Sains

Baru Ditemukan, DNA Tertua Ungkap Peradaban yang Hilang 2 Juta Tahun Lalu

Hasil pengurutan DNA menunjukkan sampel yang ditemukan di Greenland Utara berusia dua juta tahun.
Baru Ditemukan, DNA Tertua Ini Ungkap Dunia yang Hilang 2 Juta Tahun Lalu

Para ilmuwan telah mengukir sejarah di bidang riset genetika dengan ditemukannya DNA tertua yang berusia dua juta tahun. Penemuan ini sekaligus mengungkap seperti apa kehidupan Zaman Es yang sebelumnya tidak diketahui.

Tim peneliti yang dipimpin Eske Willerslev, ahli genetika evolusioner Universitas Cambridge, mendeteksi jejak materi genetik dari sampel tanah yang mereka kumpulkan di Formasi Kap København, lapisan fosil berupa gurun kutub di Greenland Utara. Dipaparkan dalam jurnal Nature, hasil analisis DNA lingkungan (eDNA) memperlihatkan kondisi wilayah di masa lalu tidak setandus sekarang. Daerah itu dulunya ditumbuhi pepohonan rimbun dengan beragam spesies binatang yang hidup di sana. Suhunya pun 11-19°C lebih hangat.

Iklan

“Temuan yang paling mengejutkan adalah spesies Arktik hidup berdampingan dengan spesies beriklim sedang. Ekosistem ini tidak ada padanan modernnya,” ujar Willerslev dalam keterangan persnya Selasa kemarin (6/12).

Seandainya kita bisa kembali ke Kap København dua juta tahun lalu, kita mungkin akan berpapasan dengan mastodon yang berkeliaran di sepanjang tepi pantai yang ditumbuhi pohon poplar, birch, dan thuja. Dari kejauhan, kita akan melihat air sungai mengalir langsung ke laut, dan membawa potongan-potongan kecil materi genetik yang ditumpahkan organisme di sekitarnya, seperti rusa kutub, angsa dan hewan pengerat. Melangkah lebih dekat ke arah laut, kita akan menyaksikan kepiting tapal kuda merayap di atas karang, atau ganggang mekar di dekat ombak.

Karnivora menjadi satu-satunya jenis binatang yang luput dari mata kita, karena Willerslev dan rekan-rekan penelitinya tidak berhasil menemukan jejak genetik predator pada sampel eDNA. Mereka menduga jumlah populasinya lebih kecil daripada hewan herbivora.

“Kami yakin ini hanya soal angka,” kata Willerslev saat diwawancarai Motherboard, rubrik teknologi dan sains milik VICE. “DNA lingkungan sangat mencerminkan biomassa organisme suatu wilayah. Semakin besar biomassanya, semakin banyak pula DNA yang ditemukan. Jadi, alasan kami tidak menemukan karnivora mungkin karena tanaman dan herbivora lebih banyak ditemukan di sana.”

Mikkel Pedersen, ahli geogenetik Universitas Copenhagen yang melakukan penelitian, menyampaikan tidak ada bukti kuat karnivora pernah hidup di Kap København sekitar dua juta tahun lalu. Namun, dia berspekulasi binatang seperti beruang, serigala atau harimau bertaring tajam barangkali pernah menguasai daerah itu, jika dilihat dari ekosistem kontemporer Amerika Utara.

Para peneliti telah menyatakan niat mereka untuk terus mengumpulkan sampel dengan harapan menemukan lebih banyak spesies purba di wilayah tersebut. Willerslev mengaku tidak akan terkejut kalau-kalau mereka menemukan eDNA yang jauh lebih tua daripada temuannya sekarang.

Hasil penelitian mereka juga bisa dijadikan gambaran mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan apabila perubahan iklim tak teratasi. “Iklim saat itu sangat mirip dengan kondisi yang mungkin akan kita hadapi gara-gara pemanasan global,” terangnya. Permukaan Bumi telah berubah drastis akibat ulah kita sendiri. Bukan tidak mungkin masa depan kita akan terlihat seperti dunia yang dilanda kepunahan mastodon, rusa kutub dan kepiting jutaan tahun lalu.

“Alam sudah lama mengalami perubahan iklim,” pungkas Willerslev. “Dengan melihat bagaimana [spesies] beradaptasi di masa lalu, kamu bisa memikirkan upaya-upaya baru untuk mengurangi dampak perubahan iklim.”