Lingkungan

Penelitian Baru Kaitkan Polusi Udara dengan Peningkatan Risiko Depresi dan Bunuh Diri

Pakar kesehatan khawatir kualitas udara buruk dapat menyebabkan “kerusakan besar” bagi kesehatan mental kita.
Gavin Butler
Melbourne, AU
Gedung Opera Sydney tertutup kabut asap
Gambar via Peter Parks / AFP

Awal pekan ini, Aliansi Iklim dan Kesehatan (CAHA) Australia melayangkan surat pernyataan bersama yang mengumumkan “darurat kesehatan” akibat kualitas udara buruk dari kebakaran hutan di Sydney. Dalam sebulan terakhir, polusi udara di kota terbesar Australia sudah 10 kali lebih buruk daripada kota-kota paling tercemar di dunia. Sementara itu, New South Wales tengah mengalami periode kualitas udara buruk terpanjang dan terluas yang pernah tercatat.

Iklan

Pernyataan CAHA mengaitkan tingkat polusi berbahaya dengan “kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, gangguan perkembangan paru-paru anak, asma, penyakit jantung, stroke, penyakit paru obstruktif kronis, dan kanker paru.” Namun, penelitian baru dari Environmental Health Perspectives menemukan tingkat polusi udara tinggi juga mengancam kesehatan mental.

Dari data 16 negara, tim peneliti dari University College London (UCL) dan King’s College London menilai tingkat polusi udara sesuai dengan jumlah partikel halus — partikel kecil debu dan jelaga — dalam mikrogram per meter kubik. Mereka kemudian mempelajari bukti hubungan antara polusi udara dan lima masalah kesehatan mental: depresi, gangguan kecemasan, bipolar, psikosis, dan bunuh diri.

Peneliti menemukan peningkatan 10 mikrogram partikel halus per meter kubik selama periode waktu panjang dapat meningkatkan risiko depresi hingga 10 persen. Sebagai referensi, jumlah partikel halus di Delhi sudah mencapai 114 mikrogram per meter kubik — angka yang dapat membawa dampak mengkhawatirkan bagi jutaan jiwa di sana. Ketika artikel ini ditulis, Sydney telah mencapai 115 mikrogram.

Paparan jangka panjang terhadap partikel halus dikaitkan dengan depresi dan gangguan kecemasan, meski peneliti juga menemukan paparan jangka pendek terhadap partikel kasar — seperti yang ditemukan dalam debu dan asap — tampak memengaruhi risiko bunuh diri. Menurut penelitian mereka, seseorang yang terpapar partikel kasar selama tiga hari dapat mengalami peningkatan risiko bunuh diri untuk setiap 10 mikrogram partikel per meter kubik.

Iklan

Perlu ditekankan peneliti tidak serta-merta memvonis polusi udara secara langsung menyebabkan masalah kesehatan mental. Mereka hanya mengidentifikasi keterkaitan antara keduanya.

“Temuan kami sesuai dengan penelitian lain yang diterbitkan tahun ini, dengan bukti lebih lanjut pada anak muda dan dalam kondisi kesehatan mental lainnya,” kata penulis senior Dr Joseph Hayes. “Kami belum bisa mengatakan hubungannya kausal, tetapi bukti sangat menunjukkan polusi udara meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental.”

Sementara itu, kebakaran terus meluas di NSW dan Australia tanpa ada tanda-tanda akan mereda dalam waktu dekat. Semakin turun kualitas udara, maka semakin meningkat pula risiko kesehatannya. Warga yang tinggal di daerah berpolusi tinggi disarankan untuk tidak sering keluar rumah, menggunakan pembersih udara di dalam ruangan, dan selalu memakai masker polusi yang dapat menyaring setidaknya 95 persen partikel halus.

Kepada ABC, ahli ekologi kebakaran Profesor David Bowman memberikan gambaran suram bagi penduduk yang tinggal di daerah dengan kualitas udara buruk.

“Semakin banyak orang akan tewas akibat polusi udara,” ujarnya. “Masalahnya begitu serius.”


Follow Gavin di Twitter atau Instagram.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia