Ilustrasi oleh Dini Lestari.
Kami percaya cerita-cerita hantu yang khas Indonesia tidak begitu saja muncul dari ruang hampa. Sebagai folklore, cerita-cerita itu adalah ekspresi kultural suatu masyarakat tertentu, yang diteruskan dari mulut ke mulut, dari generasi satu ke generasi berikutnya. Dalam banyak kasus, cerita hantu bahkan punya peran sosiologis, peran yang jauh lebih besar daripada menakut-nakuti bocah semata. Analisis, cerita, dan telaah kami mengenai hantu-hantu Indonesia itu kami rangkum dalam seri Cerita Hantu VICE yang dirilis untuk meramaikan Halloween 2018. Selamat membaca!
Saya baru 12 tahun ketika Suzzanna Martha Frederika van Osch meninggal pada 2008. Saya tidak sadar kematiannya menandai akhir sebuah era—era kejayaan Suzzanna, aktris horor terbaik Indonesia sepanjang masa. Tentu saja, pertanyaan saya saat itu sederhana, kenapa Suzzanna selalu main di film horor ya?Faktor pertama tentu saja segera terjawab. Penampilan Suzzanna tanpa riasan cukup bikin bulu kuduk berdiri: rambut hitam panjang, kulit putih pucat, dan sepasang bola mata besar. Bahkan orang tua saya yang masih remaja di dekade 80'an menolak menonton film Suzanna kala itu, saking seremnya. Sayangnya, Suzzanna pun tidak lolos dari jebakan tipe Perempuan Misterius—baik di layar maupun di belakang layar. Dia adalah sosok seorang perempuan yang dianggap berbahaya namun sensual tanpa perlu memamerkan tubuh terlalu banyak. Saking misteriusnya, masyarakat Indonesia tidak pernah benar-benar mengenal dirinya. Ya bisa juga ini bagian dari taktik pencitraan diri oleh timnya, entah deh. Intinya, dia menghasilkan pendapatan dengan cara menakuti semua orang.Sayang sekali tidak ada yang cukup berani untuk menanyakan beliau pertanyaan-pertanyaan pribadi sehingga kita bisa mengingat dia sebagai lebih dari sekedar aktris horor Indonesia yang pernah membintangi 40 film sepanjang karirnya. Dia doyan makan bunga melati mentah-mentah apa dimasak sih untuk menjaga kulit wajah bersih? Apa malah digoreng dan dicelup ke saus? Buku favorit beliau apa? Apa dia pernah memalsukan orgasme? Apa musik favoritnya?Saya baru-baru ini mengobrol dengan Didin Syamsudin, seorang penata rias film terkemuka yang terkenal setelah bekerja sama bareng Suzzanna. Dia baru berumur 25 tahun ketika dipanggil menggantikan penata rias lainnya—temannya sendiri—yang bersitegang dengan Suzzanna."Dengan Mba Susi teman saya ini engga cocok, suka berantem mulu," kata Didin mengenang momen itu. "Nah dengan saya, jadi cocok."Didin dan Suzzanna menjadi teman dekat, dan dia terus menjadi penata rias Suzzanna di berbagai film-filmnya, termasuk yang sekarang klasik macam Sundel Bolong, Ratu Ilmu Hitam, dan seri Nyi Blorong. Didin menjadi orang pertama yang diperbolehkan menyentuh wajah Suzzanna. Penata rias lain hanya boleh menggambar wajah Suzzana menggunakan kuas, tidak sampai menyentuh langsung. Dia juga kerap menyambangi kediaman sang aktris legendaris di Jakarta Selatan, biarpun tidak pernah sampai diundang masuk. Mereka sering ngobrol berjam-jam di teras atau gerbang. Biasanya, Suzzanna akan berdiri di kebun sementara Didin berdiri di samping sungai besar di depan rumahnya."Sebenarnya dia itu suka becanda, suka ngobrol, ya biasa aja gitu," kata Didin. "Kalau di film, dia beda jauh. Matanya juga kalo lagi melotot gitukan bener-bener melotot gitu. Bener-bener sadis. Saya belum nemu pemain-pemain film sekarang yang matanya kayak Suzzanna."Entah kita sadar atau tidak, Suzzanna merupakan simbol penting sosok perempuan kuat. Biarpun memang tema repetitif wanita menderita dalam film horor Indonesia mungkin berakar dari misogini, rasanya tetap memuaskan kala menonton hantu yang diperankan Suzzanna menghukum orang-orang yang membuatnya kesal.Misalnya, di Sundel Bolong, karakter Suzzanna hamil setelah diperkosa ramai-ramai. Tak lama kemudian karakternya meninggal setelah berusaha melakukan aborsi sendirian di bak mandi. Selanjutnya, dia bertransformasi menjadi sesosok hantu yang perutnya bolong. Tokoh yang diperankan Suzzanna membunuh para pemerkosa dan semua yang terlibat dalam peristiwa biadab tersebut. Ketika sistem peradilan tidak bisa memberi keadilan—di cerita disebut kalau salah satu pemerkosa dibawa ke pengadilan tapi dinyatakan tidak bersalah—sebagai hantu dia bisa merebut keadilannya sendiri.Sementara dalam film Ratu Ilmu Hitam dan Titisan Dewi Ular, karakter Suzzanna harus mengalami manipulasi dan kekerasan dari lelaki yang haus kekuasaan. Berkat perdukunan, si tokoh utama selalu berhasil mengalahkan tokoh-tokoh jahat sesungguhnya. Seringkali, Suzzanna harus menggunakan kekerasan juga ketika menghadapi laki-laki, karena sepertinya hanya inilah bahasa yang mereka mengerti."Dari sutradara tuh cuma kasih gambaran aja" kata Didin menjelaskan metode akting Suzzanna di setiap film horor. "Untuk memerankan Sundel Bolong itu dia merasa sadis kepada laki-laki yang memerkosa dia tadinya gitu. Rasain lo, mungkin dalem hati nya tuh 'Makanya jangan suka memainkan perempuan.'"Tentu saja, Suzzanna tidak hanya dikenal karena kemampuan improvisasi akting di depan karema. Dia dikenal selalu berusaha memastikan proses syuting berjalan dengan lancar memakai bantuan ilmu gaib. Ada yang mengatakan Suzzanna selalu berkonsultasi ke dukun. Ada juga yang bilang dia melakukan ritual seperti puasa atau hijrah sebelum mulai pengambilan gambar.
Didin mengatakan ritual yang dilakukan Suzzanna kadang memang mempengaruhi kelancaran syuting. Contohnya saat syuting Nyi Blorong, ular-ular sungguhan yang digunakan tim produksi sangat jinak ketika ditaruh di atas kepalanya. "Selain percaya dengan Tuhan Yang Maha Esa, [Suzzanna] juga percaya yang gitu-gitu," kata Didin mengonfirmasi rumor bila sang aktris itu memang dekat dengan klenik.Minggu lalu, tepatnya pada 25 Oktober, berselang sembilan tahun sesudah kematian Suzzanna. Nyaris satu dekade setelah kepergiannya, jauh setelah era kejayaannya, Suzzanna masih identik dengan sejarah film horor Indonesia. Kita mungkin tidak akan pernah benar-benar mengenal dirinya, tapi mungkin kita semua harus mencoba menjadi lebhi seperti Suzzanna: seseorang yang kuat dan tangguh dan tidak akan menerima perlakuan buruk orang lain. Kalau kita beruntung, mungkin suatu hari kita juga bisa jadi kaya dengan cara menakut-nakuti lelaki seksis."Dia udah kayak trademark, gitu," kata Didin. "Suzzanna itu ya horor."
Iklan
Saya baru 12 tahun ketika Suzzanna Martha Frederika van Osch meninggal pada 2008. Saya tidak sadar kematiannya menandai akhir sebuah era—era kejayaan Suzzanna, aktris horor terbaik Indonesia sepanjang masa. Tentu saja, pertanyaan saya saat itu sederhana, kenapa Suzzanna selalu main di film horor ya?Faktor pertama tentu saja segera terjawab. Penampilan Suzzanna tanpa riasan cukup bikin bulu kuduk berdiri: rambut hitam panjang, kulit putih pucat, dan sepasang bola mata besar. Bahkan orang tua saya yang masih remaja di dekade 80'an menolak menonton film Suzanna kala itu, saking seremnya. Sayangnya, Suzzanna pun tidak lolos dari jebakan tipe Perempuan Misterius—baik di layar maupun di belakang layar. Dia adalah sosok seorang perempuan yang dianggap berbahaya namun sensual tanpa perlu memamerkan tubuh terlalu banyak. Saking misteriusnya, masyarakat Indonesia tidak pernah benar-benar mengenal dirinya. Ya bisa juga ini bagian dari taktik pencitraan diri oleh timnya, entah deh. Intinya, dia menghasilkan pendapatan dengan cara menakuti semua orang.Sayang sekali tidak ada yang cukup berani untuk menanyakan beliau pertanyaan-pertanyaan pribadi sehingga kita bisa mengingat dia sebagai lebih dari sekedar aktris horor Indonesia yang pernah membintangi 40 film sepanjang karirnya. Dia doyan makan bunga melati mentah-mentah apa dimasak sih untuk menjaga kulit wajah bersih? Apa malah digoreng dan dicelup ke saus? Buku favorit beliau apa? Apa dia pernah memalsukan orgasme? Apa musik favoritnya?
Iklan
Iklan