Bagi segelintir manusia superkaya, yang jumlahnya tak lebih dari 1 persen penduduk Bumi, memiliki sebuah tas mewah merek Birkin adalah indikasi engkau akhirnya benar-benar sudah jadi "orang". Nahasnya, bagi Rosmah Mansor, memiliki barang mahal macam itu malah mengubahnya jadi mirip Marie Antoinette—ratu Prancis yang digulingkan dan dipancung dalam revolusi rakyat karena menjadi simbol ketamakan kaum elit.
Rosmah, istri dari Perdana Menteri Malaysia yang baru saja kalah dalam pemilu Malaysia, bukan kali ini saja tersandung skandal. Bersama sang suami, Najib Razak, Rosmah ditengarai terlibat skandal korupsi besar yang mengorbankan miliaran Ringgit uang rakyat yang semestinya dimanfaatkan membangun Malaysia.
Diduga dana tersebut mengalir ke rekening milik Najib dan sejumlah kroni-kroni. Skandal tersebut yang lebih serih dikenal dengan kasus 1MDB, berhasil dihindari Najib selama bertahun-tahun sementara uang yang diselewengkan berakhir di tempat-tempat yang tak terduga sebelumnya, mulai dari sebuah kondominium seharga $33.5 juta di NewYork serta sebuah kapal pesiar senilai $250 juta di Indonesia. Satu temuan paling mencengangkan, sebagian uang yang dikorupsi rezim Najib itu juga digunakan mendanai film Wolf of Wall Street yang dibintangi Leonardo DiCaprio.
Tapi, dibanding berbagai temuan hukum lainnya yang diperoleh penyidik Kejaksaan Agung Amerika Serikat, koleksi tas mahal Rosmah yang pada akhirnya secara akurat—bahkan jauh lebih tepat dari jargon bank manapun—menggambarkan besarnya skala kerusakan akibat skandal tersebut.
Menurut Anis Khalidi (28) mantan anggota Koalisi Politik Barisan Nasional (BN) yang untuk pertama kalinya tak memilih partainya sendiri dalam pemilu Malaysia tempo hari, perilaku keluarga perdana menteri sudah tak termaafkan lagi bagi rakyat.
“Imelda Marcos. Marie Antoinette. Rosmah Mansor. Ketiganya punya kebiasaan buruk yang sama,"kata Anis kepada VICE Indonesia. "Begitu saya menyadarinya, saya tak mau lagi hidup di bawah pemerintahan seperti ini.”
Pemilu Malaysia yang digelar Mei 2018, mempertemukan dua kontestan yang sangat berkebalikan. Di satu sisi, ada Najib dan Rosmah, pasangan suami istri yang tak segan-segan menggelontorkan banyak uang menggelar pesta pernikahan anak-anak mereka. Konon, untuk hiasan bunga saja di resepsi tempo hari, pasangan Najib dan Rosmah tak ragu merogoh kocek sampai U$750.000 (setara Rp10 miliar).
Sebaliknya, lawan mereka adalah Mahathir Mohamad, mantan perdana menteri Malaysia yang kini berumur 92 tahun. Berkat kemenangan mengejutkan dalam pemilu 9 Mei lalu, politikus veteran itu kembali menjabat posisi nomor satu di Negeri Jiran. Berbeda jauh dari Najib, Mahathir kerap tampil mengenakan Bush Jacket, kemeja button-downs Uniqlo yang harganya "cuma" US$25 serta nyaman mengenakan sandal Bata seharga US$3 dollar.
Foto Najib Razak dalam lawatan luar negeri oleh Erik De Castro/ Reuters
Nyatanya, kontras kepemilikan harta benda macam inilah yang membawa koalisi Pakatan Harapan (PH), yang dimotori Mahathir, sukses menjungkalkan sang rival yang memiliki selera gaya hidup mahal.
Kemenangan PH membawa satu pesan sederhana. Barisan Nasional yang selalu memerintah Malaysia sejak kemerdekaan sudah berubah di bawah kendali Najib. Partai nasionalis itu menjadi teramat korup dan sering merugikan warga Negeri Jiran. Dan buktinya korupnya koalisi BN terpampang jelas di tangan Rosmah. Istri Najib ini bahkan punya beberapa Tas Berkin, sebuah tas buatan Hermes yang begitu mahal dan ekslusif, hingga mereka yang cukup modal untuk membelinya pun belum tentu bisa mendapatkan tas ini.
Pesan ini begitu kuat dan mudah dipahami oleh para pemilih Malayia hingga mereka beramai-ramai meninggalkan BN untuk pertama kali sejak Malaysia menerima kemerdekaan dari Inggris pada 1957, menurut analisis Amrita Malhi, seorang pakar kajian politik Malaysia Australian National University (ANU).
"Rakyat Malaysia menghubungkan semua perilaku keluarga Najib, dengan fakta dana pajak Malaysia raib entah. Di tengah sentimen negatif terhadap kehidupan pribadi PM, terjadi kenaikan harga sayur-mayur dan ikan yang dihadapi warga Malaysia,” kata Amrita kepada VICE. “Tepat di saat kehidupan rakyat kecil sedang susah-susahnya, Rosmah malah diberitakan gencar-gencar memboronng perhiasan dan tas mahal.”
“Maka, bisa kita pahami, pemilu lalu adalah cara warga Malaysia memahami skandal yang tengah terjadi. Jika sebelumnya, skandal ini diterangkan dengan perputaran miliaran ringgit melalui sistem transfer finansial internasional yang pelik. Sekarang, mereka menemukan idiom yang lebih membumi dan membangkitkan empati para pemilih.”
Sebagian besar pemilih mungkin tak sempat memantau perkembangan skandal 1MDB scandal, tapi setidaknya mereka bisa melihat kejanggalan: bagaimana mungkin Najib, seorang perdana menteri yang memulai karir politiknya pada usia 20an, mampu membeli tas yang harganya dibanderol antara $11.900 USD hingga $300.000 USD dengan gaji yang besarnya paling banter, RM22,826.65 ($5734 USD) sebulan.
"Saya mencoba mencari liputan media di Malaysia yang cenderung positif terhadap kehidupan pribadi Najib. Masih ada beberapa media yang berbaik hati. Namun kalau urusannya adalah gaya hidup Rosmah, nadanya nyaris seragam," kata Anis, yang keluarga besarnya konsisten mendukung Barisan Nasional sejak dulu. "Kita bisa menilai sendiri kalau dia mendapat banyak uang dari suaminya, yang sumbernya tak jelas dari mana."
Perilaku Rosmah memborong tas mewah di tengah situasi sulit rakyat kecil segera menjadi simbol perlawanan terhadap rezim yang berkuasa. Satu dari sedikit orang yang sadar untuk segera mengubah tas tadi menjadi wacana perlawanan adalah kartunis Zulkiflee Anwar Ulhaque. Zunar, itu julukan populer sang kartunis, saat ini sedang menghadapi gugatan dari keluarga Najib karena dianggap melakukan pencemaran nama baik.
Apa yang dilakukan Zunar sebetulnya sederhana. Dia menjalankan tugas serupa kartunis politik lainnya: mengolok-olok simbol ketamakan penguasa. Sebelum skandal tas Birkin merebak, Zunar sudah sering mengejek Najib lewat goresan gambarnya. Namun baru ketika komiknya melecehkan tas Birkin milik istri sang PM, mendadak banyak orang sadar, rezim ini harus dilawan sampai titik darah penghabisan.
"Dulu saya pernah menggambar komik soal dugaan korupsi pembelian kapal selam yang melibatkan pemerintah, enggak ada tuh yang ribut di akun Facebook pribadi saya," kata Zunar ketika dihubungi VICE. "Ketika saya menggambar cincin dan tas mewah milik Rosmah, tiba-tiba saja banyak orang setuju sama pandangan saya. Mereka mempertanyakan, bagaimana bisa istri pejabat publik yang gajinya kita tahu berapa setahun, tiba-tiba sanggup membeli tas semahal itu. Banyak ibu-ibu berkomentar, kenapa Rosmah bisa membeli tas macam itu ketika perempuan lainnya hanya sanggup membeli versi bajakannya di Pasar Petaling Street."
Kartun oleh Zunar, diunggah seizinnya.
Rata-rata pendapatan penduduk Malaysia per bulan adalah Rp6,9 juta. Tas Rosmah itu bahkan jauh lebih mahal dari harga satu rumah yang masih terjangkau bagi kalangan kelas menengah Kuala Lumpur. Tanpa banyak disorot oleh media asing saat memberitakan pemilu Malaysia, isu tas dan cincin mewah istri PM sebetulnya mendorong mobilisasi kemuakan rakyat Negeri Jiran terhadap pemimpinnya yang korup. Berkat tas mewah dan cincin tadi, dua kubu, baik internal Barisan Nasional maupun Pakatan Harapan yang biasanya ogah bersatu, jadi menyekapati satu hal: kepemimpinan Najib sudah saatnya diakhiri.
“Kartun saya itu ditafsirkan banyak orang kalau rakyat Malaysia yang paling menderita jika membiarkan korupsi terus terjadi,” ujarnya.
Syed Saddiq Syed Abdul Rahman, anggota parlemen Malaysia dari Pakatan Harapan yang baru berusia 25 tahun, sepakat dengan penilaian Zunar. Kejatuhan Najib terjadi lebih cepat dari dugaan karena blundernya tak bisa menjaga perilaku Rosmah.
Bahkan, dari informasi yang diterima Syed, beberapa kenalannya dari Barisan Nasional sudah mendorong tim sukses Najib agar membatasi penampilan Rosmah di ruang publik. Kebencian rakyat Malaysia terhadap Rosmah sedemikian tinggi dalam masa-masa menjelang pemilu 9 Mei.
Syed menolak tuduhan sebagian anggota Barisan Nasional, bahwa kubunya berada di balik gencarnya sorotan terhadap perhiasan dan tas mewah istri mantan PM yang lengser. Dia bilang, tanpa kampanye politik sekalipun, rakyat Malaysia sudah pasti mempertanyakan bagaimana bisa istri perdana menteri selain mengoleksi tas mewah, juga masih sanggup memiliki kalung berlian senilai Rp378 miliar.
"Dari awal, ketamakan menjatuhkan keluarga Najib sendiri," ujarnya.