat, warga Kendal yang tertera sebagai tujuan pengiriman tidak merasa memesan 150 tandan pisang.

"Awalnya sekitar 5 hari lalu ada yang order pisang melalui WhatsApp. Minta [pisangnya] dikirim ke Kendal," ujar Hartoyo. Pemesan dan Hartoyo sepakat Rp10 juta sebagai harga beli pisang sekaligus ongkos kirim.

Emang enggak sampai level truk kelapa dan nanas, tapi kasus order fiktif umumnya kerap menimpa pelanggan perusahaan ojek online (ojol). April lalu misalnya, akun Instagram @wilandini menceritakan bagaimana rumahnya dikirimi makanan sampai sebelas kali. Restoran cepat saji, ayam geprek, martabak, dan es kopi bertubi-tubi datang ke rumah Wilandini dengan metode pembayaran tunai alias transaksi langsung saat diantar. Pemesanan dilakukan atas nama Alohot, Ari, dan Rinaldi.

Total, Wilandini mengaku rugi sampai Rp1.650.000 karena memutuskan tetap bayarin pesanan makanan yang dibawa sopir ojol, mengingat sang sopir sudah "nalangin" pakai uangnya sendiri. Curhatnya di Instagram (masih bisa dibaca pada highlight di tautan ini) viral dan direspons cepat oleh Grab sebagai penyedia jasa. Beruntung, Grab mengganti uang Wilandini seluruhnya.

Hal serupa terjadi di Kelurahan Parang Tambung, Tamalate, Makassar. Adrian, seorang warga, melaporkan enam driver ojol yang datang bergantian ke rumahnya membawa makanan order fiktif yang minta dibayar tunai.

"Kebetulan saya lagi di rumah, tiba-tia ojol langsung datang ke rumah ketuk-ketuk pintu. Saya kaget tiba-tiba dapat orderan makanan. Yang pertama ada dua ojol yang datang ke rumah saya. Saya tanya ke mereka saya bilang bukan saya yang pesan order makanan sebanyak itu, sedangkan saya di rumah hanya sendiri tinggal di rumah. Nah, ternyata ada lagi datang empat ojol lagi datang ke rumah," kata Adrian kepada Detik.