Tentara Bayaran

Mengintip Forum Internet Berisi Bursa Kerja Tentara Bayaran di Seluruh Dunia

Menyewa jasa tentara bayaran ternyata tidak serahasia yang kita kira. Di forum Silent Professionals, tersedia lowongan kerja macam ini: "Dicari, sniper ex-militer untuk tugas pengamanan".
Silent Professionals Forum Internet Bursa Kerja Tentara Bayaran PMC di Seluruh Dunia
Pasukan ini adalah tentara swasta yang disewa mengamankan aset penting di Irak. Foto diambil pada 18 September 2007 oleh PATRICK BAZ/AFP via Getty Images

Munculnya profesi tentara bayaran adalah realitas yang semakin lumrah di dunia masa kini, tapi tak banyak orang menyadarinya. Dalam berbagai konflik di seluruh dunia 20 tahun terakhir, banyak lho peristiwa yang sebenarnya melibatkan tentara bayaran, alih-alih militer profesional mewakili negara tertentu.

Sebutan resmi bagi tentara bayaran di dunia internasional adalah kontraktor militer swasta (PMC), dan peran mereka jadi semakin populer sejak Perang Irak disusul jatuhnya diktator Saddam Hussein pada 2003. Berbagai perusahaan Amerika Serikat yang berbisnis minyak di Irak pasca jatuhnya Saddam, menyewa jasa tentara bayaran untuk menjaga aset-aset penting. Pendek kata, tentara kini makin banyak yang berasal dari jasa outsourscing.

Iklan

Amerika Serikat jadi salah satu pemasok tentara bayaran terbanyak untuk kebutuhan berbagai negara lain. Negara Adi Daya itu punya bejibun veteran yang memiliki keahlian tinggi, tapi akhirnya tidak terpakai ketika mereka balik jadi sipil. Berbagai skandal dan sorotan negatif bagi tentara bayaran asal AS lantas mengemuka.

Contohnya muncul bocoran data pada Juli 2021 menyebut perusahaan penyedia tentara outsource terbesar di dunia saat ini, Blackwater, mengirim proposal ke pemerintah Ukraina untuk membentuk satuan militer swasta. Karena konflik dengan Rusia, Blackwater mencium peluang menyewa veteran Ukraina menjadi tenaga tentara bayaran. Blackwater berdiri pada 1997, dan sang CEO Erik Prince, bisa menjadi miliarder berkat bisnis tentara bayaran. Tentara bayaran asal Amerika juga dipastikan terlibat upaya kudeta gagal di Venezuela pada 2020, serta pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moïse pada 22 Juli 2021.

Pertanyaan awam yang mungkin muncul: bagaimana sih caranya mencari kerja sebagai tentara outsourcing? Apakah para veteran perlu masuk circle terbatas yang sering rapat diam-diam supaya bisa diterima Blackwater atau perusahaan sejenis? Bagaimana pula calon penyewa jasanya, apakah mereka harus mencari info tentara bayaran di darkweb?

Iklan

Jawabannya mungkin mengejutkan. Bisnis tentara bayaran tidak serahasia itu kok. Malah, sudah ada platform bursa kerja bagi praktisi dan perusahaan PMC (mirip Linkedin gitulah), untuk kebutuhan tentara outsourcing.

Salah satu forum internet yang mengelola bursa tentara bayaran adalah Silent Professionals. Situs ini berdiri sejak 2017, untuk melayani kebutuhan klien maupun pencari kerja bidang PMC di seluruh dunia. Namanya juga bursa kerja tentara bayaran, iklan lowongan kerja di dalamnya pun terasa unik saat dibaca orang awam.

Ambil contoh satu loker untuk penempatan di Irak berikut: “Penyedia jasa mencari tenaga spesialis keamanan terlatih yang memiliki kemampuan menembak akurat (alias sniper-red), untuk menjalani kerja full time di Irak,” demikian bunyi iklannya. Di iklan itu, disebut kalau bayaran untuk sniper yang nantinya mereka terima sekitar US$3.000 (setara Rp43 juta) per pekan.

Menariknya, iklan-iklan di situs Silent Professionals jarang menjabarkan secara detail apa tugas calon tentara bayaran tersebut. Aspek itu yang masih sedikit rahasia. Mayoritas deskripsi pekerjaan hanya sambil lalu saja, sekadar mencari kriteria skill militer yang dicari, serta menyebut lokasi penempatan serta estimasi bayaran.

Soal skill ini yang biasanya detail. Ada iklan spesifik mencari sniper yang memiliki paspor Amerika Serikat, pernah menjadi anggota Marinir AS, dan punya pengalaman terjun ke medan tempur. Iklan lain, yang ditayangkan pada 2018 lalu, mencari bekas tenaga medis di Navy SEAL untuk kebutuhan operasi khusus di salah satu negara Semenanjung Arab.

Iklan

Sebagian iklan menyebut lokasi penempatan adalah negara-negara yang sedang dilanda konflik bersenjata. Misalnya kawasan pesisir Timur Afrika seperti Somalia yang dikuasai bajak laut, pedalaman Meksiko yang dikuasai kartel, hingga Afghanistan.

Tidak semua loker di forum Silent Professionals untuk tentara bayaran sih. Ada juga loker yang terasa lebih normal, misalnya IT, tenaga administrasi, hingga praktisi logistik. Tapi ujung-ujungnya penempatannya untuk kebutuhan bisnis yang berjalan di zona konflik.

Silent Professionals didirikan oleh Adam Gonzales, veteran Angkatan Darat Amerika Serikat, yang pensiun pada 2004. Dia sempat jadi bodyguard bagi rapper Lil Wayne, sebelum akhirnya terjun ke bisnis PMC. Istrinya, Susan Gonzales, sempat lama berkarir sebagai tenaga intelijen Amerika Serikat, dan akhirnya ikut mendukung bisnis ini.

Menurut pengakuan suami-istri Gonzales, Silent Professionals awalnya dirancang untuk membantu para veteran menjalani transisi yang lebih mulus kembali menjadi warga sipil. Setidaknya, pengalaman perang mereka masih terpakai dan bisa mendatangkan uang, sambil mencari peluang pekerjaan lain di masa depan.

Susan Gonzales, saat diwawancarai VICE News, mengklaim jasa yang mereka tawarkan sepenuhnya untuk bisnis pengamanan. Dia juga meyakini tidak ada loker di forum Silent Professionals yang tujuannya mendukung kudeta atau membunuh politikus di negara tertentu. Tapi dia mengakui permintaan macam itu sering masuk ke emailnya.

Iklan

“Memang kami menerima berbagai permintaan dari berbagai negara, untuk kebutuhan tentara mendukung kudeta, atau melatih satuan militer pemberontak. Tapi kami sudah bersikap tidak melayani iklan semacam itu,” kata Susan. “Jika anda melihat tentara bayaran terlibat aksi-aksi yang disorot negatif beberapa waktu terakhir, setidaknya kami bisa bilang bahwa pencarian jasa macam itu tidak berasal dari platform kami.”

Menurut Susan, bisnis PMC sangat dibutuhkan dan disambut baik oleh para pengusaha. Kliennya rata-rata menyewa tenaga pengamanan eks-militer, supaya tidak diculik saat menjajal investasi di negara rawan konflik, menghindarkan bisnis dari pemerasan kartel narkoba, mengamankan aset saat terjadi unjuk rasa besar, hingga melindungi sistem IT dari serangan siber.

“Berkat jasa kami yang dilakukan secara bertanggung jawab, Silent Professionals berhasil membantu lebih dari 10 ribu eks-militer mendapat pekerjaan sesuai bidang keahliannya,” klaim Susan.

Menurut seorang tentara bayaran asal Amerika Serikat, yang menolak diungkap namanya supaya tetap bisa mencari kerja secara leluasa, situs Silent Professionals merupakan yang paling populer saat ini bagi para veteran sepertinya.

“Harus diakui, banyak veteran sulit beradaptasi dengan kehidupan sipil. Program pemerintah juga tak cukup menjamin kesejahteraan para veteran [di Amerika Serikat],” ujarnya pada VICE News. “Jadi, kami sangat terbantu karena cukup buka situs dan mencari iklan lowongan pekerjaan, seperti masyarakat pada umumnya.”

Iklan

Problemnya, tentara bayaran yang pernah disewa untuk tugas rahasia di Afghanistan ini melihat makin banyak personel militer pensiun cepat, lalu beralih ke bisnis PMC. Tren ini menurutnya bisa membahayakan keamanan nasional. Garis batas dalam sebuah konflik pun berisiko makin buram, karena tak jelas apakah orang yang bersenjata di zona perang mewakili negara tertentu, atau perusahaan swasta.

Berdasarkan penelitian yang terbit pada 2019, industri outsourcing eks-militer menunjukkan tren terus berkembang. Penulis paper tersebut, Sean McFate yang juga mantan tentara bayaran dan kini menjadi guru besar ilmu pertahanan Georgetown University, menilai permintaan pasar terhadap tenaga militer swasta justru akan membesar seiring waktu. Sebab, biaya mengelola pertahanan dibiayai negara jauh lebih mahal dibanding ongkos PMC.

“Tentara swasta adalah bisnis yang masih akan membesar di skala global,” tulis McFate. “Saat ini masih sulit memperkirakan nilai pasarnya. Tapi yang jelas permintaan perusahaan dan pihak individu untuk kebutuhan PMC makin meningkat, seperti di Yaman, Nigeria, Ukraina, Suriah, dan Irak.”

Follow Ben Makuch di Twitter.