teknologi

Lumpuhkan Ukraina, Rudal Hipersonik Rusia Tak Bisa Dicegat

Puluhan rudal Rusia diluncurkan secara membabi buta ke Ukraina pekan lalu. 6 di antaranya memiliki kecepatan “tak terkalahkan”.
Foto jet tempur Rusia
Jet tempi

Serangan rudal Rusia yang menghujani Ukraina pada Kamis (9/3) pekan lalu telah menelan sedikitnya enam korban jiwa dan menyebabkan kerusakan parah terhadap sejumlah infrastruktur penting di negara tersebut. Pasokan listrik ke Zaporizhzhia, pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, terputus akibat serangan itu.

Iklan

Dari total 81 rudal, 47 tak berhasil dicegat oleh Ukraina. Puluhan rudal itu menghantam target dengan kecepatan dan manuver yang luar biasa. Enam di antaranya merupakan rudal hipersonik Kh-47M2 Kinzhal yang kehebatannya “tak tertandingi”.

Kinzhal, yang berarti “Belati” dalam bahasa Rusia, diyakini mampu mengangkut hulu ledak nuklir. Namun, selama serangan pekan lalu, rudalnya ditembakkan dari jet tempur dengan membawa hulu ledak konvensional.

Suatu rudal dapat dikatakan sebagai hipersonik jika kemampuan melesatnya lebih dari lima kali kecepatan suara (Mach 5). Kinzhal digadang-gadang telah mencapai Mach 10.

Senjata yang diluncurkan dari darat umumnya menghabiskan banyak bahan bakar untuk mengatur posisi sebelum melesat ke target, sedangkan pada Kinzhal, bahan bakar mayoritas habis untuk meningkatkan kecepatan.

Rudal berjenis hipersonik, terutama yang digunakan Moskow baru-baru ini, memiliki kemampuan manuver yang sangat baik ketika meluncur di udara. Senjata ini dapat menghindari tembakan dari darat, sehingga sulit sekali dijatuhkan. Sistem persenjataan secanggih German IRIS-T sekali pun, yang menjadi andalan Ukraina selama perang melawan Rusia, tak mampu mencegat rudal sebelum menghantam target.

Rusia mengklaim bukan pertama kalinya Kinzhal diluncurkan untuk mengobrak-abrik negara musuh. Pada Maret tahun lalu, rudal hipersonik ini diketahui meledakkan gudang penyimpanan senjata milik Ukraina.

Selain Rusia, beberapa negara juga berlomba-lomba memamerkan kehebatan senjata hipersonik ciptaannya. Pada akhir Januari lalu, misalnya, Amerika Serikat mengumumkan uji coba rudal hipersonik milik negara berjalan lancar. Pengumuman ini disampaikan tak lama setelah Rusia melakukan simulasi serangan pakai rudal jelajah hipersonik Zircon di Samudra Atlantik.

Tahun lalu, Jenderal Angkatan Udara AS Glen VanHerck meremehkan kemampuan rudal hipersonik milik Rusia, dan menyebut senjata ini belum bisa mendarat secara akurat. “Kecepatan [rudal Rusia] belum sebagus punya AS,” kata VanHerck dalam rapat Senat AS pada Mei 2022.

Serangan pekan lalu menunjukkan Rusia tampaknya tak peduli soal akurasi. Rudal diluncurkan membabi buta dengan target yang tak pandang bulu guna membuktikan kekuatan.