obat-obatan

Pengalamanku Coba-Coba Bermacam Obat Tidur untuk Mengatasi Insomnia

Dari lima pil, cuma satu yang efektif membuatku cepat tidur.
Penulis tidur tengkurap di kasur
Semua foto milik penulis

Aku sudah lama mengidap insomnia, tapi biasanya hanya berlangsung beberapa minggu saja. Begitu masa-masanya lewat, aku bisa tidur seperti sediakala. Tapi tahun ini berbeda. Pandemi bikin insomnia semakin menjadi-jadi. Sulit sekali rasanya bagiku untuk memejamkan mata.

Aku sudah mencoba segalanya, tapi tetap saja tidak ada yang bisa membuatku tidur nyenyak. Lebih rajin berolahraga, mengurangi jatah main HP, makan secara teratur, konsisten bangun pagi, pokoknya semua yang disarankan orang sudah aku lakukan.

Iklan

Permasalahannya adalah mengubah gaya hidup tidak mudah. Tapi di sisi lain, aku juga tersiksa karena kurang tidur. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk mencoba beberapa pil tidur, mulai dari yang dijual bebas sampai yang pakai resep dokter. Siapa tahu ada yang cocok dan dapat memudahkan aku beristirahat di malam hari.

IMG_2886.jpeg

Penulis minum obat tidur

Tablet Melatonin

Obat ini umumnya digunakan untuk mengurangi gejala jet lag karena bisa memperbaiki waktu tidur. Pada dasarnya, melatonin adalah hormon yang diproduksi di kelenjar pineal dan berperan mengatur siklus tidur. Semakin tinggi kadar melatonin dalam tubuh, semakin meningkat pula perasaan kantuk. Berhubung obat ini tidak membuat ketagihan, aku pikir tak ada salahnya mencoba duluan.

Aku mendapat tablet melatonin 10mg dari teman. Dia menyarankan untuk minum setengah jam sebelum tidur. Jadi aku mengonsumsinya pukul 1 dini hari, mengatur pemantau pola tidur di HP dan bersiap tidur pukul setengah dua pagi.

Aku tidur ayam tak lama kemudian. Hanya saja aku gampang tersadar padahal cuma ganti posisi sedikit. Aku baru benar-benar tidur pukul 2.15 pagi. Sebuah peningkatan, tapi itu pun masih tergolong ringan. Aku terjaga setiap satu-dua jam sekali, dan rasanya belum cukup tidur ketika alarm membangunkanku pukul setengah 10 pagi. Memang sih bisa saja nambah tidur dua jam, tapi tablet melatonin tidak sesuai harapanku.

IMG_2976.jpg

ZMA

Teman merekomendasikan ZMA (Zinc dan Magnesium Aspartate) karena membuatnya cepat tidur setelah berolahraga dengan intensitas tinggi. ZMA masih termasuk suplemen nutrisi, jadi kayaknya tidak berbahaya buat dicoba.

Efeknya agak berbeda dari perkataan teman. Aku menelan ZMA sejam sebelum tidur, dan masih melek satu jam kemudian. Mungkin bakalan beda ceritanya kalau aku olahraga hari itu. Tapi sumpah obat ini ajaib abis. Baru kali ini aku bisa tertidur lelap. Badan juga terasa sangat segar ketika bangun pukul 9.30 pagi. Aku sempat kepikiran melanjutkan tidur setengah jam lagi, tapi bangkit juga dari tempat tidur 10 menit kemudian. Kepala bahkan tidak puyeng kayak biasanya.

Iklan
IMG_2973.jpg

Restavit

Aku disarankan minum Restavit oleh apoteker. Dia bilang kandungan utama obat ini, doxylamine succinate, bersifat antihistamin yang dapat menyebabkan kantuk berat. Cerita teman-teman yang pernah mengonsumsi Restavit membuatku ragu. Menurut pengakuan mereka, pil tidur ini bisa bikin pusing atau gelisah keesokan harinya. Namun, aku tetap mencobanya. Aku minum pil 25mg kira-kira 20 menit sebelum tidur.

