Pendidikan

Pemerintah Ingin Kampus-Kampus Indonesia Mulai 2022 Ajarkan Matkul 'Startup Digital'

Mata kuliah ini bersifat opsional dan akan diajarkan dosen. Mendengar wacana ini, ekonom yang kami wawancarai teringat latah kuliah kewirausahaan sepuluh tahun lalu.
Kemendikbudristek Mau Bikin Mata Kuliah ‘Startup Digital’ di Kampus Indonesia Mulai 2022
Foto ilustrasi via Getty Images

Mungkin terenyuh melihat perjuangan Nam Do-san menaklukkan hati Seol Da-mi di drama Korea Start-Up, pemerintah lewat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berniat menghadirkan mata kuliah pilihan “Startup Digital” di kampus-kampus mulai 2022. Kebijakan ini diharap bisa memunculkan lebih banyak perusahaan rintisan berkualitas di Indonesia. Buat background, pemerintah emang lagi punya program Gerakan 1.000 Startup Nasional yang lagi diurusin sama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Iklan

Sekretaris Ditjen Dikti Paristiyanti Nurwandani menyatakan, mata kuliah Startup Digital adalah hasil kolaborasi Kemendikbudristek dengan Kominfo.

“Mata kuliah Startup Digital menjadi bagian dari program Merdeka Belajar: Kampus Merdeka khususnya kegiatan kewirausahaan startup digital yang dapat diambil oleh mahasiswa yang berminat menjalankan program tersebut,” ujar Paristiyanti, dilansir laman resmi Kemendikbudristek.

“Secara nasional, Ditjen Dikti dan Badan Riset SDM Kemenkominfo akan menyediakan modul berstandar nasional serta narasumber nasional dalam diklat [pendidikan kilat] startup digital,” tambahnya.

Diklat yang dimaksud akan dihelat tahun ini buat melatih dosen yang bakal mengampu mata kuliah tersebut. Setelah dosen dididik, pemerintah berwacana mata kuliah ini sudah bisa diadakan berbagai kampus pada 2022.

Kemendikbud juga jelasin mata kuliah Startup Digital bersifat pilihan. Para perguruan tinggi bebas mengintegrasikan pelajaran ini ke kurikulumnya atau enggak. Kalau mata kuliah udah diadakan, mahasiswa juga dibebaskan buat ngambil atau cukup belajar dari perjalanan cinta Nam Do-san aja.

Program ini sempat jadi perbincangan publik setelah Paristiyanti mengindikasikan tema starttup bakal jadi mata kuliah wajib di kampus, pada 14 Mei lalu. Saat itu ia menjelaskan, ide perusahaan rintisan dari mahasiswa akan dikembangkan melalui acara seminar, kegiatan berjejaring, lokakarya, hacksprint (sesi brainstorming dan eksekusi ide, istilah tandingan untuk hackaton?), bootcamp, dan mentoring. Hari ini Paristiyanti mengklarifikasi bahwa mata kuliah ini opsional.

Iklan

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menilai wacana mata kuliah seperti Startup Digital bukan barang baru. Sepuluh tahun lalu waktu demam kewirausahaan, juga udah marak opsi mata kuliah kewirausahaan di kampus-kampus. Bhima malah khawatir wacana ini bakal jadi sensasi doang karena kurangnya pengajar yang berlatar praktisi.

“[Dulu] masalahnya materi mata kuliah kewirausahaan seperti memulai usaha punya kekurangan karena yang mengajar adalah dosen. [Situasi ini] bisa juga terjadi di mata kuliah Startup Digital. Kalau yang mengajar dosen akademik dan bukan praktisi startup, nanti jadinya textbook. Padahal yang dibutuhkan mahasiswa itu kan tahu bagaimana di lapangan, mendengar langsung dari expert di bidang yang menarik,” kata Bhima kepada VICE.

“Enggak beda jauh dengan arahan Presiden dulu untuk buat jurusan meme di kampus,” ia mengingatkan.

Lebih lanjut, Bhima berpendapat ada baiknya Kemendikbudristek fokus aja membenahi ekosistem kampus. “Misalnya, pemerataan akses internet stabil di kawasan kampus, kerja sama kampus dalam memfasilitasi pemagangan dengan startup, dan perbanyak inkubasi bisnis dan pembiayaan bagi startup. KUR [Kredit Usaha Rakyat] itu punya fasilitas pembiayaan untuk startup, tapi tidak banyak yang tahu informasinya,” pungkas Bhima.