Kepanikan Moral

Kominfo dan DPR Serang Kimi Hime, Netizen Membela Sang YouTuber 'Pemersatu Bangsa'

Kimi Hime mengunggah video klarifikasi. Dia beranggapan ortu yang harus berperan lebih besar memantau tontonan anak-anak di YouTube.
Kominfo dan DPR Serang Kimi Hime, YouTuber Pemersatu Bangsa
Screenshot via channel YouTube Kimi Hime.

Gamer di Indonesia, dari usia berapapun yang sering mantengin Youtube, pasti paham siapa Kimberly Khoe alias Kimi Hime. Sosok sedang ramai diperbincangkan ini adalah YouTuber spesialis game dengan 2,2 juta subscribers. Kimi punya posisi unik sebagai perempuan yang jago main game, mengingat di negara ini tak banyak gamer perempuan mengelola channel-nya sendiri.

Penampilan Kimi di Youtube mirip karakter anime Jepang. Rambutnya berwarna terang, ditambah lagi suara dan gaya bicaranya yang terkesan mirip tokoh-tokoh anime. Ternyata penampilan Kimi sebagai seorang Youtuber game yang sangat menarik perhatian itu menuai protes, bahkan membuatnya berhadapan dengan lembaga negara. Sejauh ini tiga konten Youtube-nya ditangguhkan dan enam lainnya dibatasi sebarannya oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Video Kimi dianggap melanggar tindak asusila dan berpengaruh buruk buat penonton anak-anak.

Iklan

Wacana pemblokiran ini bermulai dari Asosiasi Pengawas Penyiaran Indonesia (APPI) yang melaporkan konten Kimi Hime pada Komisi I DPR Republik Indonesia. Bahasan soal Kimi Hime ini pun jadi topik perbincangan dalam rapat DPR.

Pelaksana Tugas Kepala Biro Humas Kominfo, Ferdinandus Setu mengatakan dirinya sudah mengkaji konten Kimi Hime. Dia bilang ada tiga video layak dinyatakan sebagai konten vulgar. Ia pun menyebut ada enam video lainnya mesti dibatasi penayangannya, karena melanggar prinsip pembatasan umur.

"Kami baru benar-benar tahu konten itu, dan itu diputar dalam rapat di Komisi I. Memang dia bermain PUBG, dan kalau di YouTube itu hasil permainannya ditayangkan dan dia sendiri sambil komentar dan pakai baju seksi," kata Fernandus kepada media lokal. Alhasil, tiga video Kimi telah ditangguhkan penayangannya di Indonesia, berjudul STRIP CHALLENGE! MATI 1 KALI = BUKA BAJU! - PUBG Mobile Indonesia; KESAKSIAN BERMAIN, GADIS INI MENGELUARKAN CAIRAN LENGKET - UNCENSORED FULL HD MP4; dan PERTAMA KALI ENAK YA#HIMEVLOG.

Dalam jumpa pers, Fernandius menjabarkan alasan utama Kominfo menangguhkan tiga video tersebut. "Beberapa segmen dalam konten youtube Kimi Hime mengandung hal-hal yang melanggar muatan kesusilaan dan adat ketimuran kita."

Menurutnya, bukan hanya videonya yang dianggap melanggar batasan umur. Thumbnail konten video Kimi di YouTube juga dituding menggunakan gaya bahasa yang dapat menimbulkan kesan jauh berbeda dari isinya.

Iklan

Kimi segera mengunggah video klarifikasi, bahwa tak ada niat sekalipun darinya menjalankan strategi clickbait dengan konten sensual, terutama untuk menarik anak-anak. Dalam videonya, dia 'mengadu' ke Presiden Joko Widodo. Kimi bilang, statistik channel menunjukkan anak di rentang usia 13-17 tahun hanya 16 persen dari total pemirsa setia kontennya. Sebagian besar penontonnya berumur 18-24 tahun, yang artinya mereka sudah dewasa.

Dia juga berargumen bahwa ulasan PUBG—yang cukup sering dia mainkan—ditujukan untuk gamer dewasa, mengingat rating game shooting itu adalah 17 tahun ke atas.

"Untuk para orang tua, YouTube itu bukan untuk anak-anak saja, tapi untuk semua umur. Untuk anak ada fitur YouTube Kids… Kebetulan kita para kreator bikin konten untuk menghibur. Saya tidak bisa melarang anak-anak melihat konten saya," ujarnya dalam video klarifikasi. "Di sini peran orang tua lebih diutamakan, orang tua harusnya mengawasi apa yang dicerna anak-anak mereka. Memblokir bukan solusi sih."

Kominfo punya argumen sendiri sampai meminta YouTube memblokir tiga video Kimi Hime. Pemerintah menilai penggunaan bahasa dalam judul konten Kimi menyesatkan pengguna, seakan mendorong pikiran penonton mengarah pada konten pornografi. Padahal sebagai channel game, banyak penonton di bawah umur ikutan berkomentar.

"Pernyataannya membuka baju, membuat banyak pemahaman, balasan komentar yang penafsirannya aneh-aneh dan komentar yang menjurus ke pornografi," ujar Fedinandus seperti dikutip dari kantor berita Antara.

Iklan

Pembatasan pemerintah memicu pembelaan dari para penonton setia, yang kerap menjuluki Kimi Hime sebagai channel "pemersatu bangsa". Muncul pula tagar #SaveKimiHime setelah kabar pemblokiran ini merebak di linimasa. Akun YouTube Sakti Auliaurrahman menyatakan konten Kimi jauh lebih mending daripada tayangan televisi lokal.

"Udah kak kimi semangat aja buat videonya, jangan perdulikan berita yang ada, banyak kok sinetron yang lebih enggak berpendidikan juga tapi diliatin ke anak-anak."

Pembelaan juga disampaikan akun YouTube Husni Baihaki, yang menganggap penampila Kimi saat main atau mengulas game masih dalam batas wajar. "Kamu ga bersalah karena kamu masih pake baju dan celana walaupun tidak terlalu menutupi. Bahkan ada yang lebih parah dari youtube kamu."

Kominfo mengaku sudah memanggil Kimi Hime agar dia segera memberikan klarifikasi dan menghapus videonya sendiri. Jika dia tidak memenuhi panggilan hingga Sabtu 27 Juli mendatang, kementerian mengklaim tidak segan-segan bakal memblokir video-video Kimi yang lainnya.

Debat soal isi tayangan Kimi Hime jelas tak bisa dilihat hanya dari satu sudut pandang. Nyatanya, industri game, termasuk konten-konten ulasan yang dulu didominasi lelaki, kini berhasil didobrak perempuan, termasuk Kimi. Dia jauh lebih jago memainkan PUBG dibanding banyak lelaki di luar sana. Sialnya banyak orang yang salah fokus, bukan pada cara Kimi bermain melainkan bagaimana ia mengekspresikan dirinya dalam tiap videonya.

Lepas dari itu, kasus ini seharusnya bisa jadi debat yang lebih bermutu, khususnya soal perang orang tua. Publik juga perlu berdebat soal kriteria pembatasan konten yang harus dipatuhi tiap kreator. Untuk sementara kepanikan moral masih mendominasi pembicaraan di media sosial, ditambah lagi merebak komentar seksis lelaki yang hanya peduli soal penampilan Kimi Hime—yang seakan melegitimasi argumen pemerintah untuk memblokir konten Kimi.

Kalian boleh sepakat atau tidak dengan cara Kimi mengekspresikan dirinya saat membuat konten game, serta alasannya tidak membatasi umur penonton. Tapi satu hal sebaiknya kita sepakati, redaksi VICE pun sudah menulis artikel sejenis berkali-kali. Kimi benar untuk satu hal. Selama VPN masih tersedia, pemblokiran jelas bukan solusi cerdas.