Rasa kantuk menyerang 15 menit kemudian, dan aplikasi sleep tracker menunjukkan aku masuk ke alam mimpi tak lama setelahnya. Eh, aku malah kepengin kencing. Perasaanku bimbang selama terbaring di kasur. Mau lanjut tidur, tapi takut ngompol. Aku akhirnya menyerah dan pergi ke kamar mandi satu jam kemudian. Setelahnya, aku tidur tanpa gangguan sampai setengah 10 pagi. Cuma ya begitu… badanku remuk saat bangun, kayak tidur dua jam doang. Sehabis mematikan alarm, aku bablas tidur empat jam. Maaf, Restavit, tapi kamu tidak cocok untukku.

IMG_2974.jpg

Zopiclone

Ada teman yang berbaik hati memberikanku dua pil zopiclone. Kalian harus punya resep dokter untuk menebus obat yang lebih dikenal sebagai Imovane. Aku tidak sabar mencobanya karena, menurut banyak penelitian, obat ini mampu mengatasi insomnia.

Satu pil kecil berdosis 7,5mg membuatku terlelap hanya dalam hitungan 15 menit. Aplikasi pelacak tidur bahkan mencatat aku berada dalam fase deep sleep (tidur nyenyak) terpanjang daripada malam-malam sebelumnya. Aku sempat terjaga oleh suara truk sampah sekali, tapi sisanya aku udah kayak orang mati. Aplikasi juga menunjukkan aku mendengkur selama 40 menit sepanjang malam — empat kali lebih banyak dari biasanya. Obat ini sebenarnya bagus, cuma sepertinya tidak bisa diminum ketika pacar menginap di rumah.

Iklan
IMG_2911.jpeg

Temazepam

Sama seperti kawan-kawannya, obat jenis benzodiazepine adalah teman baik tukang pesta semalam suntuk. Ini pertama kalinya aku minum obat penenang buat tidur dan pas sober, jadi aku menaruh ekspektasi tinggi terhadap efektivitasnya.

Aku minum tablet berdosis 10mg itu setengah jam sebelum tidur, dan merasakan efeknya begitu mematikan lampu. Badan dan pikiran makin lama makin rileks. Aku juga tidak bolak-balik ganti posisi, yang biasanya membuatku sulit tidur. Aku tertidur pulas sembilan menit kemudian.

Setelah tidur hampir delapan jam, aku hanya terbangun dua kali dan sisanya tidur nyenyak. Sayangnya obat ini sulit untuk diperoleh karena dapat menyebabkan ketagihan. Meskipun begitu, Temazepam bisa dijadikan alternatif jika cara lain sudah tidak mempan.

pjimage (1).jpg

Mencampur ZMA dengan Melatonin

Selain gampang dicari, kedua suplemen ini tampaknya bisa saling melengkapi apabila diminum berbarengan. Jujur saja, aku punya harapan cukup tinggi dengan kombinasi ZMA dan melatonin, apalagi setelah membaca studi yang menunjukkan pengidap insomnia lebih cepat tidur dan kualitasnya lebih bagus ketika mengonsumsi zinc, magnesium dan melatonin jika dibandingkan dengan mereka yang diberi plasebo.

Namun, efeknya tidak sebagus perkiraan. Badanku memang lelah setelah minum keduanya, tapi aku gelisah cari posisi nyaman selama satu jam sebelum akhirnya tertidur. Aku tidur lumayan nyenyak, tapi ternyata tidak senyenyak waktu minum ZMA doang. Aku bangun dengan badan pegal-pegal.

Intinya, tidak ada pilihan yang sempurna. Mungkin karena itu jugalah hampir satu dari tiga orang dewasa masih mengalami insomnia. Tak ada obat yang bisa menyembuhkannya secara total tanpa efek samping. Pil tidur hanyalah solusi sementara. Tak bisa dipungkiri mengubah gaya hidup adalah pilihan terbaik meningkatkan kualitas tidur dalam jangka panjang, tak peduli betapa sulit dan membosankan caranya. Obat tidur cukup buat jaga-jaga.

Follow Chris di Twitter.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia.